[Part 18 : kesel]

2.1K 118 0
                                    


"Semuanya aku berangkat dulu ya" Sura semangat Diandra yang sudah selesai memakai sepatunya.

"Nanti langsung pulang ke rumah ya" ucap mami Diandra.

Diandra menoleh "kayaknya enggak bisa deh mi..soalnya nanti pulang sekolah mau langsung latihan karate, enggak enak sama yang lain udah lama enggak latihan"

"Yah..udah, hati-hati di jalan, belajar yang bener, dan nanti paslatihan yang bener jangan sampai cidera" nasehat maminya.

Diandra menganggu dan menyalami tangan maminya "iya mi.. assalamualaikum"

Diandra langsung memasuki mobil yang sudah terparkir di depan rumah. Diandra memilih duduk di bangku penumpang. "Selamat pagi pak Yadi" sapanya.

"Pagi neng" jawab sang supir.

"Tuh kan pak Yadi, enggak usah panggil Eneng, non, nyonya atau apapun itu, panggil nama saja kan bagai manapun bapak udah Diandra anggap seperti orang tua sendiri sama seperti bikin tarsih" protes Diandra, ia memang sudah menggap pak Yadi dan bik tarsih keluarga sendiri. Pak Yadi dan bik tarsih adalah sepasang suami istri yang bekerja dengan keluarga Anton sejak Diandra belum ada.


Pak Yadi mengangguk "i.iya"

Diandra mengerutkan dahinya saat menyadari sang supir memakai kaca mata dan memiliki suara berbeda.
"Pak, enggak kena matahari kali di dalam mobil, masih aja pakai kaca mata itam, udah gitu kaca matanya keren lagi, minjam punya anak ya?"

Pak Yadi tertawa "iya nak Diandra, ini saya minjam dari anak saya, kebetulan mata saya lagi sakit, kan konon katanya enggak boleh di lihat nanti nular" alibi pak Yadi yang sepertinya KW.

Diandra mengangguk mengerti "bapak sakit ya? Kok suaranya beda, kayak suaranya..ah enggak mungkin"
Diandra merasa suara pak Yadi seperti suara Giandra, tetapu ia mencoba kecurigaannya itu.

"Iya non saya lagi sakit tenggorokan juga" jawab lawan bicara Diandra.

"Bapak perawatan di mana, kok mukanya mulus gitu, ih..rambut pakai di semir lagi, jangan-jangan bapak ada istri baru yang lebih muda, dan bapak ngubah cara berpakaian bapak biar kelihatan seumuran, pak..pak..nanti Diandra bilangin sama bik tarsih loh" ngoceh Diandra di sepanjang jalan sambil menggoda supirnya yang bergaya pakaian seperti anak muda jaman sekarang.

Sesampainya di sekolah pak Yadi langsung membukakan pintu untuk Diandra. "Pak..tunggu dulu kok kayanya itu kemeja dan celananya seperti seragam sekolah, ih..si bapak jangan-jangan pacarnya anak SMA, dan bapak nyamar jadi anak SMA mantap jiwa..." Diandra bertepuk tangan dan terkekeh menertawai supirnya.

"Emang masih SMA kali" pak Yadi membuka jaketnya dan kaca mata yang di pakai.

Diandra terdiam dan melongok, betapa bodohnya dia bisa ketipu sama orang yang mengantarnya ke sekolah hari ini. "Giandra..Kok Lo sih, Lo ngapain pakai mobil bokap gue?"

Yap! Orang yang di sangka Diandra pak Yadi sang supir ternyata Giandra.

"Enggak salah nak Diandra, coba lihat
Plat mobilnya" Giandra menunjukan senyum miringnya.

Diandra mengerutkan dahinya dan berjalan ke arah depan mobil dan ternyata bener itu mobil bukan milik bokapnya. 'kok..gue bisa sebodoh ini sih, enggak mungkin pak Yadi semulus itu mukanya, gue enggak liat lagi dia enggak pakai seragam supir'

"Jadi yang salah siapa?" Tanya Giandra menghampiri Diandra.

"A.uk ah.." Diandra melangkah meninggalkan Giandra.

"Neng ongkosnya mana..!" Teriak Giandra sambil terkekeh. Tapi hanya mendapatkan tatapan sinis Diandra.
"Makin sayang deh kalau kamu marah kayak gitu"

***

Diandra menunggu pak Yadi menjemputnya. Ia harus memastikan agar tidak salah masuk mobil dan itu benar-benar mobil milik keluarganya.

Dia memasuki mobil yang sudah pasti milik keluarganya. "Bapak kemana tadi pagi?"

"Ada di garasi, lagi manesin mobil" jawab pak Yadi.

"Kok aku bisa sampai salah masuk mobil, lagi kenapa enggak di depan rumah aja nunggunya?"

"Kan seperti biasa gitu, malahan bapak nungguin nak Giandra sudah sampai setengah jam, bapak tanya sama satpam dan ternyata kamu udah pergi sama nak Giandra" pak Yadi menjelaskan kronologi yang terjadi sebenarnya.

"Em..yah udah deh, pak anterin aku ke tempat latihan karate ya"

Sesampainya di tempat latihan karate Diandra langsung mengganti baju di ruang ganti. Setelah itu dia menuju ruangan latihan.

Tenyata di sana masih sangat sepi. Matanya menyapu segala penjuru. Senyumnya terukir saat mendapati seseorang yang sedang latihan menggunakan samsak.

"Senpai vino" panggilnya sang menghampiri senpai atau seniornya itu.

Vino mengehentikan kegiatan latihannya. Ia berbalik dan tersenyum ramah ke arah Diandra. Saat dia berada di hadapannya ia langsung mengacak rambut dia Diandra.
"Lo kemana aja?" Tanyanya.

"Kebiasaan deh" Diandra memanyunkan bibirnya dan membetulkan ikatan rambutnya yang hancur karena vino. "Biasa banyak tugas sekolah" sambungnya.

"Oh..btw congratulations yah, maaf enggak bisa nonton pertandingannya"

"Trimakasih, enggak apa-apa kok, trimakasih kakak udah nyemangati aku juga walau dari jauh"

Saat asik ngobrol tiba-tiba
"Hei! Kalian ini malah enakan ngobrol di sana"

[Bersambung]

Kesel banget udah ngetik sampai 700 lebih kata eh ke hapus jadi sisanya 516 kata. Jadi harap maklum yah kalau ada kata-kata yang salah dan ceritanya pendek.

ONLY YOU [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang