Kalau cinta, dia akan sabar
☕☕☕
Rahmat menoleh spontan ke arah pintu dan mendapati Natalie berdiri di sana. Dengan mata Natalie yang menyipit dan wajahnya yang menggambarkan kegembiraan membuat Jhuna dan Dika bergidik ngeri. Mereka tahu kalau sesuatu yang besar akan dibawakan oleh Natalie, yakni soal Rahmat.
Melihat ekspresi kedua temannya itu, Rahmat langsung paham dengan apa yang terjadi. Dia mengangguk seraya memutar bola matanya dengan kesal. Jhuna kembali mengalihkan sorot matanya ke temannya itu, dan mereka saling berpandangan dengan perasaan tidak enak masing-masing.
Di balik raut wajah stress milik empat lelaki anggota Black Hole itu, Natalie sedang tertawa sumringah. Di belakangnya, ada Beno yang tak kalah kesalnya dengan Rahmat. Dia menggaruk kepalanya yang tidak gatal, mengisyaratkan kekesalannya.
Rahmat beranjak dari tempat duduknya, lalu berjalan pelan menuju pintu. Tentu teman-temannya tidak membiarkan Rahmat menghadapi Natalie sendiri. Karena masalah ini bukan masalah Rahmat sebenarnya. Ini masalah mereka semua, atau lebih tepatnya, masalah besar bagi Black Hole.
Sesampainya di depan pintu, mereka membalas senyum Natalie dengan sangat sangat tidak mengenalkan. Air wajah cemas dan kesal tercampur aduk, membuat mereka tampak seperti orang paling pusing di dunia.
Namun, kecemasan mereka tidak sampai situ saja. Bertambah lagi ketika mereka menoleh ke arah seorang lelaki yang berdiri di belakang Natalie seraya mengacak-acak rambutnya.
Jhuna, Dika, Rahmat, dan Levi terbelalak kaget. Mereka menelan ludah masing-masing dan menjadi pucat seketika. Seperti melihat hantu saja, padahal yang dibawa Natalie hanyalah Beno, lelaki dengan paras lumayan dan gaya yang oke.
Natalie menahan tawanya, kemudian menatap Beno yang sudah sangat ingin pergi dari tempat itu. Namun Natalie menarik tangannya, agar lebih dekat dengan dirinya. Gadis itu menempatkan Beno berdiri berhadapan dengan Rahmat. Perutnya serasa dikocok.
"Hai Rahmat! Lo pasti kaget kan lihat siapa yang gue bawa?" ujar Natalie.
Beno menarik napas panjang, ingin pergi. Namun tangannya digandeng oleh Natalie dengan kuat, sampai-sampai dia tidak bisa bergerak sedikit pun. Ini membuat Rahmat merinding. Ingin dia pingsan saja daripada harus menghadapi masalah yang satu ini."Apaan nih Nat?" ujar Jhuna dengan nada sewot.
"Apaan? Ya gue bawa Beno! Lo ga tau ya kalau gue seneng banget jadi match maker?" sindir Natalie.
Dika menarik napas panjang. "Lo malah bikin Rahmat ga nyaman tau ga?"
Rahmat yang sedari tadi tidak berani bicara melihat ke arah Beno. Lelaki itu benar-benar membuatnya merasa seperti homo. Padahal tidak. Rahmat benar-benar tidak comfort dengan kehadiran Natalie kali ini. Dia menyesal mau membantu Jhuna.
"Gue juga lagi ga nyaman." balas Natalie. "Soalnya ada juga yang jadi mak comblang antara gue sama Revin. Gue bener-bener ga nyaman!"
Dika dan Jhuna membulatkan matanya bersamaan. Sedang Rahmat menepuk dahi. Dia juga mengerti apa yang terjadi kalau rahasia ini terbuka. Sangat berdampak pada Jhuna.
"Gue ga nanya karna ini ga ada hubungannya sama gue!" kata Rahmat tiba-tiba.
"Loh? Kok ga ada?" Natalie mengerutkan dahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Ice (END)
Teen FictionCerita tahun 2018, masih menye-menye banget. Please jangan dibaca lagi!!!