"Termometer"

7.9K 302 3
                                        

Cinta itu masalah hati, bukan masalah sifat. Maka jangan salahkan diri sendiri kalau mencintai orang sejahat DIA.

☕☕☕

Teeeettttt.

Bel pulang membuat suara teriakan murid di SMA ini terdengar begitu kuat dan memekanan telinga. Andai saja semua pengisi sekolah ini bersifat sama seperti Revin, mungkin sekolah ini akan damai dan jauh dari kata bising.

Nah, bukti kuat kalau Revin selalu datar ada saat ini. Saat dia tengah memasukkan buku-bukunya ke dalam tas dan melihat Ridan mendatanginya dengan wajah bimbang.

Revin tahu ada yang direncanakan sahabatnya, namun Ridan bingung karena dia sedang berurusan dengan lelaki itu. Sebenarnya itu urusan Ridan saja karena Revin tidak pernah menganggap kalau mereka bermusuhan.

"Gue mau ngomong!" kata Ridan.
Revin tersenyum dan mengangkut tasnya hanya dengan bahu kiri saja. "Bilang aja!"

"Gue pengen lo jalan sama Nata nanti! Lo bisa kan?"

Revin melirik ke arah pintu yang dilewati banyak manusia. Sebenarnya pikiran lelaki itu bukan disana, dia hanya berpikir kalau dia harus latihan bernyanyi di tempat yang jauh dari Haydar.

"Lo bisa?" tanya Ridan sekali lagi.

"Well, gue ga bisa. Banyak yang harus dilakuin." Jawab Revin sembari ingin berjalan, namun Ridan menahannya.

"Lo ga punya hati apa ga punya otak? Jahat lo sama Nata!"

"Ridan, atas dasar apa gue harus ngasih hati sama Natalie? Emang dia siapa gue?" Revin menatap tajam Ridan.

Keduanya terdiam sebentar.

Sampai sebuah suara seorang gadis heboh yang tidak asing lagi di telinga Ridan, membuatnya geleng-geleng dan menunduk lesu. Tak lain, dia adalah Ribka.

"Hai! Lagi mikirin soal tanding besok?" tanyanya.

Revin dan Ridan menggeleng bersamaan.

"Oh iya, gue lupa. Jhuna kan nantangi Revin. Duh, kok pada rebutin Icha sih?"

"Ini beda lagi masalahnya!" tangkis Ridan.

"So, what?" Ribka menaikkan satu alis matanya.

"Ya apa?" Ridan sengaja mau membuat gadis itu kesal.

"Cocok dong Rev. Kalau lo ga sama Nata, lo bisa sama Icha. Gue sama Ridan. Haydar sama Natalie."

Revin yang semula duduk di meja berdiri tegap. "Apa hubungannya sama Haydar?"

"Jelas ada hubungannya! Si Haydar sama Natalie sekarang lagi di parkiran berdua."

Revin dan Ridan sontak bertatapan, Bedanya; Ridan dengan muka yang sangat serius sedang Revin mencoba untuk tenang.

"Gue harus kesana!" Revin pergi meninggalkan Ridan.

Namun lelaki itu tidak diam, dia mencoba mengikuti Revin.
Mereka berdua berjalan cepat dari koridor satu ke koridor yang lain. Dengan ritme langkah yang berbeda-beda, namun keduanya tetap konsen bahwa tujuan mereka adalah parkiran, bukan kantin. (Yaellah, emang siapa yang bilang mau ke kantin?)

Dan benar saja, ketika mereka sampai di parkiran. Tampak Natalie dan Haydar tengah tertawa bersama di dekat motor Haydar. Sungguh pemandangan yang tidak mengenalkan bagi Ridan. Dia tidak mau kalau sahabatnya harus berhubungan dengan Haydar.

"Hey, Nata!" panggil Revin.
Ridan dan Nata terperangah dibuatnya. Tidak menyangka kalau Revin bisa juga memanggil tampak akrab begitu.

"Re-Revin?"

Mr. Ice (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang