Chapter 28

95 7 2
                                    

Beberapa hari telah berlalu selepas dari perundingan itu, setelah perundingan itu, demi hari akan selalu terdengar elemen-elemen yang keluar dari setiap pengendali dari penyelidik dan para ksatria untuk berlatih dan memperkuat diri untuk menjaga keamanan desa.

Pagi yang indah pun menambah rasa ketenangan untuk mengawali hari, orang-orang tersenyum ke sana ke sini, begitu juga dengan Napa, Sizi, Sage, dan Sulas yang sedang berangkat sekolah dengan hati yang senang dan melupakan semuanya.

"Aduuuuhhh, kenapa sekarang sangat berisik sekali? Seperti akan terjadi kiamat saja..." ujar Napa dengan kedua lengannya yang menutupi telinganya.

"Yaa mau bagaimana lagi, desa kita sedang berada dalam mode kuning," ujar Sizi yang sudah terlihat membaik.

"Yaaa tapi setidaknya ini masih pagi..." ujar Sage yang sudah memasang raut wajah lesuh.

"Hehehe, kalian ini. Semangat dong!" ujar Sulas yang langsung lari ke depan dengan beberapa langkah dan membalikan tubuhnya.

Mereka bertiga langsung terdiam dan tersipu dengan apa yang dikatakan Sulas.

Tiba-tiba seorang bocah laki-laki datang dengan cepat yang berasal entah dari mana.

"Pagi semuanya..."

Seketika mereka berempat terkejut dengan kedatangan bocah lelaki tersebut yang tiba-tiba datang di tengah-tengah mereka.

Mereka berempat akhirnya tenang ketika melihat sesosok bocah tersebut yang ternyata adalah teman mereka.

"Aaahhhh, sialan kau Ronma," ujar Napa yang sedikit kesal.

"Apa?" tanya Ronma dengan raut wajah yang merasa tak bersalah sama sekali.

"Kau ini selalu saja membuatku kesal dasar bocah listrik!" teriak Sizi yang langsung naik pitam.

"Haaaaahhh, lupakan saja. Aku sedang tidak ingin bertarung," ujar Ronma.

"Waaaaahhhh, tumben sekali kau. Dulu, kau selalu saja langsung mengeluarkan pedang anehmu itu," ujar Sage dengan nada mengecenya yang ditambah posisinya langsung meniru Ronma yang sedang memakai pedang.

"Ahahahaha, betul itu..." Napa yang setuju langsung tertawa terbahak-bahak.

"Haaaahh, sudahlah. Ayo kita berangkat, kita sudah hampir kesiangan," Ronma yang tidak ingin memperpanjang langsung membalikan tubuhnya dan langsung berjalan.

Ronma terkejut ketika melihat Sulas yang sudah berada di kejauhan bersama dengan seorang pria berambut emas terang dengan bajunya yang sangat mencolok seperti seorang bangsawan.

Tetapi, Ronma dengan sangat cepat langsung membalikan tubuhnya dan langsung berpikir dengan wajahnya yang berubah menjadi sangat ketakuta.

"Tidak mungkin! Tidak mungkin itu dia!" Katanya dalam hati.

Lelaki berambut kuning keemasan itu langsung membalikan tubuhnya lagi untuk meyakini hatinya. Tetapi, yang bisa ia lihat hanyalah Sulas yang sedang menuju ke arahnya.

"Kau kenapa, Ronma?" tanya Sage yang kebingungan melihat perilaku temannya itu.

"Ah... tidak ada... tidak ada apa apa..." kata Ronma yang raut wajahnya ketakutan dengan matanya yang selalu melirik ke arah Sulas.

Sesampainya Sulas di dekat Ronma yang sedari tadi terus memperhatikan lengannya yang terdapat sesuatu, langsung ditegur oleh Ronma.

"Sulas, kau berbicara dengan siapa tadi?"

"Ooohh tadi, aku membantu seorang pria yang kesulitan membawa sesuatu pada kendaraan aneh yang belum pernah aku lihat, setelah itu dia memberikanku sebuah hadiah ini yang sangat cantik dan keren," Sulas pun langsung menunjukan hadiah yang ia dapat dari seorang pria yang ia temui.

Ronma langsung memasang raut wajah terkejut dan merasa tidak percaya dengan apa yang ia lihat, itu adalah sebuah karya seni yang hanya ada di negaranya bahkan hanya sukunya saja yang bisa membuatnya.

"Apa! Apa ini benar-benar Tire?" Ujarnya dalam hati.

Sizi, Napa, dan Sage terkejut bahkan tertarik ketika melihat apa yang ada di tangan Sulas dan langsung mendekatinya.

"Eeehhh apa itu Banga?" tanya Sizi yang langsung mendekati Sulas dan Ronma yang disusul oleh Napa dan Sage.

"Wow, itu benar-benar Banga. Tapi itu type Tire yang jarang kita lihat kecuali di negara petir," ujar Napa yang sangat senang melihatnya.

"Benar dan ini bentuknya naga..." Sage langsung menoleh ke arah Ronma, "...apa kau bisa membuatnya?"

Ronma tidak menjawabnya melainkan langsung pergi dari sana dengan sangat cepat.

Keempat temannya yang ia tinggalkan hana bisa memasang raut wajah kebingungan dengan perilaku Ronma yang tiba-tiba menjadi sangat aneh.

***

Sesampainya di sekolah mereka masih kebingungan dengan sikap Ronma hari ini yang aneh.

"Ada apa sih dengan Ronma?" ujar Napa dengan kedua lengannya yang ia angkat setengah.

"Aku juga bingung. Setelah dia melihat karya seni ini dia langsung pergi," ujar Sulas yang sedih seraya matanya terus menerus melihat karya seni itu.

"Apa karena karya seni ini dari negaranya, dia jadi teringat akan kaumnya, kah?" ujar Sage sembari melihat ke arah langit.

"Ah! Itu dia!" teriak Sizi yang langsung menghadang ketiga temannya.

"Apanya yang itu?" tanya Napa dengan heran.

"Apa kau ingat? Perkataan Lilit pada Ronma waktu kita melawannya di hutan? Ketika Lilit merasuki tubuh Sulas..."

"Ah, kau benar..." Sage langsung menyadari apa maksud perkataan Sizi.

"Dia adalah anak yang dibuang oleh kaumnya bahkan sukunya..." Napa langsung mengingat perkataan Lilit.

"Bukan cuman itu, ayahnya saja tidak mengakuinya..." kata Sizi dengan raut wajahnya yang serius menghadap ke bawah.

"Tapi, kenapa dia dibuang oleh kaumnya?" tanya Sulas yang merasa paling tidak tahu apa apa.

Seketika mereka berempat langsung terdiam tanpa kata, karena mereka hanya memiliki informasi yang sangat sedikit tentang temannya itu.

Tiba-tiba seorang pria dengan pakaian yang sangat rapih memanggil mereka di depan pintu aula sekolah tersebut.

"Heeeeeyyy! Ayoo cepat masuk! Jam pelajaran pertama akan segera dimulai!"

Seketika itu mereka berempat langsung terkejut akan teriakan tersebut.

"Waduh, Pak Heine memanggil kita..." ujar Napa dengan raut wajah kesal.

"Yasudah ayo kita masuk... apalagi sih memangnya?" kata Sizi dengan raut wajahnya yang kesal terhadapa sikap Napa.

Mereka berempat langsung berlari menuju guru pengganti mereka itu.

"Sepulang sekolah nanti, kita ke gedung penyelidik, mau?" ujar Sage yang saat itu sedang berlari bersama ketiga temannya.

"Untuk apa?" tanya Sulas dengan bingung.

"Tentu kita temui tim penyelidik peyki yang telah kita kenal. Lalu kita tanya tentang Ronma..."

"Hmmmm ide bagus..." kata Napa dengan tangan kanannya yang memberikan jempol.

"Yasudah sepulang sekolah yaa..." pinta Sizi.

"Okeh..."

"Okeh..."

"Sip..."

Dont forget your voice.

Sang PengendaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang