Andoreta 19 - Bicara dengan Nareta
***
Sugeng, Amel dan Rizki segera pamit pulang. Padahal Amel masih ingin berlama di rumah keluarga Rafisqy. Amel ingin lebih lama menatap wajah putri kandung. Rizki pun sama, entah kenapa ia merasa tidak rela memberikan adik semata wayangnya itu pada Ando.
Rizki ingin membahagiakan Reta terlebih dahulu.
"Kapan-kapan giliran keluargaku yang makan malam di rumahmu," ujar Sam saat mengantarkan Sugeng dan keluarganya pulang.
"Gampang, nanti kita atur waktunya aja," kata Sugeng.
"Kalau di rumah kami, nanti bawa Reta juga, ya," tambah Amel. Ia masih ingin bertemu Reta, tapi sepertinya Reta enggan sekali menatap wajah Amel.
"Loh, Rizki nggak pulang bareng?" tanya Miranda saat melihat Rizki naik ke mobil yang berbeda dengan Sugeng dan Amel.
"Nggak, Tan. Tadi habis pulang kerja, jadi langsung ke sini," jawab Rizki. Miranda hanya mengangguk.
"Ma, Ando sekalian nganterin Reta pulang ke apartemen ya," ujar Ando saat mereka sama-sama keluar rumah. Rizki pun medengarnya, ini kesempatan emas bagi Rizki untuk berbicara dengan Reta. Rizki akan mengikuti Ando terlebih dahulu.
"Reta nggak nginap aja? Sekalian nemenin Wulan," tanya Sam.
"Nggak, Om. Nggak enak kalau nginap terus," jawab Reta.
Lalu Ando pun menggandeng Reta menuju mobil Ando. Sugeng dan Amel sudah keluar dari halaman rumah Sam. Sementara Rizki, ia menunggu sampai Reta benar-benar masuk ke dalam mobil Ando. Selanjutnya ia akan mengikuti ke mana Ando membawa Reta.
"Ma, Pa, Ando pergi dulu," pamit Ando saat menjalankan mobilnya.
Miranda dan Sam yakin jika Ando bisa menjaga Reta.
Di dalam mobil, Reta hanya diam. Ia bingung, apakah yang ia lakukan itu sudah benar? Apakah Reta durhaka pada ibunya?
Reta hanya menjaga hatinya agar tidak terluka lagi, Reta lelah jika harus memulainya dari awal. Menyembuhkan rasa sakit hang ditorehkan oleh orang terdekatnya.
"Kok kamu diam, Sayang? Cerita sama aku," seru Ando sambil memegang tangan Reta. Reta masih diam, harus kah ia menjawab pertanyaan Ando?
"Tangan kamu kok dingin? Kamu masih takut?" tebak Ando, Reta pun menggeleng. Ia seperti anak kecil yang lemah, yang kapan saja bisa menangis sesegukkan dan minta dipeluk oleh Ando.
"Aku takut, Ndo. Aku takut jadi anak durhaka. Tapi, wanita itu sudah meninggalkankun," kata Reta.
"Sayang ... Kalau kamh belum siap untuk bertemu kakak dan ibumu, seharusnya kamu bilang," kata Ando.
"Aku nggak enak sama Om Sam dan Tante Miranda, orang tua kamu pasti udah nyiapin semuanya," balaa Reta.
Ando mengelus rambut Reta manja, dia beruntung sekali mendapatkan calon istri seperti Reta, calon istri yang bisa mengerti keluarganya.
"Kamu jangan khawatir, aku selalu ada di samping kamu. Kalau nanti kamu sudah siap, aku bisa kok nemenin kamu ketemu kakak dan ibumu nanti," tawar Ando. Reta terharu bahagia, Ando sangat memahami dirinya. Mencoba memberikan Reta kebebasan dalam mengambil keputusan, namun masih setia menemani Reta ke mana saja.
"Makasih, Ando," kata Reta. Ia tersenyum manis pada tunangannya itu.
"Kamu besok kuliah, hm?" tanya Ando.
"Enggak, kan libur," ujar Reta.
Ando tersenyum. Ia punya rencana untuk dirinya dan Reta besok. Mumpung Reta sedang libur kuliah.
"Besok aku jemput kamu ya?" ujar Ando.
Kerutan dahi Reta menyatu, tumben sekali Ando menjemputnya saat dirinya bekerja, padahal besok Reta tidak ada jadwal kuliah.
"Ngapain?" tanya Reta.
"Ke kantor aku, besok kamu ikut ke kantor, kamu temenin aku kerja. Mau? Kan kamu libur," tawar Ando. Akhirnya Ando bisa menghabiskan waktu bersama Reta seharian.
"Mau! Mau! Besok aku mau gado-gado di depan kantor kamu ya!" seru Reta semangat. Seperti biasa dan tidak pernah terlupa, Reta senang sekali dengan gado-gadi di depan kantor Ando.
"Iya, kamu bisa pesan yang kamu mau. Tapi jangan sampai Wulan ikut kita, pasti rusuh tu anak," kata Ando. Reta hanya tertawa.
"Tapi gitu-gitu kan dia adik kamu."
"Ya iyalah, tapi kalau dia nyebelin, rasanya pengen minta mama buat masukin Wulan ke perutnya lagi," kata Ando asal.
"Aneh kamu, ada-ada aja. Udah, fokus sama jalannya, jangan bercanda terus."
"Iya, Sayang. Apa sih yang nggak buat kamu," kata Ando menggombal.
"Dasar tukang gombal!" pekik Reta.
"Tapi gini-gini kan tunangan kamu," balas Ando. Lalu ia memfokuskan dirinya pada jalanan.
***
Kini Ando sudah mengantarkan Reta sampai di depan apartemennya. Mereka tidak sadar jika sejak tadi, Rizki mengikuti mereka.
"Udah, sana masuk! Langsung ganti baju ya, habis itu tidur." Ando membelai pipi Reta, rasanya ia ingin selalu berada di dekat Reta.
"Iya, siap boss! Aku masuk ya? Jangan kangen," goda Rega.
"Diiih, udah bisa gombal juga ya?" kata Ando.
"Kan kamu yang ngajarin, he he he," balas Reta.
"Ya udah kamu pulang gih!" kata Reta. Lalu Ando mengecuo kening Reta lama, menyiapkan amunisi untuk rasa rindunya. Padahal besok pagi, Ando bertemu Reta lagi.
Ando pun pamit pulang dan Reta menutup pintu apartemennya. Rasanya hari inu Reta menjalankan hari yang panjang. Benar kata Ando, Reta butuh istirahat.
Baru saja Reta ingin masuk ke dalam kamarnya, tiba-tiba bel pintunya berbunyi.
"Pasti Ando, nih! Dasae ya, baru aja ketemu, masa udah balik lagi," tebak Reta, karena hanya keluarga Ando yang sering mengunjungi Reta.
Reta buru-buru membukakan pintu. Betapa terkejutnya Reta melihat siapa yang berdiri di depan pintunya. Reta tidak menyangka akan melihat orang itu. Orang yang ia hindari.
"Hai, Reta," sapanya.
"Kak Rizki ...," lirih Reta.
***
TBC
Ela udah bingung harus ngomong apa lagi? Ela minta vote? Udah biasa, kan. Ela minta komen dan kritik? Emang ada yang peka? 😏😏😏
Yaudah, tenangin aja tsaaay! ( ^∇^)
Maaf yang sudah terganggu karena Ela sering unpublish cerita.
-ela-
KAMU SEDANG MEMBACA
🌽 ANDORETA (END) 🌽
RomanceAndoreta (My Possessive Fiance #1) -Ando Rafisqy- Dia sahabat dari adikku. Dan aku menyukainya. Memilikinya adalah kewajibanku, hakku, hanya aku yang bisa melakukannya. -Nareta Safila- Aku seorang gadis yang hidup sendiri, aku hanya mempunyai Wulan...