Chapter 21

140 6 0
                                    

Hari hari telah berlalu tanpa ada kejahatan yang terlihat dari penjahat yang paling ditakuti oleh desa Cindora yaitu Lilit dan Batu Kerikil Terbuang.

Selama berhari hari Hida selalu tidak lupa untuk memperkenalkan sekolahnya itu kepada Sulas, dan juga selama berhari hari itu Sizi selalu melihat mereka dari kejauhan begitu pula Sage dan Napa yang selalu melihat Sizi dari kejauh karena mereka sangat menyukai raut wajah Sizi ketika marah ataupun cemburu.

"Lucu sekali yaaa, raut wajah Sizi ketika cemburu. Hahahaha," ujar Sage dengan raut wajahnya yang sangat gembira.

Ketika ia menoleh ke arah Napa ia terkejut dengan Napa yang melamun dengan tatapannya yang terus menerus melihat ke arah Sizi yang sedang kesal.

"Oy, Napa." Panggil Sage dengan raut wajahnya yang berubah menjadi kesal sambil menepuk pundak kanannya Napa.

Napa pun terkejut dengan tepukan Sage tersebut.

"Ah iya. Hahahahaha lucu yaa."

Sage tidak menanggapi jawaban dari Napa, melainkan terus menerus menatap Napa dengan tatapan kesal.

Napa keheranan dengan tatapan Sage itu, "ada apa Sage?"

Sage tetap tak menghiraukan Napa dam terus menerus menatapinya seperti itu.

Semakin lama tatapan Sage Napa dapatkan, Napa semakin kesal dengan apa yang Sage lakukan.

"Kenapa kau ini!" Kesal Napa dengan raut wajahnya yang kesal.

"Tidak apa apa," Sage pun langsung memalingkan pandangannya ke arah Sizi.

Ketika Sage memalingkan pandangannya, ia terkejut ketika melihat wajah Sizi yang sangat dekat dengan mereka berdua dengan posisinya yang membungkuk ke arah mereka berdua.

"Aaaaaaaaaa!" Teriak Sage dan langsung terjatuh ke belakang.

Napa semakin heran dengan apa yang dilakukan Sage, "sekarang kenapa kau ini?"

Sage pun langsung menunjuk ke arah Sizi.

Napa pun langsung menoleh ke arah yang ditunjukan oleh Sage, "ada apa sih...?"

Seketika Napa terkejut dan terdiam ketika melihat wajah Sizi dengan raut wajahnya yang marah.

Sizi pun langsung menegakan tubuhnya dengan kedua lengannya yang ia simpan di pinggangnya, "apa yang kalian lakukan di sini. Jangan jangan kalian..." Sizi pun langsung memasangkan kuda kudanya.

Sage pun langsung berdiri tegak, "Tu...tunggu dulu Sizi. Ini tidak seperti yang kau lihat." Ujar Sage dengan kedua tangannya yang ingin menahan.

"Lalu apa?" Tanya Sizi dengan cambuk airnya yang ia bentangkan di kedua lengannya ditambah dengan raut wajahnya yang sangat menyeramkan.

"Eeee ini... ini..." Sage kebingungan dan berkata terbata bata dengan pandangannya yang ke sana ke sini lalu ia memandang Napa yang sedari tadi terdiam, "oy Napa. Bantulah."

Napa hanya terus menerus menatapi wajah Sizi dengan tanpa ekspresi, "Tadi... kami... mengintip dirimu yang mengintip Hida..." ujarnya dengan raut wajah tanpa ekspresi itu.

Sage pun hanya bisa terdiam ketika mendengar apa yang temannya itu katakan, "Napa! Apa yang..." Sage pun melihat Sizi, "ahahahahaha, itu semua benar..." ujarnya dengan raut wajahnya yang merasa bersalah.

Napa pun sekejap sadar dengan apa yang ia katakan, "eh ah, itu... bukan bukan... bukan seperti itu."

Sizi pun menatap Napa dengan sangat tajam, "Lalu apa!"

Napa tidak berkata apa apa selain menampakan raut wajahnya yang terpojok, "entah,"

***

Jam pembelajaran selanjutnya telah dimulai, yaitu materi tentang pengendalian yang artinya mereka belajar di luar kelas.

Sang PengendaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang