[part 10 : Rendy & Rara]

2.6K 115 1
                                    


Sesungguhnya gadis yang ku inginkan adalah gadis yang dapat mengubahku menjadi lebih baik.

***

Rendy dengan senyum menghampiri rara yang sedang ada di bangku tepi lapangan basket. Dengan membawa kotak bekal berwarna hitam biru.

"Lagi chat sama siapa? Serius banget" tanya rendy yang tanpak cemburu.

"Eh...gue lagi baca novel di wattpad" jawab rara.

"Oh, udah baca nanti pasti baper, pengen punya pacar seperti di cerita, nanti ketawa, nagis sendiri" sindir rendy.

Rara melototkan matanya, apa yang di ucapkan rendy memang terkadang di rasakannya. "Suka-suka gue dong mau baper kek, sedih, ketawa" rara mulai kesel.

Rendy tertawa melihat mimik wajah rara yang berubah cemberut. "Gue minta maaf, nih...gue bawa'in nasi goreng buatan gue" dengan bangganya rendi memgerikan kota bekal itu ke rara.

Rara menatap nasi goreng dengan ragu dan bingung "sejak kapan lo bisa masak?"

"Kalau nasi goreng aja mudah banget" jawab rendy dengan sombong. "Kok natap nasinya ragu, enak kok, rasain aja, pasti ketagihan".

Rara mulai memasukan satu suapan ke mulutnya, rara terseyum ke arah rendy. "Enak kan, siapa yg masak, rendy" rendi menyengir.

"Beli di mana?" Pertanyaan di lontarkan rara.

"Beli? Gue buat dengan tangan gue sendiri" bohong rendy.

"Gue apal banget dengan rasa nasi goreng ini, ini nasi goreng lo beli di persimpangan dekat sekolah kan?" Rara terseyum miring.

"Ren..lo belum ganti duit gue yang lo pakai untuk beli nasi goreng pak amat" tagih giandra yang baru saja datang.

Rendy melotot ke arah giandra. Giandra bingung "kenapa lo melotot, kesurupan?"

"Jadi lo pada langganan nasi goreng pak amat juga" rara mulai bersuara.

"Iya lah, hampir setiap hari makan di warung itu, iya gak ren" jawab giandra.

"Oh ya jadi ini nasi goreng pak amat, bukannya rendy yang masak?" Tanya rara yang semakin membuat rendi terpuruk ketahuan bohong.

Giandra tertawa kencang "masak air aja dia kagak bisa, apa lagi nasi goreng"

"Bohong lagi?" Rara menatap tajam ke arah rendi.

Selama ini rendy sudah sering membohongi rara dari puisi, lukisan, sampai makanan yang ternyata semuanya buatan orang lain.

"Maaf deh..." rendy memelas ke arah rara.

" nih untuk lo aja" dia memberikan nasi goreng itu ke giandra.

"Asik..." giandra langsung melahap nasi goreng pak amat.

Rara berjalan meninggalkan rendi dan giandra.

"Sialan lo, datang-datang langsung bongkar semuanya, tadi nasinya udah gue kasi pelet" rendy meninggalkan giandra untuk mengejar rara.

Seketika giandra menyemburkan nasi goreng yang ada di dalam mulutnya "Anjir...kalau gue naksir dia nanti gimana?" Giandra mengidik ngeri membayangkan jika itu benar-benar terjadi.

***

Diandra heran melihat sahabatnya yang tiba-tiba masuk ke kelas dengan wajah kesal.

"Lo kenapa?" Tanya diandra.

"Gue kesel sama rendy, dia tuh bohongi gue terus, gue sebenarnya enggak butuh di kasi apa pun, cukup perhatian dan cinta dia aja cukup, enggak perlu kasi puisi, lukisan, makanan yang semuanya buatan orang lain, pakai ngaku-ngaku lagi" rara melipat kedua tangannya di dada.

"Jadi lo naksir sama rendy" diandra terseyum ke arah sahabatnya itu.

"Iya lah siapa yang enggak akan jatuh cinta kalau setiap hari berdua terus, di perhati'in da..." ucapan rara berhenti dan langsung menutup mulutnya. Dia melihat ke arah diandra yang sudah menyengir ke arahnya.

"Ciee..." diandra melihat wajah sahabatnya itu sudah merah padam.

Rara menumpuk wajahnya ke lipatan tangan dia yang ada di meja. Dia mengerutuk di dalam hati karena sudah keceplosan.

***

Rara memasuki aula yang sepi. Dia pergi ke aula karena diandra yang mengirimkan pesan untuk menenuinya di aula. Tapi ternyata aula sepi tidak ada orang.

"Gue memang bukan laki-laki yang punya ke ahlian dalam buat puisi, lukisan, masak, gue tidak bisa menjadi pria yang seperti di wattpad, film korea, novel-novel yang sering lo baca, gue cuma laki-laki biasa, yang dulunya suka buat onar, tapi sekarang gue sudah berubah dan itu karena lo, trimakasih sudah buat aku berubah"

Rara membalikan badanya dan mendapatkan rendy yang berada di panggung aula. Sungguh hati rara tersentuh mendengar kata demikata yang di ucapkan rendy.

Rendy menghampiri rara dengan membawa sebuket bunga.
"Gue tidak seromantis pria di drama korea, gue tidak punya kekuatan seperti goblin, tapi gue punya hati, cinta, sayang untuk lo, lo wanita kedua yang berarti di hidup gue selain nyokap gue"

Rara tak mampu lagi membendung tangisnya. Baru kali ini ada pria yang membuat hatinya tidak karuan. Kata-kata ungkapan rendy mampu membuatnya luluh.

Rendy menghapus air mata rara. "Jangan menangis, simpan air mata kamu, aku hanya laki-laki biasa yang tak pantas di tangisi"

"Trimakasih sudah buat gue kesel, marah, gembira, sedih, lo enggak perlu jadi goblin yang bisa menghilang dan pergi ke lain tempat dengan sekejap, lo punya kekuatan tersendiri yang mampu membuat gue nyaman ada di samping lo, gue tidak perlu niup lilin dulu biar lo datang, karena lo akan datang dengan sendirinya saat gue membutuhkan lo, gue enggak butuh puisi, makanan, gue perlu lo ada di sisi gue, cinta lo, perhatian lo, sayang lo, gue perlu lo yang sebenarnya, walaupun suka usil sama gue, tapi itu yang buat gue nyaman ada di sisi lo"

Rara mencurahkan semua isi hatinya, tidak ada gengsi lagi, dia maupun rendy ingin memberi tau isi hati masing-masing.

"Gue hari ini ingin lo jadi pacar gue, lo mau jadi pacar gue" rendy menatap bola mata rara.

"Aku mau" jawab rara singkat tapi bermakna besar buat rendy.

Rendy memberikam sebuket bunga untuk rara.

"WOY...!! Hari ini semuanya makan geratis di kantin, rendi mau kasi PJ ke kita semua!!!" Teriak giandra dari arah belakang.

Rendy membolakan matanya. Sahabatnya itu memang keterlaluan.
'Habis duit gue....'

Semua bersorak gembira dan langsung menuju kantin. Giandra dan diandra menghampiri rara dan rendi.

"Lo tenang aja nanti gue bantu bayarnya kita bagi dua, gue juga mau PJ mereka semua, gue kan udah jadian sama diandra" giandra tidak tega sama sahabatnya itu.

"Jaga teman gue, jangan pernah buat teman gue sedih, lecet aja sedikit, tulang-tulang tubuh lo jadi taruhannya" diandra menatap sinis ke arah giandra.

"Ngeri neng, gak berani akang ngelecetin temanya eneng" rendy menatap ngeri ke arah diandra.

[BERSAMBUNG]

ONLY YOU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang