Kejadian di mana Lilit dan rekannya yang ternyata adalah guru dari sebuah sekolah yaitu Oman, telah berlalu. Keadaan telah kembali menjadi damai, sekolah masih berlanjut hanya rekontruksi berada di setiap ujung sekolah, beberapa murid masih ada yang melanjutkan sekolah mereka dan ada beberapa yanh berhenti sekolah terlebih dahulu karena mereka takut akan di serang kembali.
Halaman sekolah yang cukup luas selalu dipenuhi oleh setiap murid di saat jam istirahat, banyak murid yang membawa bekalnya atau membeli makanan di kantin lalu mereka bawa menuju halaman sekolah tersebut bersama teman-temannya.
Sizi, Sage, dan Napa sedang menyantap makanan mereka yang berada d sebuah pohon besar dekat tembok sekolah.
"Haaaaaahhhh, akhirnya kita bisa menyantap makanan juga," ujar Sage yang sedang membuka kotak makanannya yang berisi roti lapis dengan daging.
"Inilah surga duniawi kita, dengan beberapa makanan, suasana yang sangat tenang, dengan kesejukan yang diberikan oleh pohon besar ini," ujar Napa yang kedua lengannya langsung membuka lebar seperti bunga menghadap ke atas.
"Meskipun dengan kejadian-kejadian yang telah menimpah kita?" tanya Sizi yang sedang meminum minumannya dengan posisi kepalanya yang ia tundukan.
Seketika susana langsung berubah menjadi senyap tanpa ada sepatah katapun.
"Yaaaa, tetapi, semuanya sekarang telah berlalu dan kita semua selamat, kan?" kata Napa dengan senyuman yang dibarengi dengan kedua alisnya yang menyatu.
"Iyaaaa itu betul sekali. Omong-omong kamu bawa makanan apa, Napa?" kata Sage dengan raut wajahnya yang sama seperti Napa.
Napa langsung menoleh ke arah tempat makannya dan menunjukannya, "Ah ini nasi goreng buatanku sendiri, mau coba?" katanya dengan makanannya yang ia julurkan pada Sage.
"Boleh juga."
"Apa desa ini benar-benar aman? Dengan semua kejadian yang menimpa kita?" ujar Sizi dengan posisinya yang masih seperti awalnya.
Napa dan Sage langsung menghancurkan raut wajah senangnya dan langsung berdiam diri tanpa kata.
"Tenang saja."
Tiba-tiba seseorang datang sambil mengucapkan kata itu dengan santai.
Mereka bertiga langsung menoleh ke arah suara tersebut, dan mereka terkejut jika suara tersebut adalah salah satu teman mereka yang sangat percaya diri jika ia bisa mengalahkan siapapun.
"Ronma?"
"Apa maksudmu dengan tenang saja?" tanya Sizi yang masih belum mengubah posisinya.
"Yaaa itu betul, para ksatia masih belum kembali dari perjalanan mereka, dan di desa hanya ada para penyelediki, keamanan, dan para medis yang tidak banyak," ujar Sage.
"Maka dari itu, kita harus memperkuat elemen kita," ujar Ronma dengan lengan kanannya yang ia kepalkan dan sikutnya membentuk L.
Napa yang terbawa emosi langsung berdiri, "Apa kau pikir itu sangat mudah? Kita masih berumur 12 tahun, kita tidak akan bisa kuat dengan elemen sebesar itu. Lihat Hida, ia sekarang di tahan terlebih dahulu oleh para penyelidik, Sulas menjadi terganggu emosinya karena Lilit."
"Itu hanya karena mereka masih lemah, andaikan saja mereka sudah kuat sepertiku pasti itu semua tidak akan terjadi," ujar Ronma.
Sizi pun yang secara tiba-tiba sudah merapihkan tempat makannya langsung berdiri, "Dengan sangat mudah kau berkata seperti itu, memang sebenarnya kau dari mana saja, kau datang secara tiba-tiba pada akhir pertarungan. Siapa lemah? Tentu saja kau sendiri yang datang terakhiran."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Pengendali
FantasyDi dunia ini terdapat berbagai macam elemen yang terdiri dari berbagai macam elemen. Ada yang elemen alam dan ada yang elemen buatan, dan di dunia ini pasti ada orang yang bisa mengendalikannya termasuk Hida dan teman temannya ini.