[Part 14 : kecewa 2]

2K 91 0
                                    

15:00》

Rara dan Diandra sudah berada di studio konser Wanna one.

"Ra..ke sana dulu yuk, gue mau beli sesuatu" Rara menari Diandra ke tempat yang di tujunya.

Tempat itu khusus menjual pernak pernik, mulai dari bendo bertuliskan Wanna One atau nama membernya, Gantungan kunci, kaos, dan yang paling utama light stick.

Rara membeli light stick untuk dia dan Diandra. Dia memakaikan bando bertuliasan wanna one.

"Lo mau buat gue jadi orang gila?" Diandra mulai bersuara setelah dari tadi diam saja.

"Enggak kok, di pakai yah...please..." Rara kembali memangsang wajah memelasnya.

Diandra memutarkan kedua bola matanya jengah. "Oke gue pakai, lo tuh suka banget liat abang-abang cantik, laki makeup'pan" gerutuk Diandra.

***

Konser semakin meriah saat wanna one menyanyikan lagu terbarunya yaitu i promise you.

Semakin lama Diandra mulai bosan dia duduk ke bangkunya. Pandangannya menyelusuri seberapa matanya bisa menjangkau. Dan tanpa di duga matanya menangkap satu objek.

'Mungkin gue salah liat, enggak mungkin Giandra mau pergi ke konser beginian, lo kemana sih dra... semakin hari lo semakin jauh dari gue'

"Oopppaaaa....!!" Teriakan Rara membuat Diandra sadar dan menutup telinganya.

****

Penderitaan Diandra berakhir. Sebenarnya belum seoalnya sekarang dia sedang menunggu Rara yang lagi mengantiri untuk berbincang singkat bersama abang-abang cantik itu.

"Kak gian, duh ganteng banget sih oppa daniel, lihat dia nulis sesuatu di buku aku"

Diandra merasa familar dengan suara itu. Dia membalikan badannya dan mendapatkan pacarnya bersama gadis yang diketahui bernama Nesya.

Mereka terlihat akrab bahkan seperti sepasang kekasih. Giandra tidak canggung untuk merangkul Nesya.

'Jadi ini kesibukkan lo selama ini, sibuk menjaga jodoh orang, atau gue yang sibuk mencintai jodoh orang?'

Rara telah selesai berbincang bersama wanna one. Dia menghampiri Diandra.

"Draa...gue mimpi apa bisa megang wajah jinyoung, bisa pengangan tangan sama kang Daniel, aak..gue seneng ba..nget.." Rara berhenti saat menyadari sedari tadi sahabatnya itu hanya diam dan dia mengikuti arah pandang Diandra.

Dia menghembuskan nafas berat saat mendapatkan objek yang sedari tadi Diandra lihat.

"Giandra...! Selamat yah dapet gebetan baru" teriak Rara.

Giandra menyadari ada yang bicara ke padanya dengan volume cukup nyaring. Dia menolehkan kepalanya ke depan. Matanya terbelalak saat melihat Diandra dan Rara ada di depannya.

"Pantesan lo jarang ngumpul, rupanya sibuk sama gebetan baru, eh..siapa nama lo, oh iya gue ingat nesya lo jagain teman gue yang satu itu yah" celoteh Rara.

"Udah ra, sebaiknya kita pulang" Diandra mencoba menarik tangan Rara.

"Tapi ra...lo lihat gimana prilakuan giandra untuk nesya, Ra teman yah teman kalau seperti itu ada tanda tanya di sana"

"Dra aku bisa jelasin" Giandra mengjampiri Diandra dan Rara.

"Pulang Ra...atau gue pulang sendirian" Diandra tidak memperldulikan Giandra, ia malah asik menarik Rara untuk pulang.

"Iya kita pulang" Rara dan Diandra akhirnya pergi meninggalkan Giandra.

Giandra terus mengikuti Diandra dan memohon untuk mendengarkan penjelasannya.

Namun langkahnya berhenti saat Nesya menarik pergelangan tangannya. "Aku sudah di suruh pulang".

Giandra menghembuskan nafas, ia mengangguk dan berjalan menuju pakiran.

Di dalam mobil Giandra terus fokus mengendarai mobilnya. Pikirannya masih terbayang tatapan kecewa Diandra.

"Kenapa? Tadi kenapa kak Diandra kelihatannya marah, ada apa sebenarnya?" Pertanyaan itu selalu terlontar namun tidak di jawab Giandra.

"Lo bisa diam..!" Baru kali ini Giandra membentak wanita.

Nesya membeku, bibirnya kelu untuk mengucapkan kalimat lagi. Matanya mulai berkaca-kaca.

Giandra menyadari Nesya yang akan menangis "Sorry, gue lagi ada masalah, gue enggak suka di ganggu saat seperti ini, bukan masut gue marah sama lo, tapi sebaiknya lo diam"

****

Sudah dua jam Diandra berdiri di balkon kamarnya. Matanya menerawang ke depan. Cuaca malam ini baik-baik saja. Tapi tidak membuat hatinya baik-baik saja.

"Apa lagi dra, gue enggak ngelarang lo untuk dekat sama siapapun, tapi jika waktu lo habis hanya untuk dia, gue lo anggap apa?, istirahat sama dia, pulang sama dia, sore sama dia dan bahkan malam juga sama dia. Gue sabar selama ini, gue selalu berfikir positif, gue selalu percaya sama lo, tapi hari ini lo udah ngancurin kepercayaan gue yang ke dua kalinya"

***

Pelajaran matematika sungguh membosankan. Menghitung apa yang sebenarnya tidak akan keluar saat kita berkerja. Diandra mencoba fokus untuk menghindari panggilan Giandra.

"Giandra...kamu kenapa?" Tanya ibu Suci yang sedari tadi mengajar namun dia terusik dengan suara Giandra.

"Tidak bu, cuma mau minjem pulpen" alibinya.

Rendy yang sedari tadi merhatikan tingkah Giandra yang terus memanggil Diandra, namun tidak di hiraukan oleh gadis itu.

Rendy mencondongkan badannya dan berbisik ke Rara. "Kamu harus jelasin apa saja yang terjadi semalam" dan mendapatkan anggukan dari Rara.

***

".....Jadi gitu deh" Rara menceritakan semua yang terjadi semalam.

"Diandra memang pantes marah, aku perhati'in juga giandra makin hari makin nempel sama si nesya itu" Rendy mengambil kentang goreng dan memakannya.

"Aku kasihan sama Diandra, ini gara - gara temen kamu tau enggak, Diandra sedih lagi"

"Iya..iya salah temen aku, tapi kenapa marahnya sama aku?" Rendy menatap kesal rara.

"Maaf...pokoknya kamu harus marahin giandra, aku enggak mau lihat diandra sedih"

ONLY YOU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang