Yg ngevote gue doain jadi istri Taehyung beneran.
---
Siang itu Taehyung dan teman-temannya duduk berkumpul di sudut cafetaria sambil membicarakan apa saja yang perlu mereka bicarakan. Taehyung tak begitu menanggapi ocehan teman-temannya yang membuat bahan obrolan tak senonoh namun sesekali Taehyung menimpali.
Ya namanya juga Taehyung hanyalah cowok biasa. Dia juga punya hormon yang akan bekerja disaat obrolan mereka seperti ini.
Namun obrolan itu semua tak berarti, karena Taehyung lebih memikirkan satu hal saat ini. Lebih tepatnya memikirkan Raenissa. Taehyung tak sabar menunggu jam 2 siang untuk menjemput gadisnya itu pulang sekolah. Taehyung sudah pernah bilang bukan, sehari tak bertemu Rae rasanya seperti seabad saja.
"Settt dah, senyum-senyum mulu lo fak," Jungkook melirik Taehyung yang sedang asik dengan ponselnya itu. Ia tahu sahabatnya itu sedang apa. Pasti sedang melihat-lihat galeri foto yang dominan diisi oleh Rae.
"Elah, santai aja natap nya. Iya tau kok gue lo baru aja balikan, tau," Jungkook tertawa karena Taehyung menatapnya dengan sorot mata membunuh.
"Taehyung!"
Seruan wanita yang berdiri tak jauh dari meja mereka membuat Taehyung dan temannya yang lain mengalihkan pandangan bersama-sama.
Merasa sial karena tahu orang itu adalah Irene, Taehyung berdecih lalu membuang muka. "Najis," gumamnya pelan namun Jungkook yang berada di sebelahnya bisa mendengar.
"Lah, si ayam kampus dateng," celetuk Jimin. Cowok yang mempunyai tubuh bagus itu memang membenci Irene. Entah dasar apa Jimin membencinya. Mungkin karena Taehyung juga membenci cewek itu, Jimin jadi ikut-ikutan benci. Sahabat harus satu jiwa kan?
"Heh, ngomongnya nak ku." sahut Namjoon melotot pada Jimin. Gadis berambut pirang itu mendekat, menghampiri meja mereka.
"Kenapa, Rin?" tanya Namjoon setelah Irene berdiri di depan mereka. Gadis itu membawa sebuah map di tangannya.
"Gue pinjem Taehyung nya boleh?" tanya Irene dengan menarik satu senyuman di wajahnya. Lalu dia menoleh pada Taehyung yang masih asik dengan ponselnya di sudut.
"Nggak boleh!" sahut Jimin dan Jin bersamaan. Lantas, Irene langsung menyerngitkan keningnya melihat Jimin dan Jin.
"Gue bukan ngomong sama kalian ya, tapi sama Taehyung!" sentak Irene terlihat kesal.
"Tetap aja nggak boleh! Gue sebagai ahli bicara Taehyung jelas tau apa yang ada di dalam hati dia," sahut Jimin lagi. Jin tertawa, cowok berbahu lebar itu mengacungkan jempolnya salut.
Irene berdesis. "Apaan sih,"
"Lo yang apaan sih,"
"Lo!"
"Lo!"
Sementara Irene dan Jimin bertengkar, Taehyung beranjak dari bangkunya berniat pergi dari sana. "Gue cabut," katanya sambil menepuk pundak Jungkook.
"Lah, cabut bro?"
Taehyung mengangguk. Dia memasukkan ponsel pada saku celananya, lalu memasukkan dua tangannya pada saku jaketnya.
"Eh! Eh! Taehyung jangan pergi dulu!" teriak Irene memandang Taehyung yang berjalan menjauhi meja kantin itu. Irene menatap Jimin dengan benci, menyalahkan bahwa karena Jimin lah Taehyung pergi.
"Dasar cowo brengsek! Gara-gara lo Taehyung jadi pergi!" ketus Irene sebal. Kemudian cewek itu meninggalkan meja mereka dan berlari mengejar Taehyung.
![](https://img.wattpad.com/cover/108318578-288-k566302.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Mute Boyfriend
FanfictionTersedia di Gramedia. [WINNER OF WATTYS 2017 CATEGORY ORIGINALS] [ KIM TAEHYUNG FANFICTION | BOYFRIED SERIES 1 ] You can talk with someone for years, everyday, and still, it won't means as much what you can have when you sit in front of someone, no...