"Triangle"

13.6K 487 22
                                    

Cinta yang kurasakan mungkin sudah sebanding dengan banyaknya daun berwarna kuning kemerah-merahan saat musim gugur menyapa.

☕☕☕

Revin segera memarkirkan kembali motornya di parkiran cafe bekas acara sweet seventeen yang gagal total itu. Dia baru saja mengantar Natalie, perempuan yang menanyakan banyak hal kepadanya tadi. Kepalanya kembali memutar memori tentang kejadian itu, pertanyaan memuakkan dari gadis berponi yang menurutnya tidak pantas ditanyakan pada orang hemat berkata-kata sepertinya. Langkahnya gontai menuju cafe sepi yang telah kembali bersih oleh pelayan. Dia mendapati Haydar duduk di salah satu bar stool yang tertata berbaris di depan meja seperti tavern berwarna gelap. Segera lelaki itu menghampiri Haydar. Dia mengistirahatkan diri di bangku yang berada di samping sepupunya itu. Sambil menatap malas, Revin menghela nafas meminta segelas air putih hangat kepada pelayan. Dengan cepat, si pelayan menyediakan air putih yang diminta di meja. Revin meraih gelas itu dan meneguk airnya dengan cepat. Cepat sekali.

Haydar menatapnya heran dan dengan sedikit paras aneh di wajahnya seperti orang yang siap bermain di arena tinju. Tangannya bermain dengan umstem glass yang hanya berisi es batu karena minumannya sudah habis. Kalau diterka-terka, mereka menjadi kembar tiga disana. Es, es, es. Benar-benar menghasilkan suhu dingin.

"Lo ngantar Natalie?" tanya Haydar.

Revin meletakkan gelasnya ke meja sambil mengangguk pelan. "Ya!"

"Lo ga bakal nembak dia, kan?" Haydar mengatakan perkataannya seolah-olah agar membisukan suasana.

"I dont think like that!" jawab Revin mengelak.

"Baguslah!"

"Emang kenapa?" giliran Revin yang bertanya.

"Ga kenapa. Tapi gue ngerasa kalau gue bakal deketin Natalie buat ganti Natalie yang lama."

Sontak Revin menelan ludahnya terkejut. "Oh."

Haydar tertawa kecil dan menyambar gelas yang ada di genggaman Revin. Revin sempat terkejut ketika Haydar berteriak pada salah seorang pelayan.
"Isiin bir!" suruhnya membuat pelayan itu terkejut.

Cafe itu memang tempat penyedia kopi dan kue tetapi bisa berubah menjadi bar kalau seseorang menginginkan minuman berkadar alkohol. Revin mengerutkan dahi atas tindakan tidak terduga dari Haydar.

"Apaan sih lo?" kata Revin saat waiter yang telah berubah menjadi bartender itu menuangkan segelas cairan bersifat memabukkan itu. Baunya saja sudah bisa membuat kepala Revin seperti dikocok-kocok. "Lo tau gue ga doyan sama yang gituan!"

Haydar,menaikkan alis kirinya. "Minum! Kalau lo benar-benar ga ganggu jalan gue buat deketin Natalie."

Revin menimang-nimang perkataan Haydar barusan. Meminum bir itu seakan-akan menjadi bencana terbesar di panggung kehidupannya. Bisa-bisa dia muntah satu harian. Dia melirik pelan saat Haydar mengeser  umstem itu ke arah Revin, seperti sedang menyerahkan tantangan. Sempat Revin ingin menolak untuk melakukannya karena sejuta alasan, namun dia tidak memiliki alasan untuk menghalangi proses pendekatan yang akan dilakukan oleh sepupunya itu. Mau tidak mau, dia meraih gelasnya dan memandangnya sebentar. Revin memutar bola matanya, bau! Dengan setengah hati, Revin menelan bir itu dengan tiga kali tegukan, walaupun Haydar bisa meminumnya dalam sekali teguk.

Mr. Ice (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang