Tanganku siap untuk menggenggam. Namun ingat! Aku susah untuk melepaskan.
☕☕☕
"Gue ga kaya badut!" cibir Natalie.
Tapi gadis itu tertawa, dia tidak kesal sama sekali dengan perkataan Revin. Malah dia bahagia, karena Revin bisa tertawa sebegitu cerianya saat bersama dirinya. Walaupun dia tidak tahu, bagaimana ekspresi lelaki itu kalau sedang bersama Icha. Apa lebih bahagia atau tidak.
Namun Natalie tidak memikirkan itu sekarang, yang dia pikirkan hanya Revin Winata. Lelaki yang kini berusaha meredakan tawanya dari sebuah lelucon, yang bagi Natalie tidak lucu sama sekali.
Revin kembali ke sifat awalnya, hanya tersenyum miring dan itu sudah cukup membuat Natalie meleleh. Itu momen yang pasti jarang ditemui orang di sekitar Revin Winata.
"Setidaknya cukup bikin gue ketawa ga jelas!" jawab Revin.
Natalie tersenyum. Menyembunyikan tawanya yang sepertinya akan lepas saat Revin menyelesaikan perkataannya barusan. Dia bahagia bisa bersama Revin di saat-saat yang sangat sepi baginya.
Tentu saja, setelah Ridan dan Icha meninggalkannya, ternyata masih ada Revin yang bisa membuat dirinya merasa bangga. Walaupun tidak akan pernah tahu, kapan lelaki ini akan kembali pada sifat awalnya. Dingin.
"Oh iya Rev, soal perform lo di aula nanti gimana??"
Revin menaikkan sebelah alisnya, lalu memandang Natalie dengan tatapan yang sedikit membuat gadis itu merasa aneh. "Ya gitu "
"Ya gitu gimana?"
"Gue tampil terus siap."
"Then?" tanya Nata.
"Ya siap. Lo pikir aula seharian cuma buat gue? Ya ga lah!" balas Revin.
Natalie memutar bola matanya kesal.
"Bukan itu, maksud gue soal Icha.""Icha?"
"Lo bakal jadian sama Icha kan?"
Revin menarik napas, "Apa lo mikir gitu Nat?"
Gadis itu mengangguk seperti burung hantu. Sesungguhnya dia belum yakin kalau Revin menyetujui perjanjiannya dengan Jhuna, karena apa yang dikatakan oleh Ridan. Ya, Ridan pernah berkata kalau Revin menyukai Natalie, tapi sampai kapan Nata bisa memecahkan teka-teki ini?
"Okey, sebenernya gue ga terlalu yakin. But, well! Gue yakinin aja. Karna gue ga bisa terlalu percaya diri sama diri gue sendiri."
"Buktiin kalau lo suka sama gue Nat!" kata Revin.
Natalie tertegun, dia melirik Revin lalu membulatkan matanya secepat kilat. Hampir saja jantungnya meledak dan keluar dari mulutnya sampai ke lantai. Serasa napasnya susah untuk berembus, hatinya ingin pecah seketika.
Sure? Apa ini Revin? Batinnya.
Siap yang akan percaya kalau Revin --lelaki paling dingin yang pernah ditemui Natalie-- bisa membuat gadis iyu meleleh, tidak sampai hitungan menit.
"Ma-maksud lo?" tanya gadis itu dengan gugup.
"Sebenernya lo suka sama gue atau cuma sekedar fans gitu sih? Kalau sekedar fans, lo emang ga bakal lakuin apa-apa kalau aja gue sama Icha jadian. Tapi kalau lo suka beneran, itu beda!"
Revin tersenyum. Sedang Natalie berhasil speechless dibuatnya. Sekarang Natalie merasa kalau ada seorang malaikat maut yang menjahit bibirnya sampai tak bisa lagi berkata.
Memang, ini sama sekali tidak. special. Tapi, Natalie sudah bahagia bukan kepayang. Apa yang harus dia lakukan? Hanya hatinya yang mengerti.
"Natalie lo denger gue?" Revin menyadarkan Nata dari lamunan setelah sekian detik terdiam dengan mata bulat menyeramkan seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Ice (END)
Teen FictionCerita tahun 2018, masih menye-menye banget. Please jangan dibaca lagi!!!