Ronma, Sizi, Sage, Sulas, dan Napa terdiam seketika. Ketika melihat keadaan sekelilingnya yang belum pernah mereka lihat sebelumnya. Ketakutan dari kelompok lain yang sangat belum berpengalaman dan ditambah kekurangan ilmu tentang alam liar, terutama di hutan tersebut yang membuat hati mereka pun sedikit tergoyah dan ikut merasa ketakutan.
Ronma yang melihat kelompok lain yang menyerah, tidak ingin ikut menyerah begitu saja dari tes pertama tersebut.
"Baiklah, semuanya. Lebih baik kita berkumpul terlebih dahulu untuk membuat strategi..."
Keempat temannya tersebut pun merasa jika hal itu bukanlah ide yang buruk dan langsung mendekat ke arah Ronma dan membuat lingkaran.
"Tapi, agar lebih bisa sedikit santai, lebih baik duduk saja..." ujar Napa.
Ronma terkejut dengan saran Napa yang sangat membantu, "Ah, kau benar. Yasudah ayo semuanya duduk terlebih dahulu..."
Kelima bocah yang berasal dari kelas 6-1 itu langsung duduk, dengan tatapan wajahnya masing masing yang masih ketakutan dengan keadaan sekitarnya.
"Jadi, bagaimana ini? Aku belum pernah langsung terjun ke alam liar..." kata Sulas yang lebih awal duduk dengan raut wajahnya yang sangat ketakutan.
"Apa dari kita ada yang lebih mengetahui tentang Hutan Labirin ini? Karena yang kita dapat di kelas hanya keadaan dan luas hutan ini, tidak beserta isinya dan hal hal lainnya," ujar Napa yang paling terakhir duduk.
Ronma yang sedikit lebih tahu tentang hutan tersebut langsung mengangkat wajahnya yang sedari tadi ia tundukan.
"Aku tahu tentang hutan ini..."
Seketika semuanya tertuju pada Ronma.
"Hutan ini bukan hutan biasa, di dalam hutan ini terdapat berbagai macam monster hewan yang memiliki level hijau..."
Keempat temannya itu langsung terkejut dan tak percaya dengan apa yang dilontarkan oleh Ronma.
"Apa! Tidak mungkin..." ujar Sulas yang semakin ketakutan.
"Kita ini masih duduk di bangku Sekolah Dasar, melawan yang berlevel biru pun kita belum pernah diajarkan, bahkan yang buatan pun kita tidak pernah melihatnya..." ujar Sage dengan sikap dinginnya seperti dulu.
Sizi pun mencoba melihat kelompok lain yang belum berangkat dengan cara berdiri.
"Hanya tinggal empat kelompok lagi yang belum berngkat, termasuk kita..."
Napa yang medengar hal itu pun mencoba untuk melihatnya, tetapi tidak dengan berdiri melainkan tetap duduk.
"Tak kusangka, kelas 6-3 sudah berangkat semua, kelas 6-2 hanya tertinggal satu kelompok lagi, dan kelas kita hanya satu kelompok yang sudah berangkat..."
"Kelas itu sama halnya dengan gurunya yang sangat licik..." ujar Ronma dengan raut wajahnya yang sangat kesal.
"Apa maksudmu, Ronma?" Tanya Sage dengan sangat dingin sekali.
"Guru itu, adalah salah satu dari kaum kuning sepertiku, tetapi tidak seperti kaum petir yang sangat hina," Ronma pun menatap wajah ketiga temannya dengan sangat serius terkecuali Sizi yang sedang berdiri.
"Kalian, sudah mengetahui tentangku bukan? Tentang diriku yang dibuang oleh kaum petir?"
"Darimana kau tahu?" Tanya Napa.
"Tentu saja dari Guru Ryome. Guru kelas 6-3 adalah salah satu ketujuh bangsawan dari kaum kuning dan sangat terkenal dengan kelicikannya dalam segala hal, dan mungkin juga dia sudah memberitahu kelasnya tentang tes ini, bahkan cara agar lulus dari tes pertama ini..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Pengendali
FantasyDi dunia ini terdapat berbagai macam elemen yang terdiri dari berbagai macam elemen. Ada yang elemen alam dan ada yang elemen buatan, dan di dunia ini pasti ada orang yang bisa mengendalikannya termasuk Hida dan teman temannya ini.