Setelah mereka memasuki gedung tersebut dan melewati pintu gerbang yang sangat sulit mereka lewati karena penjaga, yang bisa mereka lihat hanyalah para penyelidik yang sedang berlatih dengan sangat dahsyat dan jurus-jurus elemen yang tidak pernah mereka lihat.
"Waaahhh mereka hebat-hebat yaa..." ujas Sulas yang sangat kagum dengan kehebatan para penyelidik.
Secara tiba-tiba sebuah elemen api mengarah ke arah dirinya dengan sangat cepat.
"Aaahhhh!"
Tiba-tiba api itu menghilang seperti jurus Napa sebelumnya.
"Itulah akibatnya jika tidak ada seseorang yang boleh masuk ke sini di saat seperti ini. Tapi, tenang saja, kalian telah kulapisi dengan tameng anginku..." ujar Vivi.
Keempat bocah itu langsung terkejut tanpa berkata apapun, karena perkataan yang dilontarkan Vivi memang benar.
Vivi membawa keempat bocah itu ke dalam gedung penyelidik yang tidak ada siapa pun di dalam sana, karena semua orang sedang sibuk memperkuat diri mereka sendiri. Lalu Vivi membawa mereka ke dalam sebuah ruangan yang terdapat sebuah tulisan di atas pintu masuk dengan tulisan Tim Penyelidik No 9 (Peyki)
Di dalam ruang tersebut hanya terdapat sebuah kursi panjang dengan sebuah meja di depannya dan satu buah kursi yang sangat berbeda dengan mejanya yang terpisah seperti halnya khusus untuk seorang yang penting, di belakang kursi tunggal itu ada sebuah papan tulis dengan ukuran yang cukup besar.
"Silahkan kalian duduk di sana..." ujar Vivi yang memerintahkan mereka untuk duduk di kursi yang panjang tersebut.
Mereka berempat langsung duduk di kursi panjang tersebut tanpa berkata apa pun, Vivi langsung duduk di meja yang berada di depan mereka.
"Jadi, apa yang ingin kalian bicarakan?"
Mereka berempat tidak menjawab pertanyan Vivi melainkan mereka menundukan wajah mereka terkecuali Sizi yang hanya bisa melihat tingkah ketiga temannya tersebut.
Sizi langsung menghela nafas dengan sangat sabar dan lansung menoleh ke arah Vivi dengan raut wajah yang sangat serius, "Apa Bu Vivi ta..."
Vivi secara kesal langsung memotong perkataan Sizi, "...jangan panggil aku ibu! Aku masih belum menikah! Panggil saja aku Mbak Vivi. Mengerti?"
Sizi terkejut dengan matanya yang tidak berkedip sama sekali, "Mm, baiklah... Mbak Vivi..."
Vivi langsung mengelus kepala Sizi dengan penuh rasa bangga, "Bagus... anak baik..."
Sizi langsung melepaskan lengan Vivi yang melekat di kepalanya, "Baiklah Mbak Vivi, kita sedang ingin serius..."
"Hahahahaha jangan terlalu serius bocah..."
Vivi tertawa dengan sangat puas tetapi langsung berhenti ketika melihat raut wajah Sizi yang sangat serius begitu pula ketiga temannya yang lain yang langsung merubah raut wajah mereka menjadi sangat serius."Baiklah... apa..."
"Apa Mbak Vivi tahu tentang Suku Petir?"
Vivi menoleh ke atas dengan senyuman, "Suku Petir dari Kaum Kuning?"
Secara tiba-tiba senyuman itu berubah menjadi ketidak sukaan terhadap sesuatu, "Suku paling egois dari semua Suku Petir yang lain..."
Keempat bocah tersebut terkejut dengan apa yang Vivi katakan.
"Apa maksud dari Mbak Vivi?" Tanya Sizi.
"Mereka akan membuang setiap orang yang sangat lemah di suku mereka dan tidak akan pernah mengakui mereka..."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Pengendali
FantasyDi dunia ini terdapat berbagai macam elemen yang terdiri dari berbagai macam elemen. Ada yang elemen alam dan ada yang elemen buatan, dan di dunia ini pasti ada orang yang bisa mengendalikannya termasuk Hida dan teman temannya ini.