Andoreta 16 - Pembelaan Untuk Nareta
***
Reta dan Wulan sudah aktif kuliah. Berita tentang pertunangan antara Reta dan Ando pun sudah tersebar di kampus. Anehnya, kenapa mereka masih menggunjingkan Reta padahal ia sudah bertunangan. Lagipula Reta juga sudah tidak tinggal satu rumah dengan Ando.
Memang mulut para penggosip.
"Kenapa sih mereka masih ngomongin kamu sama Kak Ando? Kurang kerjaan banget!" gerutu Wulan. Telinganya sudah panas mendengar omongan yang tidak penting.
"Nggak tau, udah biarin aja," ujar Reta. Dia berusaha untuk menulikan pendengarannya.
Mereka mengabaikan segala berita-berita miring tentang Reta.
"Tau gak, katanya dia cuma ngincar harta tunangannya aja."
"Masa sih? Ih gak nyangka ya. Polos-polos munafik gitu."
"Pinter banget ya dia cari mangsa yang top markotop."
"Kemarin sih tinggal satu rumah, sekarang malah tinggal di apartemen."
"Wihhh enak banget ya hidupnya. Terjamin."
Wulan lagi-lagi merasa risih. Apa gunanya sih mereka menggosip? Mereka dapat gajih? Cuma kesenangan semata dan dosa di akhirat aja yang mereka dapat.
"Eh, kalian semua. Perlu banget aku beliin cabe buat cocolin mulut kalian biar pada diem?" ujar Wulan sarkas menatap satu-satu makhluk kampus yang kurang kerjaan.
Orang tua mereka bekerja susah payah buat cari uang tapi anak mereka kerjaannya bukan kuliah, malah gosip ria. Dih! Menyedihkan sekali anak kuliahan zaman sekarang.
"Tapi kan yang kita omongin sekarang memang kenyataan?" ujar wanita yang tadi membicarakan Reta. Lihat saja dandanannya menor sekali.
"Emang bener yang kalian omongin. Tapi seenggaknya mereka udah tunangan. Udah resmi. Jadi kalian nggak usah deh gosip yang kayak gitu. Penting banget sih. Kalian ngaca dulu deh, atau kalian nggak punya kaca? Mau aku beliin? Beli kaca aja nggak mampu!" ejek Wulan.
Dia puas sekali bisa membalas perkataan mereka. Wulan tidak terima jika Reta dan Ando dituduh yang macam-macam.
"Wulan udah jangan dipermasalahin lagi, nanti mereka kan juga capek sendiri," balas Reta.
"Tapi sama aja, Ta. Kupingku panas dengerinnya. Dasar cabe!" sungut Wulan.
Reta pun melerai Wulan, hampir saja ia berbuat masalah dengan temannya.
"Kamu ngapain sih Ta masih belain mereka?" kata Wulan. Ia benci saat Reta masih bersikap baik pada mereka.
"Ya biarin aja Lan, mereka kan nggak bakalan ngomongin aku terus."
"Awas aja kalau Kak Ando tau!"
"Lan, jangan. Andk jangan sampe tau. Sekali ini aja, jangan kasih tau dia."
"Tapi tetap aja aku muak lihatnya. Malas juga dengerin mereka."
Wulan terlihat tidak senang.
"Ya jangan dilihat sama didengar, Lan. Kan gampang," ujar Reta santai. Ia berusaha untuk mencairkan suasana.
"Ihh, Reta mah!"
"Beneran ya, Lan, jangan kasih tau Kak Ando. Kemarin-kemarin kan kamu kasih tau dia, kali ini kamu dia aja. Aku nggak mau ngerepotin dia apalagi bikin dia banyak pikiran," ujar Reta.
Wulan hanha menarik napas lesu, kenapa sih Reta sebaik ini? Padahal jelas-jelas sekali mereka mencemarkan nama baik Reta.
"Iya-iya! Bawel sih!" ucap Wulan.
Reta bersyukur akhirnya Wulan mau memdengarkan ucapannya.
Tiba-tiba suara deringan ponsel Reta berbunyi. Ada pesan dari Ando.
Ando : Sayang, nanti aku jemput ya? Kita makan siang bareng 😘
Reta tersenyum membaca pesan Ando. "Siapa? Kak Ando?" tanya Wulan penasaran. Muka Reta bersemu merah, dia malu.
"Ciye yang dapat pesan dari tunangannya," goda Wulan.
Reta : Iya, Ndo. Tapi sama Wulan ya?
Ando : Iya deh, nanti aku jemput ya. Love you sayang 😍😘😍😘
Reta masih malu-malu. Ia terlihat seperti anak remaja yanh baru saja kasmaran.
"Kenapa sih? Senenh banget," tanya Wulan.
"Nanti kita makan siang bareng Kak Ando ya? Nanti dia jemput kita," ujar Reta.
Mata Wulan berbinar senang. Akhirnya dia bisa makan gratis. Ini yang dia tunggu. Makan gratis, makan sepuasnya, dan dibayarin kakaknya.
Sebenarnya Wulan sudah punya jatah bulanan sendiri, tapi entahlah dia bisa merasa puas sekali bisa mengganggu makan siang Ando dan Reta.
***
Ando sudah menunggu Reta dari tadi. Dia sebenarnya tidak suka harus menjemput Reta di kampus.
Gadis-gadis di kampus Reta seperti cabe. Suka tebar pesona, padahal jelas-jelas Ando tidak tertarik dengannya. Tapi masih saja berperilaku seperti cabe.
"Mending sama paprika-ku aja dibanding cabe kayak mereka," gumam Ando. Sejak tadi ia melihat jamnya, kapan Reta dan Wulan keluar?
"Kak Ando!" suara toa Wulan menggelegar begitu melihat Ando.
"Sayang ... Kok lama sih?" ujar Ando mendatangi Wulan dan Reta.
"Iya, tadi dosennya jelasinnya lama banget," kata Reta.
"Gini nih! Yang manggil siapa, yang ditanggapin siapa. Cuekin aja aku terus," kata Wulan.
"Duhhh, adik Kakak yang manis. Jangan ngambek gitu lah," ujar Ando menghibur Wulan.
"Untung Reta anaknya baik, jadi aku nggak masalah diduain sama dia," ujar Wulan terang-terangan. Ando hanya tertawa. Memang Wulan sangat blak-blakkan.
"Wulan mah!" pekik Reta.
"Kan emang bener. Kalau kamu nggam baik, kamu nggak bakalan diemin orang-orang yang gosipin kamu, kan?" ujar Wulan. Dia lupa kalau dia sudah berjanji pada Reta untuk tidak membocorkan perihal gosip.
"Apa? Gosip? Mereka masih gosipin kamu?" tanya Ando beruntun. Bukannya Wulan sudah sepakat untuk selalu memberikan informasi tentang Reta?
"Udah, Ndo. Nggak pa-pa kok. Aku udah lapar nih, kita makan yuk," ajak Reta menarik tangan Ando.
Wulan memberikan kode minta maaf, dia tidak sengaja keceplosan.
Tapi berbeda dengan Ando, kali ini Reta bisa saja mengalihkan pembicraannya. Karena ia tidak mau melihat Reta kelaparan. Tapi nanti ia akan bertanya pada Reta dan Wulan. Ando tidak boleh melewatkan berita tentang Reta.
TBC
Kalau mau koreksiin kesalahan aku, ketypoan aku, ya koreksiin aja. Nggak usah sewot gitu.
Toh selama ini aku memang mengakui banyak typo di ceritaku. Aku pernah nggak terima kritikan kalian?
Cerita ya cerita aku, kenapa kamu yg sewot? Bisanya ngasih komentar gak jelas, kritik tanpa solusi, situ waras? Dih.
Yang kayak gini bikin malas update. Andoreta aku tarik dulu.
Sekian.
-ela-
KAMU SEDANG MEMBACA
🌽 ANDORETA (END) 🌽
RomanceAndoreta (My Possessive Fiance #1) -Ando Rafisqy- Dia sahabat dari adikku. Dan aku menyukainya. Memilikinya adalah kewajibanku, hakku, hanya aku yang bisa melakukannya. -Nareta Safila- Aku seorang gadis yang hidup sendiri, aku hanya mempunyai Wulan...