Love in the air

784 57 33
                                    

***
Tiffany pov end

Sehun pov

Aku baru saja menerima telfon dari ayahku kalau pertemuannya sudah selesai dan ayah tiffany sangat baik dan menyambut hangat ayahku. Aku sangat bahagia dan aku sudah menyiapkan jadwal agar aku bisa pergi ke amerika secepatnya. Aku sudah sangat merindukan tiffany, aku sudah tak sabar bertemu dengannya.

“mwo??....kau benar-benar tak bisa mengatur jadwalku?”, seul gi menelfonku dan memberi tahuku jika ada masalah di pabrik cabang cina. Aku bisa gila, baru saja aku akan bahagia karenaa aku akan bertemu tiffany setelah 3 minggu kami berpisah dan sekarang aku harus menunda pertemuan kami lagi. Natal tahun ini sudaah aku lewatkan tanpa tiffany lalu tahun baru juga.. apa aku juga harus melewatkan hari valentine nanti tanoa tiffany??....yang benar saja.

“arraseo...urus keberangkatanku besok,  berapa hari aku harus kesana??”,

“2 hari sajangnim”, ok..hanya dua hari. Aku akan pergi ke Amerika langsung dari cina. Aku sudah tak bisa menunggu lebih lama lagi.

Hari ini ayahku pulang ke seoul sementara aku pergi ke cina jadi aku tak bisa mendengar cerita ayahku dengan detail. Aku bahkan tak bisa berfikir dengan fokus karena aku sudah sangat merindukan tiffany. Yang ada dipikiranku hanyalah waktu cepat berlalu dan aku bisa pergi ke amerika secepatnya.

Masalah dipabrik rupanya cukup parah sehingga aku tak bisa menyelesaikannya dalam 2 hari. Aku harus menambah waktuku di cina menjadi 3 hari. Tidak ada yang berjalan lancar seperti keinginanku, setelah masalah dipabrik, aku harus mengurus masalah proyek dikorea yang harus aku tangani sendiri. Aku jadi tak nafsu makan dan aku lupa menghubungi tiffany, sepertinya dia juga sibuk sehingga dia juga tak berusaha untuk menghubungiku.

“sehun-ah irona”, aku membuka sedikit mataku dan melihat wajah ibuku yang khawatir.

“hmm”, jawabku dengan lemah. Ibu menyentuh dahiku dan aku bisa mendengar pekikannya.

“kau demam sayang... sepertinya kau kelelahan”, omma terlihat panik dan pergi dari kamarku. Ternyata ibuku mengambil handuk kecil untuk mengompressku. Aku sangat kedinginan, tapi tubuhku sangat panas dan kepalaku sangat sakit. Aku sudah pulang dari cina 3 hari yang lalu tapi pekerjaanku dikorea juga sangat banyak dan jadilah aku seperti ini, kelelahan dan aku tak ingat makan.

“aku akan menelfon dokter pribadi kita”, aku mendengar omma menelfon dokter kami dengan cemas. Kuharap ibu tidak memberi tahu tiffany keadaanku, dia pasti sangat khawatir dan itu bisa membuatnya tidak tenang disana.

***
Dokter memutuskan memasang infus untukku dan mengatakan jika aku memang kelelahan dan kurang makan. Dokter juga mengatakan jika aku terlalu banyak pikiran jadi aku harus istirahat total beberapa hari. Salahku adalah aku tak makan dan aku lupa minum vitaminku, seharusnya aku tak jatuh sakit seperti ini.

“oppa...oppa...ironabwa”, aku membuka pelan mataku dan aku merasa gila karena aku bermimpi tiffany ada dihadapanku sekarang.

“gwaenchanayo??... oppa..kau bisa mendengarku??”, tapi kenapa suaranya terdengar nyata?? Dan apakah dia menangis??..kenapa pipinya basah.

“tiffany??”, panggilku lemah dan aku akhirnya bisa membuka mataku dengan sempurna. Dia benar-benar tiffany dan dia menangis.

“kenapa kau bisa sakit seperti ini??..aku sudah bilangkan, ingat makan dan minum vitaminmu...kenapa oppa melupakannya?”, tanyanya sambil menyentuh wajahku dengan khawatir. Tanpa pikir panjang aku langsung menariknya dan memeluknya. Aku benar-benar merindukannya.

“aku tak bermimpikan??...kau tiffanyku kan??..kau benar benar datang??”, tanyaku memeluknya dengan erat.

“Aku tiffany oppa... aku datang untukmu...aku datang”, hah dia benar benar tiffany. Aku sangat bersyukur bahwa ini bukanlah mimpi dan aku akhirnya melihat wajahnya. Aku mendorongnya pelan lalu mencakup wajahnya.

THE RIGHT MANWhere stories live. Discover now