Chapter 17

240 7 1
                                    

Pagi hari yang cerah dengan didampingi senyuman cerah sang sang surya kedamaian yang diberikan oleh langit biru nyanyian burung burung di langit langit dan suara suata kedamaian dari para masyarakat desa Cindora yang bekerja sesuai dengan status mereka masing.

Para murid yang berlatih mengendalikan elemennya yang diajarkan oleh para gurunya, para medis yang menolong pasiennya, para polisi yang mengamankan desa, dan para penyelidik yang sedang berunding tentang kasus yang dihadapi oleh Hida dan teman temannya.

Gedung kantor penyelidik yang berada tepat disamping kanan gedung polisi, gedung tersebut memiliki 4 lantai yang terdiri dari lantai pertama yang berisi daftar level kasus yang harus diselidiki oleh setiap tim penyelidik, lantai kedua tempat dimana setiap anggota tim bisa beristirahat di tempat duduk yang ia miliki, di lantai ketiga itu tempat dimna setiap ketua tim bisa istirahat dan di lantai teratas adalah lantai yang berfungsi untuk mereka bisa berdiskusi bersama sama.

Pada hari itu para tim penyelidik melakukan diskusi tentang kasus yang baru saja mereka hadapi.

Di dalam ruangan tersebut terdapat sebuah meja berbentuk oval yang sangat besar dan dikelilingi oleh 10 ketua tim penyelidik.

Seorang pria tua dengan janggut yang panjang hingga menutupi dadanya serta pakaian yang cukup besar tuk tubuhnya serta topi yang khas bagu seorang penyihir, datang dari sebuah ruangan yang cukup membuat setiap orang penasaran dengan isinya.

Pria yang rambutnya sudah berubah menjadi putih itu langsung duduk yang kursinya berbeda dari yang lainnya, ia pun langsung menurunkan topinya dan tongkatnya itu.

"Baiklah, mari kita mulai rapatnya." Ujar pria itu dengan nada pelannya.

Suasana di dalam ruangan itu sekejap menjadi sangat sunyi tanpa sebuah suara, angin bertiup dengan sangat pelan, setumpukan kertas berada di depan setiap ketua yang disusul oleh anggotanya di belakangnya, meskipun tim itu tidak ada kertas itu tetap masih ada.

Di dalam ketas itu terbaca sebuah judul "Kasus L" yang sontak membuat seorang ketua terkejut dengan apa yang ia lihat.

"L! Apa kau bercanda Ryome?" Tanya seorang ketua tim 4 dengan rambutnya yang dicukur hanya di sisi sisinya dengan emosi merendahkan Ryome.

Ryome yang sedari tadi bersikap dengan tenang sembari melipatkan kedua tangannya di dadanya dengan mata tertutup hanya bisa menjawabnya dengan mengagguk agukan kepalanya.

Pria yang membentaknya itu langsung terdiam dan hanya bisa menerima jawaban dari Ryome karena ia tahu jika Ryonme selalu jujur dan benar dengan apa yang ia selidiki.

Pria tua yang bertongkat tadi langsung memasangkan raut wajah seriusnya, "Cukup, semua tenang! Sebelum kita menuju ke pembahasan kita harus melihat status setiap tim penyelidik, karena di sini kita hanya berlima dari sepuluh tim."

Semua orang yang disana pun langsung terdiam dengan gertakan pria tua itu.

"Baiklah akan kubacakan," pria itu langsung melihat setiap kertas, "tim 1 Pris B, tim 2 Praski TB, tim 3 Giga TB, tim 4 Ziber TB, tim 5 Meyka B, tim 6 Vosa BS, tim 7 Tiva B, tim 8 Xeve B, tim 9 Peyki BS, tim 10 Juyki B." Pria tua itu langsung menurunkan kertas yang ia baca tadi, ia pun langsung menoleh ke arah Ryome, "baik, Ryome jelaskan padaku mengapa kasus ini kau sebut Kasus L?"

Ryome pun langsung mengambil kertas yang ada di depannya dan langsung membuka matanya, "Karena kita masih berhadapan dengan Lilit," ucapnya dengan sangat santai.

Semua orang langsung terkejut dan langsung terfokuskan pandangannya kepada Ryome.

"Apa!" Hanya kata itu yang Ryonme dengar dari mereka semua.

Sang PengendaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang