Andoreta 12 - Bercanda dengan Nareta
***
Malam ini Reta menunggu Ando pulang dari kerja. Tentu saja ini permintaan Ando. Reta tidak menolak keinginan Ando, karena ia tahu kalau Ando selalu memperlakukan Reta sangat. Bahkan sangat manis.
"Duh, Ta. Kita masuk kamar aja yuk. Bosen banget di sini," kata Wulan. Sejak tadi mereka masih menunggu Ando.
Reta sudah menghubungi Ando, kabar terakhir Ando bilang kalau dia sedang dalam perjalanan pulang.
"Bentar lagi dong, Lan. Ando lagi di jalan nih," kata Reta.
"Iya-iya, tau deh yang nungguin calon suami. Seharian juga bakalan ditungguin." Wulan senang menggoda Reta.
"Ihh, Wulan mah. Makanya cari calon dong!" balas Reta. Wulan cemberut kesal. Kadang emang suka benar Reta kalau ngomong. Benar tapi menyakitkan.
"Nggak usah bahas yabg gituan deh. Aku tinggalin ke kamar nih?!" ujar Wulan. Hanya mengancam sedikit. Tapi Reta tahu jika Wulan tidak serius dengan omongannya. Dia hanya bercanda aja.
Wulan dan Reta masih setia duduk di pintu tengah. Menunggu Ando. Wulan sejak tadi masih setia dengan ponselnya. Membuka-menutup aplikasi sosial medianya.
"Kayaknya Kak Ando udah pulang tuh," ujar Wulan. Karena ia mendnegar suara mobil Ando. Wulan dan Reta pun beranjak dari kursi.
Reta menyentuh gagang pintu untuk membukakan pintu untuk Ando.
"Sayang ...," ujar Ando memeluk Reta.
"Reta mulu yang dipeluk. Adiknya malah enggak!" gerutu Wulan.
"Ciye, ada yang cemburu," ujar Reta.
"Dasar ah, adikku ini. Sini ...," kata Ando langsung memeluk Wulan, mengacak rambut Wulan.
"Kebiasaan mah Kak Ando nih!" Wulan memang tidak suka Ando mengacak rambutnya, sama seperti Reta. Tapi, menurut Ando ia senang memperlakukan Reta dan Wulan seperti itu.
Ando pun merangkul Reta, mereka bertiga berjalan menuju ruang tengah.
"Udah makan?" tanya Reta.
"Udah kok, Sayang. Nih aku bawain martabak telor," kata Ando sambil menyerahkan satu bungkus kotak berisi martabak telor kesukaan Reta.
Dengan cepat Wulan langsung menyerbu bungkusan itu. Tidak hanya Reta saja yang menyukai martabak telor, tapj Wulan juga.
"Wiiih, asyik! Tau aja kalau lagi pengen makan maratabak telor," ujar Wulan sambil membuka bungkusan itu. Wulan mulai mencomot satu potong martabak telor, namun langsung ditegur oleh Ando.
"Ish! Ini buat Reta!" ujar Ando sambil menyentil dahi Wulan.
"Aduh! Jahat banget sih jadi kakak, pacarnya mulu yang diingat, adiknya kagak."
"Biarin aja," balas Ando.
"Kalau aku nggak bawa Reta ke rumah, juga Kak Ando nggak bakal kenal Reta. Huuu!" desis Wulan. Sementara Reta hanya tersenyum melihat pertengkaran kakak dan adik itu.
Reta tidak pernah mengambil hati segala pembicaraan Wulan.
"Udah ... Kalian mah kalau ketemu berantem mulu. Ini martabaknya dibagi-bagi aja." Reta menengahi mereka.
"Tuh, Kak! Reta aja mau bagi-bagi." Wulan membalas Ando.
"Iya deh, nggak pa-pa kalau dibagi-bagi. Tapi cinta kamu, sayang kamu jangan dibagi ya. Buat aku aja," balas Ando.
"Diiiih, gombal-gembel mulu. Enak juga makan martabak," sungut Wulan.
Wulan dengan cepat mencomot martabak yang sangat menggoda itu.
"Kok kamu nggak langsung makan?" tanya Ando, karena Reta tidak menyentuh martabak yang dibawanya.
"Aku sediain air hangat buat kamu mandi dulu, ya." Reta segera beranjak namun ditarik oleh Ando.
"Udah, nggak usah. Aku bisa mandi nanti. Kamu makan aha martabaknya, aku bawain kan buat kamu," ujar Ando sambil menatap Reta.
Ini adalah momen yang ditunggu Ando. Momen romantis antara dirinya dan Ando.
"Pretttt! Tukang gombal," sungut Wulan yang mendengar gombalan kakaknya.
"Mending kamu makan aja martabaknya," balas Ando.
"Tau aja yang baru kasmaran. Jadi obat nyamuk deh di sini," balas Wulan.
Lalu Wulan membawa bungkusan martabak itu ke dapur.
"Mau dibawa ke mana?" tanya Ando.
"Ke dapur lah! Di sini malah jadi obat nyamuk. Lanjutin aja mesra-mesraannya, nanti aku sisain martabaknya buat Reta." Wulan segera pergi. Ia juga tidak enak berada di tengah-tengah antara Reta dan Ando.
"Makanya kamu kalau mau ngegombal lihag-lihat dulu. Kan aku jadi nggak enak sama Wulan," gerutu Reta.
"Udah nggak pa-pa."
"Huh!"
"Kamu lucu," kata Ando.
"Memang," balas Reta.
"Iya, kamu lucu, terus manis. Cocok sama aku yang ganteng gini, kan? Kita serasi, kan?" goda Ando sambil menaik-naikkan alisnya.
"Sok narsis. Ngaca dulu sana. Mau dibeliin kaca?" kata Reta menanggapi ucapan Ando.
"Sini deh lihat aku," kata Ando sambil memiringkan bahu Reta agar mengahadap ke dirinha.
"Apaan sih?!" kata Reta.
"Tatap mata aku," ujar Ando. Persis sekali seperti raja sulap yang menyuruhnga untuk menatap matanya.
"Ada apa?" tanya Reta. Ia bingung dengan sikap Ando.
"Aku udah ngaca sekarang. Ngaca di bola mata kamu. Dan di sana aku tetap ganteng tuh!" kata Ando yang sukses membuat Reta malu. Snagat malu. Ando berhasil memeprlakukannya dengan manis.
"Ando, ihhh. Kan malu." Reta langsunv mencubit perut Ando.
TBC
Maaf kalau ada typo. Ngetik tengah malam gini. Btw, ela udah mulai bosan dan malas sama andoreta. Jadi harus gimana nih? Lagi sibuk juga di dunia nyata. Hehehe.
Lanjut kalau udah 50 komen ya? WKWKWKKW
Padahal Andoreta sama Nimazka mau Ela tamatin cepat. ,(︶︿︶)
-ela-
KAMU SEDANG MEMBACA
🌽 ANDORETA (END) 🌽
RomanceAndoreta (My Possessive Fiance #1) -Ando Rafisqy- Dia sahabat dari adikku. Dan aku menyukainya. Memilikinya adalah kewajibanku, hakku, hanya aku yang bisa melakukannya. -Nareta Safila- Aku seorang gadis yang hidup sendiri, aku hanya mempunyai Wulan...