***
“jaehyun-ah”, panggilku tapi jaehyun tak kunjung membuka matanya. Jam istirahat sudah berakhir tapi jaehyun belum juga bangun, yoona sunbae dan siwon sunbae ingin marah tapi aku memohon agar memaafkan jaehyun dan aku akan membangunkannya. Aku menguncang tubuhnya tapi jaehyun hanya membuka sedikit matanya.“jaehyun-ah, jam istirahat sudah selesai...bangunlah”, bisikku lembut.
“aigoo...kau membangunkannya terlalu lembut tiff...siram saja dia dengan air”, suruh yoona sunbae
“sunbae...itu terlalu kejam”, yoona sunbae hanya menggeleng. Aku mengguncang tubuhnya sekali lagi dan jaehyun akhirnya terbangun.
“gwaenchanayo??...kau masih bisa bekerja??”, jaehyun mengangguk lemas lalu mengusap wajahnya beberapa kali. Aku menyentuh dahinya dan terasa hangat.
“kau mungkin akan demam jaehyun-ah”, kataku khawatir.
“jangan berlebihan tiff...aku baik-baik saja”, jaehyun menepis tanganku dari dahinya dan lagi, sikap dingin jaehyun muncul dihadapanku.
“cepatlah sadar dan bekerja kembali sebelum manajer seo datang”, kata yoona sunbae masih sibuk membaca berkasnya.
“ne sunbae”, jaehyun bangun lalu pergi meninggalkan ruangan, sepertinya dia pergi ke kamar mandi. Aku masih belum bisa mengerti apa yang ada didalam pikirannya, seketika dia bahagia dan penuh tawa, mengkhawatirkanku hingga dia kesal tidak jelas dan seketika dia bersikap dingin seolah tak peduli padaku dan tak mengenalku.
***
Selama bekerja aku memperhatikan semua yang jaehyun lakukan. Wajahnya benar-benar tak baik, aku khawatir dia benar-benar demam.“sebaiknya kau pulang saja...biar aku yang melakukannya”, kataku setelah semua sunbae pulang.
“bagaimana bisa aku membiarkanmu melakukannya sendiri...ini juga tugasku”, di bahkan tak menatapku saat bicara.
“kau harus beristirahat jaehyun-ah... badanmu hangat, kau bisa saja demam”, kataku sedikit membentak, aku sudah tak tahan dengan sikap dinginnya.
“berhentilah menghawatirkanku dan kita selesaikan saja lebih cepat”, dia balik membentakku dan akhirnya menatapku.
“jung jaehyun!”, panggilku kesal
“apa lagi tiff?”, dia balik menatapku kesal.
“kau menyuruhku untuk jangan menyiksa diri, lalu apa yang kau lakukan ini?...kumohon pulanglah ... aku tak ingin kau sakit”, aku memelankan suaraku diakhir. Dia mendesah kasar lalu menaruh berkas yang ada ditangan.
“baiklah... kau ingin aku pulang??...ok... aku akan pulang... jangan mengeluh karena kau melakukannya sendiri”
“aku tak pernah mengeluh jaehyun... mereka tahu karena mereka melihatnya sendiri”, jaehyun tak menghiraukan kata-kataku lalu pergi.
Aku mendesah pelan lalu menjatuhkan tubuhku diatas kursi. Aku tak tahu kenapa jaehyun selalu bersikap seperti itu padaku. Kenapa hanya padaku?, dan bagaimana bisa sikapnya berubah secepat itu?, aku tak sadar jika air mataku mulai terjatuh. Aku sudah tak ingat kapan terakhir kali aku menangis karena laki-laki. Mungkin 2 tahun lalu, aku pernah berjanji tak akan menangis lagi tapi ternyata aku menangis lagi.
***
Tiffany pov endSehun pov
Aku baru saja datang dari pertandingan baseball dan astaga aku kalah taruhan. Seul gi yang menang dan itu berarti aku harus mentraktirnya selama seminggu. Aku kembali kekantor sebentar karena aku harus mengambil sesuatu.
Aku merindukan tiffany, aku belum melihat senyumnya hari ini. Setelah kupikirkan baik-baik mencintai tak harus memiliki, berada disisinya dan ada disaat apapun dalam hidupnya sudah cukup. Asalkan dia bahagia, jika seandainya memang dia mencintai jaehyun aku akan melakukan apapun agar dia tidak terluka. Tapi aku tak yakin aku bisa memberi tahunya jika jaehyun sebentar lagi akan bertunangan.

YOU ARE READING
THE RIGHT MAN
FanfictionTiffany hwang gadis polos yang memiliki hati seperti malaikat harus berhadapan dengan situasi yang membuatnya ingin lari dari kenyataan. hidupnya berubah saat dua laki-laki tampan masuk ke dalam kehidupannya sekaligus. Siapakah laki-laki yang tepat...