Part 8

47 7 0
                                    

Pagi ini Laura merasa baikkan, dia sangat berterima kasih kepada Suho yang telah menjaganya seharian kemarin, dia berjalan ke depan kamar Suho, membunyikan bel tetapi tidak ada yang membukakan pintu. "Apakah dia pergi?" tanyanya pada diri sendiri, setelah dipikir-pikir sepertinya Suho tidak akan pergi sepagi ini, dia kembali mengetuk pintu dan memanggilnya. "Direktur? Direktur?!" semakin dipikir, Laura semakin panik, dia bahkan berpikir jika penyakitnya menular ke Suho.

Suho berjalan pergi membukakan pintu. Laura hari ini sangat segar, dia memakai gaun pendek berwarna putih seperti sailor, rambutnya dibiarkan tergerai, apakah dia sudah lupa umurnya yang telah menginjak umur 24? Tetapi dia pantas dengan pakaian itu. "Sudah sembuh?"

Laura mengangguk pelan. "Direktur."

"Masuklah."Suho melepaskan tangannya dari pintu, dia berjalan masuk menuju arah sofa dan duduk di sana layaknya seorang bos besar.

Wajah serius Suho selalu membuat Laura merasa ragu untuk menanyakannya sesuatu, jika salah nanya, maka Suho akan menyemburnya dengan peraturan-peraturan tebalnya ataupun memarahinya layak seorang pembantu. "Saya..saya sudah sembuh.., kita masih ada pekerjaan di sini?"

"Sudah selesai."

"Kapan kita pulang?"

Tatapan Suho menjadi serius, dia mejalinkan kedua tangannya di atas pangkuan. "Kau begitu ingin pulang?"

Laura menelen ludah, napasnya seakan-akan terhenti, dia mencoba menyiapkan diri untuk mendengar ocehan Suho.

"Besok kita akan pulang."

Besok? Jika begitu besok malam dia sudah bisa bertemu dengan Halin, rasa sakit di tubuhnya sekejab sembuh total. "Benarkah?"

"Pentingkah membohongimu?"

"Baiklah, saya akan pergi merapikan barang-barangku dulu." Dengan senang Laura memutarkan tubuhnya dan ingin berjalan keluar.

"Kembali."

Suho mengeluarkan sebuah kotak, menaruhnya di atas meja. Laura tidak mengerti mengapa menyuruhnya kembali dan menunjukkan sebuah kotak, lalu kotak apa itu? Apakah untuk dia sebagai hadiah telah menulis proyek yang memuaskan itu?

"Untukmu."

"Untukku?" dugaan Laura tidak salah, dengan bingung menghampiri meja, melihat kotak hitam dihiasi pita itu, dia memilih terjongkok dan membukanya. "Ini." sepatu hak di dalam sana tidak asing, warna cream, ini sepatu yang pertama kali dilihatnya di mall London.

"Bukannya.."

"Kau boleh memakainya kapanpun, kecuali di dalam kantor." Sela Suho, dia dapat mengetahui apa yang ingin ditanyakan Laura.

"Tetapi.."

"Pakailah, hari ini kita akan pergi."

"Ke mana?"

Suho tidak meresponnya, dia mengambil ponsel dan juga dompet lalu melangkahkan kakinya meninggalkan kamar, Laura, dia melepaskan sepatu kets putihnya, mengantikannya dengan sepatu hak di atas meja, terlihat cantik, dengan senang dia berputar-putar dengan sepatu hak-nya.

Suho yang mengintip dari cela pintu yang terbuka terlihat senang, Laura terlihat cantik jika tersenyum lepas seperti itu. Laura menghentikan putarannya, dia mulai berjalan keluar dari kamar. Suho menunggunya di dekat pintu.

"Kita mau ke mana?"

Suho melajutkan langkahnya menuju lift di depan lorong sana, matanya tidak terlepas dari layar ponselnya. "Tidak perlu tanya."

Mereka menaiki bus di halte dekat hotel "Jalan-jalan keliling London?" Akhirnya Laura mengerti maksud Suho.

"Kau tidak menyukainya?" Melihat ada dua kursi kosong di tengah bus, Suho dengan santai berjalan ke arah situ, dia memilih duduk di dalam, dia menyukai tempat duduk dekat kaca, dengan begitu dia dapat melihat pemandangan sepanjang jalan.

Oh! My FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang