Entah kenapa perasaan gue enggak enak dari semalam. Gue selalu mikirin giandra, selama pelajaran tadi gue enggak bisa fokus. Apalagi gue enggak tau kabar giandra sekarang bagaimana.Kini gue sudah berada di rumah sakit. Gue mempercepat langkah kaki agar segera sampai di ruang rawat giandra.
Deg..! Seketika langkah gue terhenti saat melintas di ruang ICU dan di sana ada om rio. Tampak jelas kecemasan dari raut wajahnya.
Dengan langkah ragu gue menghampiri om rio. "Om..." sapa gue.
Om rio melihat ke arah gue, dia terseyum tipis. "Eh..diandra" gue tau dia pura-pura tegar sekarang.
Perasaan gue semakin tidak enak, jujur sekarang gue sangat takut jika ada hal buruk menimpa giandra sekarang.
"Bagaimana keadaan giandra om, dan kenapa om ada di ruang ICU, giandra baik-baik saja kan om?" Tanya gue bertubi-tubi."Kamu tenang saja giandra baik-baik saja, dia belum sadar" om rio mencoba menenagkan gue, walau dirinya sendiri juga sedang kahwatir.
"Bagaimana bisa belum sadar, semalam kata dokter giandra baik-baik saja, seharusnya dia sudah sadar dan tidak mungkin sampai masuk ruang ICU" tanpa sadar air mata sudah mengalir di pipi gue.
Gue segera masuk ke ruang ICU, dan gue bisa melihat keadaan giandra yang lemah, mata terpejam, dengan selang oksigen di hidungnya.
Tubuh gue melemah, gue berjalan maju hingga tepat berada di samping kanan giandra.
"Lo cuma tidur kan, lo denger gue kan, lo baik-baik saja kan, lo cuma bohongi gue, iya kan, jawab gue dra.., lo enggak boleh diam seperti ini, lo itu pecicilan, kalau lo diam seperti ini siapa yang bikin gue kesel setiap hari, siapa yang usilin murit-murit, siapa yang bikin onar lagi, lo harus sadar..." gue menangis sejadinya, gue ganggam tangan giandra dengan kencang.
"Gue menyerah sekarang, gue sayang lo, gue cinta lo, gue maafin lo, lo harus sadar...please...sadar..hiks.."
***
《3 minggu kemudian》
Diandra duduk termenung di taman sekolah. Rara sedari tadi berusaha menyakinkan diandra untuk ikut lomba karate seinternasional.
"Ayo lo harus ikut, ini kesempatan emas buat lo, belum tentu lo dapat kesempatan ini lagi" rara berusaha meyakinkan sahabatnya itu.
"Kalau gue pergi, gue enggak bisa jengukin giandra, gue ingin ada di samping dia sampai dia sehat" diandra memang setiap hari menjaga giandra, setiap hari dia setia duduk di samping giandra sampai larut malam.
"Gue yakin giandra akan kecewa kalau lo nyia-nyiain impian lo hanya demi dia, gue tau giandra orangnya gimana, lo berhasil dia juga akan senang, di sini ada gue dan rara yang akan jagain giandra" ucap rendi yang tiba-tiba hadir di samping rara.
"Lo berdua harus kasi kabar perkembangan giandra setiap hari, gue enggak akan tenang jika belum mendengar kabar giandra, lo berdua harus janji mau kabar baik atau buruk lo berdua harus kasi tau gue" diandra menatap lekat kedua sahabatnya itu.
"Iya gue janji, lo enggak perlu kahwatir, jadi lo mau ikut lomba itu kan?" Tanya rendi yang berharap diandra menjawab iya.
Diandra terseyum dan menganggukan kepalanya.
Rara bersorak gembira dan memeluk diandra. "Gitu dong, ini baru diandra, lo harus berjuang di sana, jangan terlalu mikirin giandra karena ada gue dan rendi di sini"
KAMU SEDANG MEMBACA
ONLY YOU [END]
Ficção AdolescenteCover by : @diini.p [Follow dulu baru baca] "Diandra lo PMS?" Tanya giandra yg berada tepat di belakangnya. Rara melirik ke arah rok diandra "dra lo PMS?" Tanya rara. Diandra menggeleng bingung "gue enggak PMS" diandra melihat ke bangkunya dan ada c...