Chapter 37

186 4 1
                                    

Kelompok yang dipimpin oleh Dabut pun menjadi tak terkendali, karena kedua teman mereka yang sangat kuat telah tumbang.

Sedangkan kelompok Tapa dan kelompok Vilse masih terus mencari pohon terbesar di hutan tersebut.

"Bagaimana kita mencari pohon tersebut? Ukurannya hampir sama semua..." ujar Tapa dengan raut wajahnya yang kesal.

"Aku pun tidak tahu..." ujar Vilse yang seluruh tatapannya melihat ke segala arah untuk mencari pohon tersebut.

Dengan secara cepat teman Tapa berambut hitam kecoklatan langsung mendekati Tapa dari arah kanannya, "Kenapa kita tidak melihatnya dari atas? Itu akan lebih muda..." ujarnya dengan sangat dingin.

"Itu ide yang bagus, Nata. Tetapi kita belum tentu bisa menaiki pohon ini yang jarak ranting bawah dan atasnya sangat jauh..."

"Eeeee, Tapa. Apa kau lupa dengan elemenku?"

"Batu. Lantas?"

Lelaki berambut panjang dengan sebuah kuncir di bagian belakangnya tersebut langsung menghadapkan kedua tangannya ke bawah.

"Tebing..." ujarnya dengan nada rendah.

Tanah yang berada di bawah pun menjadi naik dan terus naik hingga mengenai mereka semua dan terus menerus naik hingga melewati pepohonan yang berada di sekitar mereka yang memiliki tinggi sekitar 30 meter.

Tapa terkejut dengan raut wajahnya yang baru sadar akan sesuatu.

"Wahahaha, aku baru ingat. Kau kan bisa mengendalikan daratan selagi itu keras seperti batu..." ujar Tapa yang langsung mendekati temannya tersebut.

Teman Tapa itu hanya bisa tertawa kecil melihat ketua mereka yang pelupa, "Ahahaha, kau memang tidak berubah yaa Tapa.."

"Maafkan aku Nata..." ujar Tapa dengan raut wajahnya yang terus menerus tertawa dengan kedua alisnya yang ia kerutkan.

Ketiga rekannya yang lain pun mendekati mereka berdua, seorang lelaki dan dua orang perempuan.

"Jangan bilang, jika kau juga melupakan semua jurus andalan kami juga..." ujar lelaki yang memiliki ekspresi datar dengan rambut pendeknya yang berwarna coklat.

Dua orang perempuan temannya Tapa yang tak lain seorang kembar siam mendekatinya.

"Jika kamu lupa itu sangat jahat tau, Ketua Tapa..." ujar perempuan berambut coklat kehitaman dengan raut wajahnya yang seperti minta dikasihani.

"Apa kau ini benar benar seorang ketua kah?" Ujar perempuan berambut biru keungunan dengan raut wajahnya yang sangat tidak percaya akan sesuatu.

"Eeee jangan gitu dong, Torok, Lupu, Ria. Aku ini ketua kalian tahu..."

"Memangnya kau masih ingat?" Ujar perempuan berambut keunguan yang memiliki rambut terurai panjang nan halus.

"Yaaaa itu... eeeeee..."

"Kau ini, benar benar seorang ketua kah?"

Tapa hanya bisa tertawa dengan raut wajahnya yang merasa bersalah.

Nata pun mendekati Tapa dengan merangkul punggungnya, "Sudahlah, sudahlah yang terpenting dia mengetahui elemen kita..."

Perempuan yang ceria itu pun setuju dengan Nata yang langsung mendekati Tapa, "Itu benar, yaa kan? Ketua Tapa?"

"Eeeeeee yaaaa begitulah..." ujar Tapa dengan matanya yang melirik ke sana sini.

"Jangan bilang kau melupakan elemen kita semua..." ujar lelaki yang memiliki wajah yang datar.

Sang PengendaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang