Chapter 15

27.1K 2.3K 39
                                    

Gelxo Pov On.

Hari ini, aku dinobatkan menjadi Kaisar Selatan. Sebenarnya, aku sangat-sangat tidak ingin menjadi Kaisar, karena aku memiliki jiwa yang bebas, dan hobi berpetualang. Namun ini ada perintah, perintah yang tidak boleh terbantah.

Setelah penobatan itu dilakukan, aku dan kembaranku menemui seorang dukun. Aku duduk tepat disebelah, kembaranku.

"Kalian adalah kembaran yang cukup dekat, namun suatu hari kedekatan kalian akan rusak karena seorang wanita," ucapnya.

"Wanita? Tidak mungkin, kami tidak pernah tertarik dengan wanita manapun," ucapku, tertawa keras.

"Ya, itu benar. Satu-satunya perempuan yang saya cintai sekarang adalah ibuku," sambung kembaranku.

Aku melihat dukun tersebut, seakan menggerakan jarinya dan mengatakan, "berikan aku waktu tiga hari."

"Baiklah, jika hal itu tidak terjadi. Maka kamu harus mengakhiri hidupmu, saat itu juga!," ucap kembaranku.

"Baiklah, jika perkataanku benar. Berikan aku 30 batang emas." Aku menatap kearah dukun itu. Ternyata apa yang dia inginkan adalah uang.

Kembaranku tertawa kecil, sepertinya ia sama sepertiku. Tidak mempercayainya.

Aku kembali ke ruanganku, dan mengurus beberapa berkas negaraku. Namun ada beberapa berkas, yang harus di cap oleh Kaisar Utara. Sehingga aku keluar dari ruanganku, dan mencarinya.

"Kak?," panggilku.

Namun aku melihat kearah gadis yang berdiri dihadapan kembaranku, aku menatapnya bingung. Karena ia terus memukul kepalanya.

"Ada apa?"tanyanya.

"Oh, ini ada beberapa berkas dari negaramu yang harus kamu urus," jawabku cepat, yang langsung menghentikan lamunanku.

Kembaranku mulai berjalan mendekatiku. Aku dan kembaranku, memasuki ruangannya.

"Dia siapa?," tanyaku, penasaran.

"Mungkin, dayang baru."

"Dia cantik."

Ia menatapku, dan menaikkan sebelah alisnya, "maksudmu?".

"Sepertinya aku tertarik dengannya."

"Berhentilah berulah! Kaisar dilarang menikahi seorang dayang!"

"Ini bukan urusanmu!"

"Aku..."

Saat itu juga, aku menyadari. Kata dukun itu, akan benar-benar terjadi, dan wanita yang ia maksud adalah dayang itu.

Tok...tok...tok...

Kembaranku langsung menghentikan perkataannya, "masuk," katanya.

Aku tersenyum, setelah melihat seorang gadis masuk dengan wajah ceria. Ia mendatangi kami, dan meletakkan beberpaa minumannya, dimeja.

"Ini minumannya, jangan langsung diminum ya, tuan. Soalnya ini panas banget, nanti lidah kaisar melepuh. Kalau nanti melepuh, para dayang dan tabib akan kerepotan. Kalau kerepotan, nanti para dayang sama tabib bakalan sakit juga, karena kelelahan. Kalau kelelahan...".

Aku melihatnya, sambil tersenyum. Namun senyumanku hilang, saat kembaranku mengatakan, "kembalilah."

Namun gadis ini, terus melanjutkan pembicaraanya. Seakan, ia tidak takut dengan apapun.

"Tapi, Kaisar enggak marahkan? Karena burung Kaisar lepas. Kei jadi merasa bersalah, kata bunda. Kalau kita merasa bersalah, kita harus minta maaf. Kalau enggak minta maaf, kita bakal menyesal. Kalau udah menyesal...".

"Kei! Kembalilah." Kembaranku, kembali bersuara, membuatku sedikit kesal.

"Tapi ya, Kei itu kadang bingung. Kenapa wajah kalian mirip? Kata bunda, kalau mirip itu jodoh. Kalau jodoh itu...".

"Gimana kalau kamu jadi jodoh saya?," ucapku, menggodanya.

"Apa yang kamu lakukan!". Kembaranku, tiba-tiba memukul meja denhan keras.

"Eh! Kok Kaisar Utara marah? Kaisar cemburu ya? Jangan cemburu dong, kata bunda...".

"Temui saya sama bundamu!," jawab Kembaranku, yang terus memotong pembicaraan, gadis lucu ini.

"Yahhh..., Kei juga pengen ketemu bunda. Tapi bunda udah meninggal," ucapnya, sambil meminum teh yang sebelumnya ia berikan padaku.

"Keluar dari sini! SEKARANG!". Aku menatap sinis kearah kembaranku, ia benar-benar mengesalkan.

"Ih! Kaisarnya galak, Kei enggak suka. Awas aja kalau suka!"

"Beraninya dayang sepertimu, berbicara seperti itu!"

"Blekk!". Ia menjulurkan lidahnya, kepada kembaranku yang membuatku tersenyum.

Keesokan harinya, aku mencarinya di taman.

"Kei?," panggilku, yany membuat gadis itu menoleh.

"Kaisar Selatan?," tanyanya.

Seorang dayang tiba-tiba menghampiri Kei, dan mendorong kepalanya.

"Belajarlah, untuk memberi hormat terlebih dahulu," ucap dayang tersebut.

"Tidak apa-apa, aku menganggap Kei sebagai temanku."

"Nah dengar itu, aku temannya Kaisar. Teman! Lagian menundukkan badan, bukan berarti kita tidak sopan. Tapi kata bunda, cara kita berbicara lebih menunjukkan kita sopan."

Aku tersenyum, "ikutlah denganku." Aku menarik tangannya, yang membuat semua orang menatap kearahku, dan Kei. Namun aku tidak peduli.

"Ada apa? Kata bunda, enggak sopan tarik-tarik. Tapi karena Kaisarnya tampan, Kei rela kok." Gadis itu, mengedipkan sebelah matanya.

Ia benar-benar terlihat begitu mengemaskan.

"Kamu benar-benar lucu."

"Namanya juga Kei, Kei itu terlahir mengemaskan. Kei juga yakin, dikehidupan selanjutnya. Kei itu lebih mengemaskan."

"Ini, aku ingin memberimu sesuatu." Aku mengeluarkan, kotak kecil yang berada dibelakang punggungku.

"Wuahh!! Itu apa? Boleh enggak, Kei buka?"

"Buka saja." Ia menatap sebuah gelang bewarna merah, dan langsung memakainya.

"Ba-bagus ya...". Seluruh tubuhnya langsung terjatuh, ke tanah. Dengan cepat, aku langsung menggendongnya.

Aku membawanya disebuah dusun kecil. Aku sudah memanggilkan beberapa tabib, dan semuanya tidak tahu apa yang terjadi dengannya.

Beberapa saat kemudian, kembaranku datang.

"Apa yang kamu lakukan?," tanyaku.

"Aku sedang memastikan kesehatan dayangku."

Beberapa saat kemudian, dukun itu kembali muncul.

"Gadis itu memiliki kutukan tujuh turunan," ucapnya.

"Bagaimana cara untuk menyembuhkannya? Saya akan melakukan apapun," ucap kembaranku, yang terasa snagat khawatir.

"Kalian berdua, menikahlah dengannya. Agar kutukannya, hanya berakhir sampai Kei."

"Satu istri, dengan kembaranku sendiri? Apa kamu gila!," teriaknya.

"Hanya itu, cara untuk menyelamatkannya."

Dukun itu tersenyum, dan pergi meninggalkan kita bertiga.

Dan entah apa yang terjadi, aku dan kembaranku menikahi gadis yang sama.

"Kei itu bingung ya, kenapa suami Kei itu dua. Padahal ya, Kei itu berniat untuk tidak menikah. Tapi ternyata, Kei malah menikahi dua orang sekaligus. Kalau dua orangkan Kei jadi bingung, mau tidur sama siapa. Tiap hari, tidur dengan orang yang berbeda. Walaupun wajahnya sama, Kei itu...".

"Berhentilah mengoceh!," teriaknha.

Dan hari ini, saat ini. Kembaranku adalah musuh terberatku.

Flashback OFF

=============

Seluruh flashback udah muncul nih, paling suka yang mana??

🌻; Seven Prince [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang