Bukan diri yang salah. Tapi hati yang terlalu cinta.
☕☕☕
Natalie Sanjaya.
Nama itu milik seorang gadis yang saat ini sedang bahagia mengetahui jam di kamarnya sudah menunjuk pukul 17.15.
Ini bukan waktu yang biasa tapi luar biasa. Pasalnya Natalie akan memulai kegiatannnya untuk berdandan supaya tampil cantik dan mempesona. Dan tentu saja, alasannya karena dia akan bersama dengan Revin menuju acara di aula.
Senyum manis gadis itu menandakan bahagianya seseorang yang sedang jatuh hati. Kantung mata yang terbentuk karena dorongan otot pipi membuatnya tampak seperti anak kecil. Namun bagi Natalie, dia bisa saja bersikap seperti anak kecil yang meminta lolipop, tapi itu bukan prinsip.
Langkah gadis itu gontai menuju meja yang dipenuhi beberapa alat make up untuk remaja. Artinya tidak ada lipstik merah tua atau hitam disana. Yang ada hanya lip balm, bedak bayi, serum, eye brow, dan beberapa barang lainnya.
Tangan Natalie membuka laci, dan merogoh hair dryer. Secepat kilat dia mengalirkan listriknya dan mengeringkan rambutnya. Walaupun Natalie membenci suara mesin ini, tapi tak apa kalau ini dilakukan demi Revin.Pasalnya tidak mungkin die mandi dua jam sebelum berangkat. Bisa-bisa rambutnya sudah lepek dan badannya bau keringat. Karena Natalie menunggu waktu berjalan bukan dengan tiduran, tapi loncat-loncat di atas tempat tidurnya.
Itu disebut Natalie dengan olahraga lemak. Walaupun secara fisik itu hanya membuat lelah dan mengotori tempat tidur. Tapi, hal itu cukup membuat detakan hatinya berubah menjadi sedikit teratur daripada sebelumnya.
Natalie beralih menuju ruang ganti baju miliknya. Di dalam ruang itu berderet berbagai jenis baju yang menarik mata. Dan salah satu gaun yang akan dipakai Natalie adalah gaun hitam dengan polkadot putih yang sampai hingga ke lutut.
Setelah rambutnya cukup kering, Natalie menuju ke kamarnya lagi. Gadis itu menepuk serum dan bedak tipis untuk riasan pertama pada wajah. Setelah itu dia meraih blush on dan menyapu sedikit pada pipinya agar tampak merona. Begitu juga dengan sedikit eye shadow.
Untuk riasan selanjutnya, Nata memakai lip balm dengan tipis. Mengoleskan lotion ke kulitnya. Terakhir dia menyemprotkan parfum dengan wangi yang soft ke seluruh gaunnya.
Tidak sampai di situ saja, Nata masih sibuk merias diri. Mulai dari menghapus lip balm dan mengganti dengan lipstik pink. Menghapusnya lagi dan mengubah menjadi lip balm. Atau menghapus blush on kemudian membuatnya lagi.
Berputar-putar di depan cermin besar yang ada di kamarnya. Bergaya seperti model dan berpikir kalau dia akan menjadi orang bahagia setelah melihat Revin. Matanya memancarkan kebahagiaan yang begitu mendalam dan menyiratkan cinta. Entahlah apa namanya! Yang penting rasa itu membuat hatibya berdebar begitu cepat.
Secara cepat, gadis itu menarik kotak dari bawah laci lampu tidur miliknya. Sepatu itu dibelinya minggu lalu dan belum pernah dipaksa sama sekali. Harganya tidak mahal. Karena Nata cenderung lebih suka barang yang sederhana. Dia tidak hobi membuang uang.
Natalie mencoba sepatu berwarna putih polos itu. Bagus. Pas. Dan dia memilih itu sesuai hatinya. Dengan adanya acara Revin di aula nanti, Nata akan berpenampilan sangat menarik.
Setelah semuanya klop, satu hal yang akan Natalie lakukan adalah menelepon Revin, memberitahu kalau dia sudah siap, dan pergi bersama. Apalagi kini sudah jam 17.30. Membuat Nata semakin tidak sabar.
Ya Tuhan!
Nataie menghirup udara sedalam-dalamnya. Bersender di dinding dan menatap layar handphone yang kini sudah ada di tangannya. Dengan sigap dia mencari kontak Revin yang dianggapnya sebagai salah satu nomor special.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Ice (END)
Teen FictionCerita tahun 2018, masih menye-menye banget. Please jangan dibaca lagi!!!