Kita mengejar cinta tanpa melihat ke belakang. Itu sebabnya cinta begitu menyedihkan
☕☕☕
Natalie duduk termenung memandangi rintik hujan dari tempat favoritnya, balkon kamar. Sudah sekitar setengah jam dia disana untuk memastikan bahwa hatinya baik-baik saja dan tidak lecet walu sedikitpun. Dia merasa bodoh kalau harus terpuruk karena Revin yang sangat suka memainkan perasaannya. Bodohnya, gadis itu masih tetap saja suka kepada lelaki itu. Berharap besar kalau Revin datang dan mengajaknya jalan-jalan lagi. Tapi apa daya, tak bisa dipaksakan kalau lelaki itu lebih memilih Icha. Sahabatnya sendiri.
Nata meraih cangkir kopi hangat di sampingnya. Dia menyukai suasana tenang seperti ini. Suara deras hujan menghalangi telinganya untuk mendengar jeritan hatinya sendiri dan aroma kopi yang seolah-olah menjadi pertanda bahwa hatinya baik-baik saja. Walau tidak begitu.
Dia tersentak tiba-tiba. Sekarang pukul lima sore. Bukankah seharusnya dia pergi bersama Haydar sesuai dengan rencana tadi?
Cepat-cepat gadis itu memasuki kamarnya dan mencari handphone. Kilat cerita, dia segera menelepon Haydar. Sayang sekali, nomornya tidak aktif. Natalie hanya bisa duduk lesu di tepi ranjangnya dan menggertak kakinya ke lantai karena merasa sial.Jujur saja, kalau sudah begini Natalie akan memilih untuk mencari pekerjaan lain daripada selalu memikirkan Revin. Sial sekali kalau dia melewatkan ajakan Haydar.
"Hey Nata!"
"Astaga demi cacing Alaska!" teriak gadis itu terkejut.
Segera dia menoleh ke arah balkon dan mendapati Haydar berdiri disana.
Haydar. Dia berdiri di sambil memeluk sebuah boneka besar berwarna putih yang masih dilapisi plastik bening. Boneka baymax yang cukup besar. Pakaian lelaki itu tampak santai. Kaos putih dengan kemeja selengan yang tidak dikancing, celana jeans hitam, dan sepatu sneakers. Rambutnya acak-acakan. Dan yang paling membuat Nata bergidik ialah, lelaki itu basah kuyup.
"Lo- kok bisa?"
"Tutorialnya masih sama. Gue manjat make tangga, nyampe di genteng bawah gue jalan dan sampe." jawab Haydar singkat.
Natalie speechless dan berjalan pelan mendekati Haydar.
"Ngapain lo?" tanya Nata heran.
Haydar berjalan masuk ke dalam kamar Nata. Tentu saja gadis itu shok mengetahui kalau sepatu kotor dan basah itu mengenai lantai kamarnya yang bersih.
"Haydar lo gila?"
"Gila?" Haydar berbalik menatap Nata yang sedang menggerutu kesal. "Untung boneka ini dilapisin plastik, kalau engga tempat tidur udah ikutan basah!"
Lelaki dengan tatapan sinis itu melempar boneka baymax ke atas tempat tidur Natalie. Dengan cepat, Nata mengambil boneka itu dan meletakkannya di lantai. Bisa-bisa ranjangnya ikut basah karena plastik boneka itu. Sial!
"Haydar lo jangan ngotorin lantai gue!" kata Nata setengah teriak.
Namun Haydar keras kepala, dia malah menjelajahi kamar itu dan berhenti di depan sebuah lemari kaca. Disana ada berbagai boneka, salah satunya baymax besar. Lebih dari milik Haydar. "Gue salah Nat, gue pikir lo belum punya boneka baymax segede yang gue beliin."
Natalie memicingkan matanya. "Haydar, sekarang lo duduk di balkon. Jangan masuk! Lo bikin gue kesel tau ga?"
"Apa sih bagusnya boneka? Bukannya bikin kamar lo jadi cantik, tapi jadi semak banget."
Lelaki itu berjalan ke meja khusus milih Nata. Mengamati segala sesuatu yang ada disana. Termasuk tempelan nama-nama "Revin", puisi, bahkan quote dari Revin yang kemarin dia curi. Untung lelaki itu bungkam mengenai yang satu itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Ice (END)
Fiksi RemajaCerita tahun 2018, masih menye-menye banget. Please jangan dibaca lagi!!!