Pain

347 42 2
                                    

Sehun POV

Aku baru saja keluar dari ruanganku dan berencana mencari tiffany saat sebuah pesn dari tiffany masuk.

"Sehun ssi aku akan pergi dengan temanku sebentar. Aku akan pergi ke kafe jam 8 malam. Sampai jumpa dikafe", mwo ya?, dia akan pergi dengan siapa memangnya?, apa dia akan pergi makan dengan sunbaenya?... seharusnya dia mengajakku, aku bisa sekalian mengantarnya kekafe. Dia pasti harus berjalan sendiri nanti.

"sajangnim", aku menoleh dan seul gi menunduk memberi hormat padaku.

"kenapa kau memanggilku?", tanyaku datar

"coseonghaeyo sajangnim... ada beberapa berkas yang belum anda tanda tangani", seul gi menyodorkan beberapa tumpuk berkas dihadapanku. Aku mendesah pelan lalu berjalan ke arah meja seul gi. Aku duduk disana dan seul gi mulai membuka satu persatu berkas yang harus aku tanda tangani.

"sajangnim anda memiliki undangan ke acara pernikahan putra dari salah satu pemilik saham di perusahaan kita",

"kapan itu?",

"besok sajangnim", yang ada dipikiranku adalah aku ingin sekali mengajak tiffany tapi hal itu tidak akan bisa aku lakukan, karena aku belum mendapatkan hatinya dan aku belum memilikinya. Suatu saat ketika dia benar-benar manjadi milikku, aku akan mengatakan pada seluruh dunia bahwa dia adalah milikku.

"sajangnim?"

"ne?...ah...mian. Tidak ada jadwal rapat?", seul gi menatapku heran. Dia mungkin bingung kenapa aku melamun.

"untuk 3 hari kedepan tidak ada sajangnim...anda hanya punya jadwal kunjungan ke pabrik 2 hari lagi", jelas seul gi

"batalkan rapat itu...aku mau memonton pertandingan baseball hari itu"

"sajangnim juga suka menonton baseball?", dia bertanya dengan mata berbinar. Untuk sesaat aku terkejut dia berani menatapku seperti itu dan dia terlihat seperti orang yang berbeda.

"memangnya kenapa?", tanyaku dingin dan raut wajahnya langsung berubah. Sepertinya dia menyadari sikapnya yang berlebihan.

"hm...itu...itu karena saya juga menyukai baseball sajangnim...coseonghamnida", rasa terlalu berlebihan sekali jika aku terus bersikap dingin padanya padahal dia selalu bersikap ramah dan selalu tersenyum seberat apapun tugas yang aku berikan.

"gwaenchana... kau tak perlu meminta maaf... Pulanglah, jam kerjamu juga sudah habis. Aku juga harus pulang", perintahku dengan nada yang tetap datar. Aku benar-benar susah memberikan senyuman pada orang yang masih baru bagiku.

"ne sajangnim", dia membungkuk lalu merapikan semua berkas-berkas yang ada dia atas mejanya.

"Hya Oh Sehun!", ige mwo ya?... apa mereka tak punya kerjaan sampai harus datang kekantorku?. Baekhyun dan D.o, mereka tiba-tiba saja muncul dihadapanku dengan wajah tak bersalah.

"hya apa yang kalian lakukan disini?", tanyaku menuntut. Seperti biasa baekhyun selalu mengeluarkan smirk yang menyebalkan dan aku tahu ke arah mana matanya.

"apa dia sekertaris barumu?...yepputa", sudah kuduga, dia benar-benar tak bisa menjaga matanya dengan baik.

"kalau kau mau membuat kerusuhan disin, aku akan membunuhmu", ancamku tapi seperti biasa seorang byun baekhyun tak pernah mendengarkan ucapan siapapun.

"Anyeong...Byun Baekhyun imnida....aku temannya sehun, kau sekertaris barunya kan?", dan aku bisa melihat tatapan bingung seul apalagi saat dia menatapku.

"ah..ne..anyeonghaseo...kang seul gi imnida", jawabnya ragu.

"ayo pergi... seul gi ssi cepatlah pulang. Temanku ini memang aneh", kataku sambil menarik kerah kemeja baekhyun.

THE RIGHT MANWhere stories live. Discover now