"Broken"

6K 229 0
                                    

Rasa sakit hati ada ketika cinta benar-benar ada.

☕☕☕

Seluruh pengisi aula ternganga. Seperti baru melihat unicorn melintas di panggung. Padahal, hanya sebuah lagu yang biasa saja. Maksudnya, yang luar biasa adalah penyanyinya. Walaupun dingin begitu, ternyata dia hebat juga untuk mencairkan hati para murid-murid sekolahan. Membuat semuanya diam tanpa kata, speechless. Tapi, Revin bukannya menyuguhkan senyum terakhir selama ia di panggung, dia malah berdiri cepat. Lelaki itu melenggang menuju belakang panggung dan menuruni tangga. Membuat riuh terdengar dari segala penjuru ruangan.

Termasuk Icha, gadis itu ikut mengoceh bingung dalam batin. Gadis itu beranjak dan berlari menuju lorong yang akan membawanya ke bilik belakang panggung. Dan tepat saat dia sampai, Revin juga menuruni gangga terakhir dengan wajah lesu, yang baru pertama kali dilihat oleh Icha. Sepertinya lelaki itu sangat sedih, tapi entah mengapa. Belum jelas.

Anggota black hole yang tadinya duduk menunggu giliran untuk tampil langsung berdiri melihat keduanya datang secara bersamaan. Revin melirik kanan, tempat Icha berdiri, kemudian meletakkan gitar ke tempat dia mengambil tadi.

"Rev?" Icha memanggil dengan nada kesal. "Kita masih tampil satu kali lagi kan?"

Mereka semua menatap Revin. Mereka mengharapkan jawaban yang berbeda-beda di hati masing-masing. Termasuk Icha yang mengharapkan jawaban "ya", serta Jhuna yang berharap kalau Revin menggeleng sebagai isyarat menolak perkataan Icha.

"Perjanjian gue sama Jhuna hanya sekali!" jawab Revin, membuat Jhuna menarik napas lega. "Gue mau pulang!"

Revin berjalan cepat melalui Icha. Benar-benar perubahan sifat drastis dalam waktu tidak lebih dari satu menit. Padahal sebeljmnya Revin baik-baik saja di panggung. Tanda-tanda kedinginannya tidak terlihat sama sekali. Namun sekarang dia kembali beku, membuat Icha memilih untuk membiarkan lelaki itu pergi daripada semua berimbas kepadanya.
Icha menatap Jhuna dengan tatapan kosong, sedang Levi, Haydar, dan Dika mengerutkan dahi. Revin memang sangat susah ditebak kepribadiannya. Selain suka berubah suhu, Revin juga memiliki tatapan mematikan yang membuat orang-orang bergidik ngeri dan tidak berani berbicara padanya.

Di samping itu, Revin mengambil jalan dari pintu belakang aula dan melintas dari samping aula yang remang-remang. Dari tempatnya, dia bisa melihat parkiran yang menampakkan motor hijau yang sangat khas miliknya. Dia ingin pulang. Ada sesuatu yang menarik hati Revin agar pergi dari aula.

Sesampainya di parkiran, Revin menaiki motor ninjanya dan melaju cepat di sepanjang jalanan yang dipenuhi lampu jalan. Dengan kecepatan tinggi, dia bisa menembus jalanan malam yang dihembus oleh angin terbilang cukup menggigit. Namun dia tidak peduli, rasanga dia ingin segera samapai di rumah dan merebahkan kepalanya di tempat tidur.

Perjalanan kali itu menemani hatinya yang tiba-tiba terasa hampa. Setelah menyanyikan lagu yang sebenarnya tidak begitu jelas namunmemukau, lelaki itu langsung berubah suhu. Apa yang dia rasakan saat berubah suhu? Apa bulu kuduknya berdiri seketika? Atau dia merasa berada di kutub utara? Itu mengherankan orang-orang.

Sesampainya Revin di depan rumah, dia langsung masuki rumah tanpa pikir panjang. Dia menaiki tangga yang berada di bagian kanan ruangan, lalu sampai di kamarnya yang sangat tenang, diam, dan damai. Sungguh pujaan hatinya memang begitu. Dia merebahkan tubuh tingginya di kasur dan merasakan angin yang berembus dari balkon yang masih terbuka lebar.

Seketika dia terkesiap, lalu melenggang ke arah balkonya. Disitu dia melihat ke arah kamar Nata yang balkonya juga masih terbuka lebar membuat curtain yang menutup pintu melambai-lambai ke dalam ruangan. Suasana redup di kamar Nata menambah kesan horor yang berlebih. Namun, Revin tidak bergidik ngeri. Dia malah penasaran, Nata tidak biasanya mematikan lampu pada pukul delapan malam begini.

Mr. Ice (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang