***
Kami pulang pada pukul setengah satu pagi dengan mataku yang benar-benar mengantuk. Sebenarnya jaehyun sudah ingin mengajakku pulang sejak jm 11 malam tapi semua teman-teman menahan kami dan mengajak kami bicara lebih lama.“kau mengantuk??... tidur saja”, kata jaehyun
“hmm... aku mengantuk tapi aku tak bisa membiarkanmu menyetir sendirian.. kau tadi juga minum”, aku hanya khawatir jaehyun kehilangan konsentrasinya karena mengantuk dan minum.“gwanchanayo... aku ini tak mudah mabuk dan aku sudah biasa pulang malam seperti ini”, katanya tertawa kecil.
“tetap saja...aku yang khawatir...kau mungkin terbiasa tapi aku yang takut”,
“kau terlalu menghawatirkan banyak hal tapi kau tak memikirkan dirimu sendiri... jika kau mengantuk maka tidurlah..untuk apa memaksakan diri??”, dia mulai mengomel padaku. Aku tak tahu jiwa protektifnya terlalu besar.
“aku hanya melakukan apa yang ku inginkan jaehyun..”,
“jadi karena itu juga kau memaksakan dirimu untuk memotong daging untuk yang lain sementara kau tak sempat makan...itu yang kau inginkan??”, kenapa dia jadi marah-marah padaku. Memang benar aku bahkan sampai tak makan karena aku terlalu sibuk memotong daging untuk teman-teman.
“kenapa kau jadi marah begitu padaku?, itu memang pilihanku... jangan berlebihan jaehyun”
“karena kau memang pantas untuk dimarahi... kau terlalu keras kepala”
“dan kau menyebalkan”, kataku kesal.
Perdebatan kami berakhir dengan kesunyian. Kenapa dia jadi menyebalkan begini sih, aku mengerti mungkin dia khawatir tapi bukan begitu caranya.
Kami akhirnya sampai di depan gang menuju apartemenku. Aku turun terlebih dahulu dan tak kusangka jaehyun juga turun.
“terima kasih sudah mengantarku... sampai ju-“
“aku akan mengantarmu sampai rumah jadi kau tak perlu mengucapkan salam perpisahan”, katanya lalu berjalan mendahuluiku.
“Pulanglah... aku bisa pulang sendiri”, aku sedikit berlari untuk menghentikannya meski kakiku masih sakit.
“kau mau pulang sendiri?, di tengah malam seperti ini dengan kaki yang masih sakit?”, tanya jaehyun dengn wajah kesal.
“gwaenchana..aku bisa pulang sendiri dan pulanglah kau pasti mengantuk, besok kita harus bekerja... kau perlu istirahat”, aku tak ingin dia kelelahan lagi dan pada akhirnya tak makan siang.
“bisakah kau mendengarkan ucapanku sekali saja tanpa membantah?... kau boleh pulang sendiri jika kakimu sudah membaik”, dia berjalan mendahuluiku lagi dan dengan wajah kesal. Kenapa dia jadi menyebalkan sekali?, sepertinya aku harus mengalah dan membiarkan dia mengantarku karena kami berdua hanya akan berdebat tanpa ada akhir. Aku tak menyangka jika dia lebih keras dari yang terlihat.
Dia bilang mengantarku tapi dia meninggalkanku , dasar aneh. Kakiku mulai terasa sakit lagi dan aku harus memelankan langkahku lagi.
“iss... kenapa dia makin sakit?”, aku akhirnya berhenti agar kakiku bisa sedikit bernafas.
“sakit?”, tiba-tiba saja jaehyun sudah berdiri dihadapanku dengan tatapannya yang masih marah. Jaehyun menuntunku untuk duduk didepan sebuah toko yang sudah tutup. Jaehyun berjongkok dihadapanku lalu membuka sepatuku.
“kaki ku baik-baik saja... hanya perlu istirahat”, aku benar-benar tak enak melihat jaehyun memegang kakiku.
“biru seperti ini, kau bilang baik-baik saja?”“akgghh”, pekikku saat jaehyun menekan pelan kakiku yang terkilir. Aku hanya tertunduk karena aku malu dengan sikapku yang keras kepala.
“berhentilah berpura-pura kuat tiff... jangan menyiksa dirimu hanya agar orang lain tidak khawatir dan jika kau ingin membantu orang lain pikirkan dulu bagaimana keadaanmu... berhentilah keras kepala”,
YOU ARE READING
THE RIGHT MAN
FanfictionTiffany hwang gadis polos yang memiliki hati seperti malaikat harus berhadapan dengan situasi yang membuatnya ingin lari dari kenyataan. hidupnya berubah saat dua laki-laki tampan masuk ke dalam kehidupannya sekaligus. Siapakah laki-laki yang tepat...