[part 4 : menunggu jawaban]

3.1K 128 4
                                    

GIANDRA POV.

gue menatap langit-langit polos kamar gue, gue memikirkan perasaan aneh yang datang setiap gue dekat sama diandra. Akhir-akhir ini saat gue dekat sama tuh cewek jantung gue berdetak lebih kencang, dan gue sekarang mulai suka sama kepribadian dia yang selama ini gue enggak tau.

"SUKA! No...enggak mungkin gue suka sama tuh bocah, tapi jujur gue mulai yaman ada di dekat dia" gue mengacak rambut gue kesel. Gue bangkit dan mondar mandir di balkon kamar gue.

"Tapi bisa jadi gue suka sama dia, toh ternyata dia baik, eh...emang dari dulu dia baik begok lu nya aja yang jahat, lah...kenapa gue jadi bicara sendiri, gue benar-benar gila" gue menggaruk tengkuk gue yang tidak gatal.

Dreet...drreet!!

Gue mengambil handphone yang berada di meja belajar yang tidak pernah gue pakai untuk belajar.

"Kenapa nelfon gue malam-malam gini"

'Gue udah nyiapin semuanya untuk lo nembak diandra'

Jika gue sedang minum, gue yakin sekarang gue tersedak.

"Loh...kok lu yang nyiapin semuanya"

"Lagian lo lama banget nembak diandra"

"Kan gue belum siap begok"

"Hahaha...emang lo mau nembak beneran pakai enggak siap segala, lo ingat ini bohongan nyet, atau lo benar-benar cinta sama tu cewek"

"Njir..enggak lah"

"Yah udah besok lo ajak diandra ke restoran bokap gue, jam 7 lo sudah harus datang"

"Iya.."

"Awas lo enggak datang"

"Iya..bawel banget si lu jadi laki"

"Nanti bokap gue rugi kalau lo enggak datang soalnya makanan, dekorasi sudah gue pesan, nanti kan lo yang bayar"

"Buset..kan lo yang bikin rencana
Jadi lo lah yang bayar"

"Gue bencanda begok"

"Udah lama-lama gue bicara sama lo jijik gue"

"Hayati sakit bang"

"Jijik gue, bay"

Gue menekan tombol merah. Kepala gue semakin pusing, gue bingung gimana caranya besok gue bicara sama diandra.

***

AUTHOR POV.

motor giandra berhenti tepat di depan rumah diandra.

"Thanks" diandra turun dari motor giandra. "Lo enggak mau masuk dulu" sambungnya.

"Langsung pulang aja"

"Kalau gitu gue masuk dulu" belum satu langkah diandra melangkah giandra sudah menahannya.

"Nanti malam gue jemput, gue mau ngajak lo ke dinner, jam 7 gue jemput lo"

"Iya, gue masuk dulu"

Setelah memastikan diandra masuk ke rumah, barulah giandra menjalankan motornya lagi.

***

Semua isi lemari sudah di berantakan. Gadis ini sudah berapa kali menyedangkan baju yang cocok untuk dia pergi dinner pertamanya.

"Kok gue jadi ribet gini, mau dinner sama giandra, tapi ini dinner pertama gue, gue harus terlihat feminim dan cantik"

Tangannya meraih minidres selutut berwarna hitam. Baju itu pemberian dari rara waktu ulang tahunya tahun kemarin yang belum di pakainya.

Ia memutuskan untuk mengenakan dres hitam itu. ia memoleskan makeup natural.

"Diandra..ternyata lo cantik juga kalau feminim" pujinya ke dirinya sendiri.

tok...tok...

"Diandra tuh giandra sudah jemput" teriak mami diandra dari luar.

"Iya mi aku sudah siap"

***

GIANDRA POV.

"Ayo...berangkat" gue mendengar suara diandra. Saat gue berbalik.

"Gue enggak salah orang kan, ini benar diandra"batin gue.

Gue terseyum terpana dengan penampilan diandra yang sangat beda, dia feminim dan cantik.

Gue dan diandra memasuki mobil gue. Gue enggak sengaja bawa mobil, dan itu tepat karena enggak mungkin diandra naik motor dengan minidres itu dan bajunya hanya berlengan sejari.

Saat sampai di restoran, gue langsung menuju ruangan VIP yang sudah di pesan rendy.

Saat memasuki ruangan yang ternyata autdoor karena mejanya berada di balkon restoran itu.

Gue lihat diandra yang terpana dengan dekorasi yang di buat rendy. Tunggu, mata gue menangkap banyak foto polaroid yang di jepit ke lampu berkerlap kelip.

'Itu kan foto diandra yang gue diam-diam foto dia pas gue sama dia ke dufan, lancang banget lo ren buka kamera gue enggak bilang-bilang'

"Ini semua lo yang lakuin?" Tanya diandra yang berasil buat gue kaku, gue menarik nadas dan mencoba menyembuyikan kebohongan gue "iya, gimana cantik enggak"

"Fotonya keren, lo foro gue diam-diam, thanks"

"Kita duduk dulu" diandra duduk di hadapan gue.

Dua pelayan datang membawakan makanan mewah.

"Jujurya, gue lebih suka makan di rumah makan biasa, selain murah porsinya juga banyak, dan kebersihannya bisa terjamin" ujar diandra, gue juga sebenarnya mau ngerencanain nembak diandra dengan hal yang sederhana, karena gue tau diandra orangnya tidak suka yang berlebihan.

"Tapi gue suka kok, makan di restoran" diandra terseyum manis ke gue, aduh...tu senyum menyengat hati gue.

Jujur sejak tadi malam gue enggak bisa tidur karena ini semua. Gue menyakinkan diri gue, gue memang mencintai diandra. Gue akan menjadikan dia pacar gue sesungguhnya dan bukan karena taruhan.

Gue menggengam tangan diandra yang baru saja selesai makan. Dia menatap gue bingung.

"Ke..kenapa?" Tanyanya.

Gue menarik nafas dan menghembuskanya. "Gue mau bicara sama lo"

"Apa?" Tanyanya semakin penasaran.

"Gue jatuh hati sama sikap lo, yang baik, perhatian, dan pemberani, lo beda sama cewek yang pernah gue lihat, gue tidak cinta sama lo hanya karena lo malam ini berpenampilan beda, gue sudah jatuh hati sejak kita berteman dan gue tau siapa lo sebenarnya. Gue jatuh hati sama kepribadian lo, Gue berubah karena lo, semua perubahan gue itu karena lo, kamu mau jadi pacar aku?"

"Sorry gue butuh waktu, gue tidak bisa mengambil keputusan secepat ini, bukan gue meragukan lo, tapi gue sudah jera sama yang sebelumnya" diandra terseyum ke gue, gue sudah tau kisah diandra yang sering di permainin matan pacarnya dulu, gue tau ini karena rendy yang tentunya mencari tau semua latar belakang diandra.

"Tidak apa-apa aku akan tunggu jawaban lo besok"

ONLY YOU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang