[Diandra POV]
Sekolah sudah sangat sepi, mungkin hanya tersisa gue dan penjaga sekolahan ini, entah itu manusia atau setan.
Gue memutuskan pulang belakangan, jadi hanya tersisa gue di sekolahan ini. Saat gue baru saja keluar dari gerbang sekolah, gue melihat pemandangan yang membuat gue muak. Di sana tampak dua kelompok dari sekolah yang berbeda, salah satunya dari sekolah gue.
Awalnya gue ingin pergi saja, namun gue mengurungkan langkah karena gue melihat Giandra, ya tuhan dia sudah babak belur.
Gue enggak tahan lihat ini semua, jujur gue kasihan melihat Giandra dalam kondisi seperti itu. "STOP...!!" Teriakan gue berasil menghentikan mereka.
"PERGI LO DARI SINI" Giandra menatap gue bengis.
"Kalian bukan anak kecil lagi, gue perintahkan berhenti sekarang juga atau gue..." ucapan gue di potong Giandra.
"PERGI DARI SINI!!" Nada bicaranya semakin meninggi, wajahnya sudah memerah karena menahan emosi.
Merasa percuma saja menghentikan mereka, gue memutuskan untuk melanjutkan jalan gue.
BRUUKK!! Satu pukulan kayu melayang, Gue seketika terkejut dan berbalik badan. Giandra terjatuh tepat di hadapan gue.
Gue melihat ke arah kelompok sekolahan gue yang sudah menyerah, karena mereka tidak menggunakan senjata.
"Kalian semua banci, lo pada liat, mereka tidak membawa senjata sedangkan lu pada bawa kayu segala, ini buktiin lu pada banci semua!" Gue sudah mulai emosi. "Kalian mau gue laporin ke polisi!" Gue siap-siap mengambil handphone yang berada di saku seragam gue.
"Banyak bacot lo, udah kita pergi aja, males ngelawan perempuan" mereka semua langsung pergi begitu saja.
Gue mulai panik melihat kondisi Giandra dan teman-temannya. Gue memutuskan untuk menelfon Rendy.
"Lo harus segera ke sini, barusan Giandra sama teman-temanya tawuran dan lo harus bantuin gue sekarang" perintah diandra dengan nada khawatir.
Setelah menelfon Rendy diandra menghampiri Giandra yang sudah pingsan. Wajah Giandra sudah babak belur, darah segar keluar dari hidungnya.
"Lo kenapa jadi berubah sih, lo suka bikin gue susah tau gak, lo fikir gue akan diam saat lo seperti ini, gue enggak kayak lo yang enggak punya hati" Diandra mengeluarkan unek-uneknya.
***
[Author pov]
Sedari tadi Diandra hanya bolak balik di depan pintu UGD. Di dalam sana ada sosok yang tanpa sadar sudah menguasai isi hatinya.
Langkahnya terhenti saat pintu ruang UGD terbuka dan keluarlah dokter.
"Bagaimana keadaanya dok?"
Dengan penuh kecemasan diandra menunggu jawaban dokter."Pasien dalam keadaan baik-baik saja, tidak ada cidera ataupun luka yang serius, mungkin beberapa jam lagi pasien akan segera sadar" tutur dokter itu.
"Alhamdulillah, Trimakasih dok"
Dokter itu berlalu pergi.
***
Diandra masih setia menunggu Giandra sadar. Dia menggenggam jemari Giandra, merasakan dinginnya jemari itu.
Kleek..! (Anggap aja suara pintu kebuka).
Diandra melihat siapa yang datang dan ternyata papanya Giandra, Rio. Rio menghampiri Diandra. Dia merasa legah setidaknya Diandra sudah mulai menerima putranya itu kembali.
"Trimakasih sudah mau nungguin Giandra"
"Sama-sama om" Diandra tersenyum sopan.
"Om malu sama kamu, om ayahnya sendiri aja enggak bisa nungguin dia saat seperti ini, Giandra memang tidak beruntung memiliki sosok ayah seperti om, yang hanya memikirkan pekerjaan, dan om berterimakasih sekali sama kamu karena sudah menjaga Giandra"
Diandra sedikit tersentuh mendengar tutur Rio.
'Jika gue berada di posisi Giandra mungkin gue akan seperti ini, gue kasian sama lo, tapi gue belum bisa melupakan kesalahan lo dra' suara hati Diandra.
"Om saya ke depan dulu ya, kasihan Rendy sendirian dari tadi" ijin Diandra.
"Oh..iya, om akan jagain Giandra, sekali lagi trimakasih"
"Sama-sama, diandra keluar dulu ya om" Diandra melangkah meninggalkan ayah dan anak itu.
Saat keluar dari kamar rawat Giandra, dia melihat Rendy tidak sendirian, melainkan ada rara.
"Giandra sudah sadar?" Tanya Rendy dengan penuh kecemasan.
"Belum" Diandra duduk di samping Rara.
"Lo kelihatanya kecapean, dan ini sudah jam 7, apa enggak sabaik nya kita pulang, di dalam juga sudah ada om Rio kan" Rara cemas takut sahabatnya kecapea'an.
"Kalian duluan aja kepakiran, biar gue yang pamitan sama om rio" rendi memasuki kamar rawat Giandra.
Diandra dan Rara berjalan menuju parkiran. Sebenarnya diandra masih ingin menunggu Giandra sampai sadar.
[BERSAMBUNG]
SORRY UPDATENYA LAMA,
CERITANYA PENDEK!
KAMU SEDANG MEMBACA
ONLY YOU [END]
Teen FictionCover by : @diini.p [Follow dulu baru baca] "Diandra lo PMS?" Tanya giandra yg berada tepat di belakangnya. Rara melirik ke arah rok diandra "dra lo PMS?" Tanya rara. Diandra menggeleng bingung "gue enggak PMS" diandra melihat ke bangkunya dan ada c...