Chapter 29 -End, maybe?-

72 1 0
                                        


Author P.O.V

"Ugh..." Akane membuka matanya perlahan. Dia tidak bisa bangun untuk duduk karena terlalu lemah. Dilihatnya keadaan sekitar dan melihat Ryo yang sedang tertidur sambil memegang tangannya.

Ah... Mungkin karena ini tanganku menjadi hangat. Batin Akane seraya tersenyum lalu mengusap-usap rambut Ryo.

Setelah puas, dilihatnya langit-langit kamar lalu menaruh lengannya dikeningnya. Di ingat-ingatnya kejadian yang lalu. Saat mengingatnya, dia langsung mengusap bibirnya dengan kasar.

"Kenapa dia menciumku? Apakah dia tidak melihat cincin yang ada dijariku?" Gumam Akane lalu menghela napas dan menutup matanya. Akane mengambil posisi duduk dan menyenderkan kepalanya didinding kamar.

"Nee Ryo, aku bodoh, ya? Aku mudah sekali cemburu, tapi padahal aku sendiri tidak menyadari kalau ada seseorang yang menyukaiku. Seharusnya aku menjauh dari Ryuenji-kun tadi. Sekarang aku malah jatuh sakit dan membuatmu kerepotan. Hhh, aku tidak tahu harus melakukan apa lagi agar semua orang tahu kalau kita ini sudah menikah"

"Kalau begitu, setelah kau sembuh, ayo kita melakukannya" kata Ryo tiba-tiba​ sambil menatap kearah Akane dalam-dalam.

"R-ryo?! Se-sejak kapan kau bangun?!" Tanya Akane yang wajahnya bertambah merah.

"Sejak kau bicara pada diri sendiri" jawab Ryo.

Akane P.O.V

"Ka-kau mengetahuinya?!"

"Ya, yang kau dicium oleh Ryu, ryu, ryu apalah itu namanya"

"Go-gomennasai, a-aku membiarkan orang lain seenaknya menciumku. Ta-tapi, percayalah, aku sebenarnya tidak mau.... Ja-jadi..."

"Ssstt, aku memaafkanmu. Aku juga mendengar dari Mamoru kalau kau cemburu pada Reiko-chan, aku minta maaf kalau aku membuatmu tidak suka dengan itu. Dan, soal yang ditelepon tadi pagi, itu adalah orang yang pernah menyatakan perasaannya saat SMA. Dia menyatakan perasaannya lagi dan aku sudah menolaknya"

Aku sudah tidak dapat menahannya lagi. Air mata sudah mengalir dengan deras. Bahkan aku tidak tahu kenapa aku bisa menangis. Ryo duduk dipinggir kasur lalu menyeka air mataku lalu memegang kedua pipiku.

"Kenapa malah menangis? Aku 'kan sudah menolaknya. Aku juga sudah memaafkanmu"

"A-aku tidak tahu...hiks.... Aku bahkan tidak mengerti kenapa aku bisa menangis..."

Ryo mendekatkan wajahnya dan menyatukan dahiku dengan dahinya.

"Haha, lihat dirimu. Wajahmu yang memerah karena sakit bertambah merah"

"Mou! Jangan bercanda!"

"Haha, kau ini mudah ngambek, ya"

"Hmph!"

"Haha, baiklah, baiklah" kata Ryo lalu mencium bibirku singkat dan itu sukses membuat suhu badanku memanas.

"Karena kau sedang sakit, yang selanjutnya dilakukan saat kau sudah sembuh, ya" katanya.

"A-apa maksudmu, hah?!

"Kau masih tidak mengerti, sayangku~?"

"Jangan panggil aku sayangku. Aku tidak suka"

"Haha, wakatta, wakatta"

✳❇✳

"Akane, ayo makan dulu" kata Ryo.

"Apa lagi makanan hari ini? Tolong jangan bubur lagi, aku malas"

"Tapi, aku sudah buat bubur..."

Suki? Kirai?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang