Sejak saat itu, Laura bisa lebih tenang untuk berfokus pada kerjaannya, dia tidak perlu mengkhawatir Halin yang akan menunggunya sendirian. Walau pekerjaannya adalah seorang asisten, namun Laura merasa pekerjaannya lebih seperti seorang penerjemah, apakah perusahaan tersebut tidak memiliki seorang penejemah? Sehingga dirinyalah yang setiap hari disuruh menerjemahkan dokumen. Begitu banyak dokumen berada di depan hadapannya, jarum jam sudah menujukkan jam makan malam. Melihat Suho masih begitu serius membaca dokumennya. Laura yang merasa lapar hanya dapat menahan sambil lanjut menerjemah. Jarum jam terus berjalan, dia merasa lapar juga merasa ngantuk sekarang, tanpa sadar, akhirnya dia tertidur di sofa dekat meja kerja Suho.
Setelah menyelesaikan pekerjaannya, Suho menoleh ke arah Laura, melihat Laura yang tertidur pulas di sana, membuatnya melamun cukup lama.
"Halin," panggil Laura yang tiba-tiba tersadar dari tidurnya. Melihat sekeliling ruangan, dia baru sadar ternyata dirinya belum selesai bekerja, tidak sengaja dia melihat Suho sedang mengunakan wajah yang begitu serius menatapinya, dia merasa sangat takut."Maaf."
Suho kembali menyandarkan tubuhnya di atas kursi. "Sebaiknya lain kali kau jangan mengulangi keburukanmu itu, jika merasa ngantuk maka pulanglah, kantorku bukan tempat penginapan." Sindirannya membuat Laura merasa bersalah. "Maafkan saya," ucapnya lagi, dia segera melihat kembali dokumen yang berada di depan hadapannya. Tidak lama kemudian akhirnya dia berhasil menyelesaikan tugas-tugasnya dan mendapatkan izin untuk pulang. Dia menaiki bus akhir pada malam ini menuju rumah JiSoo untuk menjemput Halin.
"Halin sudah tidur." JiSoo mempersilakan Laura masuk ke rumahnya. "Kamu sudah makan?" tanyanya, beberapa hari ini Laura selalu lembur dan tidak makan malam.
Laura tidak menjawab pertanyaan JiSoo, dia menoleh seisi ruangan dan tidak mendapatkan sosok Halin "Di mana Halin?" tanyanya yang merasa rindu dengan putrinya tersebut.
"Di dalam kamarku, kamu pergi lihat dia dulu, aku akan memanaskan makanan untukmu."
Setelah Laura berjalan ke dalam kamarnya, JiSoo langsung berjalan ke arah dapur, dia memanaskan sup dan juga lauk-pauk sisa makan malamnya bersama Halin. Di sisi lain, Laura terjongkok di dekat tempat Halin tidur, dia merasa lega bahkan seluruh rasa lelahnya seperti hilang begitu saja ketika melihat Halin tertidur pulas. "Maafkan mama selalu pulang begini larut," gumamnya sambil memasukkan tangan Halin ke dalam selimut.
Setelah menyiapkan makan malam untuk Laura, JiSoo berjalan ke arah kamarnya dan pelan-pelan membuka pintu kamar, dia berdiri di dekat pintu sambil memanggil nama Laura dengan pelan, bermaksud menyuruh Laura untuk keluar makan malam. Laura segera berdiri mengikuti JiSoo keluar. Mereka berdua duduk berhadapan di meja makan. "Makanlah," ucap JiSoo menyodorkan sebatang sendok.
"Terima Kasih." Laura mengambilnya dan mulai makan dengan lahap, dia terlihat begitu semangat di waktu makan.
"Tidak perlu begitu sungkan denganku. Bagaimana dengan pekerjaanmu? Lancar-lancar saja?"
Laura mencoba menelan makanan yang berada di dalam mulutnya dan kembali menatap JiSoo "Iya," angguknya. "Tetapi.. aku selalu lembur, maaf telah merepotkanmu harus menjaga Halin."
JiSoo selalu tersenyum membalas setiap ucapan Laura. "Aku sudah pernah bilang, aku menyukai Halin, dia tidak merepotkanku, dia sangat manis dan baik."
Laura kembali tersenyum sambil memasukkan sesendok makanan. "Dia memang anak yang baik."
"Ngomong-ngomong, di mana ayahnya?"
Laura tidak menjawabnya, dia memalingkan wajahnya dan memasukkan sesendok demi sesendok nasi ke dalam mulutnya untuk mengalihkan perhatiannya.
"Apakah si Lee Hong Yi? Kenapa dia tidak berada di sisi kalian?"
"Aku sudah putus dengannya," ucap Laura cepat, dia tidak berani menatap JiSoo sedikitpun. Mendengarnya tentu JiSoo terkejut, jelas-jelas Lee HongYi, laki-laki yang sangat dicintai Laura, dan lagi mereka saling mencintai lalu kenapa putus?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh! My Father
Fanfiction[Complete story✔] Tiga tahun berlalu, Lee Laura membawa Halin pulang ke Seoul, Halin merupakan putrinya dan satu-satunya harapannya untuk tetap hidup. Demi menghidupi Halin, dia bekerja di sebuah perusahaan besar dan menjadi seorang asisten direktur...