Dua Puluh

165 17 0
                                    

Hari berganti hari, ketakutan terbesar Fay sedikit demi sedikit mulai mencuat. Semenjak ada nya kegiatan yang menjadikan Rega sebagai panitia dan tak ada waktu untuk sekedar memberi kabar pada Fay.

Fay tetap berpikir positif, mungkin saja Rega sibuk. Tak menutup kemungkinan Fay merasa curiga dengan Rega.

"Kak Rega belakangan ini sibuk banget ya kak?" tanya Fay

"Emangnya Rega sibuk apaan dek?" ujar Nathan berbalik tanya

"Ish, ditanya malah balik tanya. Kalau gue tau gak bakal tanya lo kali kak." ujar Fay berdecak kesal

Nathan hanya nyengir seperti orang tolol saat menyadari kekonyolan nya. Kalau dipikir sih, kayak nya Rega udah gak terlalu sibuk.

"Sabar aja kali dek, mungkin Rega lagi ada urusan lain." ujar Nathan menenangkan.

Sementara Fay hanya mengangguk dan melangkah kan kaki menuju kamarnya di lantai atas. Bisa Nathan tebak, pasti adik nya itu akan memutar lagu galau dilengkapi tissu sekotak penuh dan berakhir terlelap di ranjang queen size nya.

***
Sudah seminggu ini Fay tidak berangkat dengan Rega. Pagi ini Fay berangkat sekolah bersama Juan -papa nya karena Nathan bersama Grisel. Orang tua nya datang kemarin malam dari London.

Sepanjang perjalanan, Fay menatap kosong keluar jendela membuat papa nya keheranan. Pasalnya, Fay selalu berceloteh ria saat bersama orang tua nya, apalagi mereka jarang bertemu.

"Fay, kok diem mulu dari tadi?" tanya papa nya yang mulai khawatir dengan anak bungsu kesayangan nya ini.

Fay mengulas senyum sembari menggeleng kan kepala, seolah menegaskan bahwa ia tak apa.

Fay turun dari mobil saat sampai di depan gerbang sekolah nya. Tak lupa ia mencium tangan papa nya.

"Fay masuk sekolah dulu Pa. Hati-hati dijalan." pamit Fay yang dibalas senyuman oleh papa nya.

Setelah mobil Jazz hitam itu melengang pergi, Fay melangkah kan kaki nya menuju kelas. Sepasang mata nya tak sengaja berpapasan dengan orang yang ia rindukan, dia adalah Rega. Kali ini sungguh berbeda, tak ada sapaan hangat dari Rega yang membuat Fay mengeratkan pegangan tangan nya padi tali tas.

"Lo kenapa sih kak? Gak mikir apa gue rindu." batin Fay.

Nyatanya ia tak mampu mengucapkan nya. Bukan karena apa, tapi seminggu tak berkomunikasi membuat nya canggung.

Sementara Rega hanya menatap Fay. Tak ada kalimat yang terlontarkan walaupun sekedar sapaan.

Fay langsung menghempaskan tubuh sesampai nya dikelas. Banyak pasang mata yang menatap nya, tak ada yang berani berbicara karena mereka takut akan membangunkan singa yang tertidur. Bisa bahaya jika Fay ngamuk di pagi hari.

***
Fay tetap tak bersuara hingga pulang sekolah. Bahkan ocehan Gea tak dihiraukan nya sama sekali. Ia langsung berjalan menuju mobil kakak nya diparkir kan.

"Kusut banget tuh muka." ujar Nathan menggoda adiknya. Sebenarnya ada rasa tak tega melihat Fay yang murung seperti ini. Namun ia tak mau ikut campur dulu mengenai hubungan adik denga sahabat nya.

Tak terasa, mobil yang dikendarai Nathan sudah berhenti di garasi rumah ber-cat putih itu. Fay langsung melengang masuk kedalam kamar, bahkan ia tak menyadari jika Maudy -mama nya memperhatikan sedari tadi.

Fay membuka aplikasi LINE di ponsel nya. Ia bermaksud mengirim pesan pada Rega.

To : Kak Rega
Kak

Fay menunggu balasan dari Rega hingga satu jam, tapi tak ada notifikasi sama sekali dari Rega, bahkan belum di read. Terlalu lama menunggu membuat Fay terlelap karena begitu melelahkan nya hari ini.

***
Tok..tok...tok

"Dek, sama mama suruh makan malam dulu." ujar Nathan di depan kamar Fay.

Ceklek

Fay muncul dengan piyama bergambar doraemon dan rambut yang dikuncir kuda. Ia mengikuti langkah Nathan menuju ruang makan.

Keheningan menyelimuti saat makan malam berlangsung. Tak berlangsung lama, Juan membuka suara.

"Nathan bentar lagi udah kelas 12 dan Fay kelas 11 kan?" ujar Juan dibalas anggukan oleh kedua buah hatinya.

Fay dan Nathan langsung bertatap muka, banyak kemungkinan yang akan terjadi jika papa nya berkata mengenai pendidikan.

"Jadi gini, papa sama mama berencana menetap di London beberapa tahun kedepan." ujar Juan tanpa ada respon berarti dari Fay dan Nathan. Pasalnya, kakak beradik ini sudah biasa ditinggal oleh orang tuanya pergi keluar negri dalam waktu lama.

"Papa sama mama pengen Fay pindah ke London untuk melanjutkan SHS disana, sedangkan Nathan pindah setelah Ujian Nasional tahun depan."

Gerak tangan Fay yang asik memotong iga bakar otomatis berhenti dan beralih menatap Juan dan Maudy bergantian.

Sementara Nathan hanya manggut-manggut mendengar penuturan orang tuanya. Karena ia sudah berencana melanjutkan kuliahnya di Oxford University.

"Mama gak maksa Fay, tapi kamu pertimbangkan dulu hingga selesai ujian kenaikan kelas bulan Juni mendatang. Oke sayang?" ujar mama nya menenangkan.

Fay meng-iya kan perkataan mama nya. Masih ada waktu untuk mempertimbangkan.
2 bulan? Fay rasa cukup lama untuk mengambil keputusan.

Mereka melanjutkan makan malam yang tertunda karena perbincangan tadi.

~~~
Alooo gaiss :v
Ada yang kangen gue gak? (:

Maaf lama update (:
Gue lagi galo galo ria :v

Udah deh yaaa :v
Eh iya, lagu apa yang bikin nangis kebaperan? :v
Kasih jawaban yaa
Makasih❤

Jangan lupa vote dan comment

StrangerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang