Chapter 1

4.5K 162 20
                                    

     Di dunia ini terdapat 7 elemen penting yaitu Angin, Tanah, Api, Air, Petir, Cahaya dan Kegelapan yang di sebut elemen Penhan.

Ada elemen yang lain selain ketujuh elemen tersebut tetapi tidak begitu penting dalam kehidupan yang di sebut Pensrif.

Di dunia ini hampir semua manusia dapat mengendalikan setiap elemen tersebut yang di sebut Sang Pengendali dan ada pula yang tidak dapat mengendalikannya yang di sebut Sang Cacat.

Hiduplah seorang anak yang bernama Hida Agsyuri yang hidup sebatang kara bersama ibunya yang bernama Sila Agsyuri disuatu desa yang bernama desa Cindora.

Setiap pagi anak yang memiliki rambut gimbal berwarna abu kehitaman itu harus bangun sangat pagi untuk membantu ibunya untuk menanam padi di belakang rumahnya untuk membantu dalam perekonomian keluarganya.

Setelah ia membantu ibunya, dia pun pergi menuju ke sekolahnya yang bernama Sekolah Dasar (SD) Cindora 1. Anak yang masih duduk di kelas 6 tu adalah seorang yang penyendiri, tetapi memiliki banyak sekali teman karena ia seorang anak yang dapat di andalkan, jujur, bijak sana, dan pintar.

Di saat ia sedang menuju ke sekolahnya, ia bertemu dengan teman sejak kecilnya yaitu Napa Duklar. Ia seorang teman yang perhatian, ceroboh, bodoh tetapi giat dalam segala perkerjaan.

"Yoo Hida," panggil temannya itu sambil melambaikan tangannya dari kejauhan dan berlari menuju arahnya.

Hida hanya menatapnya dengan tangan kanan yang dia angkat dan sambil memberikan senyuman manisnya.

Napa pun sampai di dekatnya.. "Hei, lama tidak bertemu ya " ucap anak berambut merah tersebut.

"Iya, lama tidak bertemu," kata sambil Hida tersenyum.

"Kau banyak berubah juga ya," kata Napa.

Hida pun meninggikan alis kanannya.  "Memangnya apa yang berubah dariku?" Tanya Hida dengan keheranan.

"Yaaa banyak, dulu kau itu selalu terlihat bersemangat, tapi sekarang kau itu lebih terlihat lebih dingin. Rambutmu juga gimbal sekarang," jawab Napa dengan rinci.

"Begitu yaa. Apa aku harus jadi seperti dulu lagi?" Tanya Hida dengan tangan kanan yang memegang dahu dan melihat ke langit.

Napa menggoyangkan tangan kanannya, "Tidak tidak, lebih baik seperti ini. Pasti akan lebih banyak perempuan yang akan mendekatimu," ucapnya dengan tersenyum.

Hida pun memasang wajah kesal, "Ah, kau buat bingung saja," katanya.

"Hehehehehehe," Napa tertawa dengan tangan kanannya di belakang kepala.

Tak lama kemudian, mereka pun sudah sampai di gerbang sekolahnya. Baru saja mereka memasuki gerbang, tatapan wanita sudah tertuju pada diri Hida, tetapi Hida tidak memperdulikannya.

Napa langsung memukul pundak Hida. "Hida, lihat tuh. Semuanya perempuan melihatmu," katanya.

"Lalu?" Tanya Hida dengan dingin.

Napa langsung terdiam. "Tidak apa apa," ucapnya dengan senyum.

Di sepanjang jalan mereka untuk menuju ke kelas mereka, mereka terus di perhatikan oleh setiap para gadis yang berada di sekolah itu.

Lalu, di saat mereka memasuki kelas secara berserempak para gadis yang ada di kelas mereka meneriaki namanya.

Hida membuka pintu kelas. "Selamat pagi," katanya dengan dingin.

"Kyaaaaa!! Hida!! Sudah lama ya!! Kamu makin tampan saja!! Kyaaaa!!" Teriak para gadis di sana.

Hida tidak melakukan apa apa lagi selain memberikan senyuman kecil pada mereka. Hida dan Napa pun langsung duduk di kursi mereka.

Sang PengendaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang