Chapter 36

26.9K 1.5K 67
                                    

Cinta sejati, adalah seseorang yang rela berkorban untuknya.
-Seven Prince-

Aku membuka kedua mataku pelan, seluruh tubuhku terasa sakit. Mungkin karena, aku terjatuh di dalam sumur.

Aku mengubah posisiku menjadi duduk, dan menatap sekitar ruangan. Ternyata aku berada di rumah sakit.

"Eh, kamu udah bangun? Saya akan panggilkan dokter," ucap seorang suster.

Beberapa saat kemudian, dokter itu meghampiriku. Ia mulai mengecek keadaanku, namun wajahnya terlihat tidak asing.

Aku mengingat seluruh kejadian yang terjadi, terkecuali wajah mereka. Aku sama sekali, tidak bisa mengingat wajah mereka.

"Ternyata kamu sudah bangun, maaf saya tidak bisa menghubungi pihak keluarga anda. Dikarenakan, tidak ada tanda pengenal, saat kamu terjatuh didalam sumur."

"Oh, baiklah. Tidak apa-apa."

Beberapa hari telah berlalu, aku kembali melakukan aktivitasku seperti biasa. Namun perbedaannya adalah, aku menjadi lebih berani terhadap segala hal.

"Lo tuh, semenjak jatuh ke sumur. Otak lo juga ikutan kecebur?!," ucap Airin, sambil mendorong dahiku dengan jari telunjuknya.

Semuanya sudah aku lalui, dari tangisan, pertumpahan darah, bahkan penyiksaan. Jadi tidak ada lagi, hal yang harus aku takuti.

Aku memegang tangang gadis tersebut, "aku bukan Kei, yang dulu. Jadi berhenti mengangguku!".

"Ganggu kata lo?! Lo tau kagak sih, uang kuliah lo itu, disponsor dari roang tua gue! Tanpa orang tua gue, lo bukan siapa-siapa. Mungkin lo hanya bisa jual diri, biar bisa kuliah!".

Aku terdiam membeku, "A-aku memang-".

"Memang apa?! Memang miskin, dan gak tahu dirikan! Jadi mending lo kerjain aja, skripsi gue. Dan semua masalah selesai!".

Gadis itu mendorong tubuhku, hingga aku terjatuh ke lantai. Bahkan ia menendang perutku, berkali-kali.

Aku ingin sekali melawan, namun dunia ini dengan dunia itu. Benar-benar berbeda, dunia sekarang. Uang adalah segalanya.

"Aku tetap enggak mau, dan tidak akan membuat tugasmu!".

"Brani-braninya ya lo." Ia mengangkat tangannya, dan aku dengan cepat menutup kedua mataku. Karena aku tahu, sebuah tamparan akan meleset kearahku.

Entah kenapa, semuanya tiba-tiba terasa hening. Aku mulai kembali membuka mataku perlahan.

Aku menatap seorang pria, menahan tangan Airin. Ia mendorong tangan Airin, hingga Airin memundurkan beberapa langkahnya akibat dorongan itu.

"Kenapa kamu hanya diam?," tanya pria itu, yang membuatku terdiam.

"Ka-kamu, bagaimana?".

"Aku?," ulangnya.

"Aku rindu denganmu," ucapku, memeluk tubuhnya kuat.

Ternyata, takdir mempertemukan kita kembali. Aku meneteskan air mataku, sambil tersenyum bahagia.

END

=====

🌻; Seven Prince [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang