"Apa Itu Cinta?"

5.9K 242 1
                                        

"Cinta itu perjuangan. Ibarat kita itu daun di musim gugur yang nyoba buat bertahan biar ga jatuh ke tanah. Kita bertahan buat sebuah hati. Kita ngelakuin apa aja biar kita ga jatuh ke tanah. Cinta itu gantungin harapan, yang kalau emang kita serius, kita ga bakal nyerah gitu aja. Kita bener-bener pengen dia ada di hidup kita, dia ngisi napas kita, dia ada di tiap detik kita, sampai akhirnya kita milih buat ngabisin seluruh waktu akhir kita bareng dia. Tapi ada kalanya cinta ga gitu. Kita milih biar angin ngebawa kita jatuh ke tanah, jadi daun yang malang. Waktu kita sadar kalau dia ga bakal bahagia bareng kita. Karna cinta mampu paham, dan cinta ga egois. Ngerti kalau bener-bener dia butuh kita atau engga. Cinta, bukan sekedar saling memiliki. Tapi juga cara biar kita iklas, ngorbanin kebahagiaan kita demi dia, dan ngelepasin. Dan disitu juga kita paham. Bertahan memang penting, tapi kalau ngerelain lebih bikin dia bahagia, it's okay. Sebenarnya cinta itu ga bakal bisa diuraikan walaupun dijelasin sampai mulut berbusa.. Jadi apa yang perlu kita tau dari cinta? Bertahan kalau mampu, merelakan kalau itu baik."

--Natalie Sanjaya-- 21.59 WIB.

****

Saat menatap wajahnya, aku merasa seakan ada yang mendorongku agar tidak beralih.

☕☕☕

Natalie melajukan jalannya dengan cepat menuju toilet. Menerima nomor telepon Revin membuatnya terlalu bahagia samapi-sampai kebelet mau ke kamar mandi. Jujur saja, menjungkirkan hati Icha di depan Revin ternyata tidak perlu diusahakan. Kalau Revin bersifat seperti ini, pasti akan mudah baginya untuk menjadi matahari.

Gadis itu melantunkan nyanyian-nyanyian kecil dari mulutnya. Seperti senandung bahagianya untuk hari ini. Dimana dia menghabiskan waktu yang lumayan banyak bersama Revin.

Natalie merasa sebagai penikmat senyum Revin. Kekagumannya terhadap ciptaan Tuhan yang satu itu, membuat hati Natalie benar-benar sangat riang. Setiap kali gadis itu menoleh pada Revin, maka setiap itu juga hatinya terpikat. Dengan wajah, tawa, tatapan mata, dan setiap embusan napas yang dimiliki oleh Revin.

Ini adalah satu-satunya yang bisa membuat Natalie tersenyum bahagia hari ini. Walaupun sempat tertawa karena lucu atas Beno dan Rahmat, tapi ini rasanya lebih membuat batinnya bergejolak riang. Revin adalah orang yang berhasil menumbuhkan senyum di wajah Nata hari ini.

Natalie berjalan menuju arah toilet, sebelum akhirnya berhenti ketika mengetahui seseorang mengikutinya dari belakang. Langkah pengikut itu terdengar sangat cepat, menghampiri Nata. Dan walaupun dia tidak mendengar suara panggilan, tapi dia yakin kalau seseorang itu benar-benar mengikutinya.

"Nat!" ucap suara itu dengan pelan.

Natalie terdiam sejenak. Lalu membalikkan badan dengan kilat. Dia mendapati seorang lelaki di sana. Lelaki itu adalah Haydar. Seoramg yang sedang berdiri dengan senyum terpampang di wajahnya, tangan di kantong, dan tas hitam yang menyangkut di salah satu bahunya.

"Haydar?" Natalie mengerutkan dahinya.

Lelaki itu semakin melebarkan senyumnya, kemudian menarik napas panjang. "Dari tadi gue buntutin lo, lo baru nerima nomor Revin ya?"

Natalie tertawa kecil, "Lo follower jago!"

"Iya dong!" balas Haydar. "Semoga lo bahagia karena nerima nomor itu. Karena gue tahu, lo suka banget sama Revin. Jarang ada yang bisa sedeket itu sama dia. Mungkin besok satu sekolah bakal iri ngelihat lo!"

"Ga usah disemogain kali Dar. Gue udah seneng banget malah!"

Haydar mengangguk. Jelas dia tahu bagaimana bahagianya Natalie menerima nomor telepon itu, karena Natalie menyukai Revin. Lagian siapa yang tidak bahagia kalau gebetan memberi nomor telepon secara tiba-tiba seperti itu. Iya kan?

Mr. Ice (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang