Disney Land tempat yang sangat besar, menjadi tempat kesukaan anak kecil hingga orang dewasa.
"Wah!!" begitu senangnya Laura ketika berjalan masuk ke dalam Disney Land. Orang-orang mengatakan tempat ini adalah tempat di mana mewujudkan mimpi waktu kecil.
Mereka menaiki bus gratis mengelilingi Disney Land, begitu banyak permainan, begitu besar tempat tersebut, tanpa sadar malam telah tiba.
Di depan sebuah castle, Suho menghentikan langkahnya.
"Beast." Beast sang buruk rupa berjalan keluar dari castle itu, dia memberikan penghormatan layaknya seorang lord kepada Laura.
"Bella." Wanita yang berjalan keluar dari castle itu, cantik sekali, seperti tokoh di dalam kartun, lampu-lampu di sekitar tiba-tiba redup, hanya tersisa lampu-lampu jalanan yang menjulang tinggi di dekat mereka. Balon-balon Beast berikan kepada Laura. "Terima kasih," ucap Laura membungkuk senang.
Dia menoleh ke arah Suho yang berada di sampingnya, senyumannya yang begitu lebar membuat Suho merasa sangat senang juga.
Bella dia membawa sebuah tabung kaca datang, tabung tersebut tidak asing, dia pernah melihatnya, yah! Itu adalah bunga di dalam cerita Beauty and the Beast, bunga mawar abadi di dalam sana mekar dengan indahnya.
Suho mengambil tabung tersebut, dia membuka kaca di atasnya dan langsung bersujud di depan Laura, dia membuat Laura sangat Syok, begitu banyak orang yang menontoninya, mereka semua berteriak histeris melihat keromantisan tersebut, Laura menutup mulutnya dengan kedua tangannya layak perempuan-perempuan yang mempunyai reflek seperti itu di waktu seseorang melamar.
"Laura, aku tidak tahu apakah ini romantis atau tidak, aku bukan seorang yang cukup romantis, namun aku tahu kamu menyukai kisah Beauty and the Beast, aku berharap kamu menyukai kejutan ini, maukah kamu menikah denganku? Menjadi istriku? "
"Laura membawa balon-balonnya mendekati Suho, dia menarik tangan Suho dan terus berbisik, "Bangunlah." Dia terlihat malu melihat begitu banyak orang mengelilinginya dan terus berkata sesuatu yang dia tidak mengerti, tapi dapat dipasti itu adalah 'terimalah'.
"Kamu.. Kamu tidak mau menikah denganku?" tanya Suho terkejut dia terus berlutut dan tidak ingin bangun. "Bukan begitu, cuma.. cuma aku malu, di sini terlalu banyak orang," ucap Laura, wajahnya memerah seperti api membara, pertama kali Suho melihat wajah segemas itu.
"Kamu menerimaku apa tidak?" tanya Suho.
Laura mengangguk cepat, dia ingin sekali menarik Suho, namun Suho mengeluarkan sebuah cincin dari tengah bunga, dia meletakannya bunga itu di atas lantai dan mulai memakaikan Laura cincin.
Cincin yang kini melingkari jari manis Laura membuat Laura terbengong. Cincin putih dengan butiran-butiran berlian kecil yang berbentuk setengah love itu sangat cantik. Suho tebangun dan memeluk Laura, membuat Laura kembali syok, dia melepaskan balon-balon di tangannya, membiarkan balon merah sekitar 50-an itu terbang. "Kamu tahu di dalam balon itu ada benda berharga?" bisik Suho, Laura sangat terkejut, dia ingin melepaskan pelukan Suho untuk menangkap balon-balon itu, namun Suho memeluknya dengan erat. "Aku hanya bercanda," ucapnya yang membuat Laura kembali tenang. Balon-balon tersebut walaupun banyak yang terbang jauh, namun ada beberapa yang meletus di tengah langit, bunga mawar di dalamnya bertebaran turun di tengah keramaian itu. "Aku mencintaimu, Laura," bisik Suho.
Laura begitu senang, dia menutup matanya, memeluk Suho dengan erat. "Aku juga mencintaimu," bisiknya.
Sebuah malam yang begitu indah, Bella dan Beast menari mengelilingi sepasang calon pengantin tersebut.
Tidak lama kemudian, setelah bella dan Beast selesai menari, mereka menghampiri Suho dan juga Laura, Bella memberikan bunga abadi itu kepada Laura dan mengucapkan kata-kata selamat menggunakan bahasa Inggris.
"Terima kasih." Laura membalasnya, dia memeluk Bella. "Aku sangat menyukaimu."
"Terima kasih." Setelah Bella dan Beast berjalan pergi meninggalkan mereka, kerumunan orang-orang juga sudah mulai meninggalkan tempat tersebut. "Jadi ini yang kamu bilang urusan pentingmu itu?" tanya Laura, tangan Suho begitu erat mengandengnya.
"Tentu, ini urusan yang mengubah status KTP-ku, tentu penting."
"Dasar."
"Apakah kamu lelah? Besok masih harus terbang ke London, apakah perlu diundur?"
Laura mengeleng kecil. "Tidak perlu, aku bisa tahan."
"Nanti kalau sampai kamu jatuh sakit seperti dulu lagi, bagaimana kita akan menikah?"
"Menikah?"
"Tentu, orang tuaku di London, nanti resepsi pernikahan kita akan diadakan di sana."
Kata-kata yang mengejutkan itu membuat Laura menghentikan langkahnya.
"Siapa yang ingin menikahimu?" tanyanya masih tidak dapat mencerna kenyataan itu.
"Kamu lupa barusan apa yang telah kamu pakai?"
"Maksudku, siapa yang secepat itu mau menikah denganmu? Lagian kamu.. kamu baru melamarku."
Suho langsung mengendong Laura, dia memberikan sebuah kecupan di kening Laura. "Aku tahu apa yang kamu inginkan, aku akan mengembalikannya kepadamu setelah itu. Aku masih mengutangmu masa pacaran, nanti setelah menikah, aku akan membawamu pergi mengelilingi tempat yang ingin kamu pergi selama sebulan penuh."
"Lalu Halin?"
"Dia akan lelah jika mengikuti kita terbang ke sana-sini setiap hari."
Laura mengangguk mengerti, memang benar kata Suho, Halin masih kecil, tidak baik jika kelelahan.
"Lepaskan aku," ucap Laura, namun Suho tidak meresponnya.
"Lepaskan aku! Kau mau membawaku ke mana?!"
"Kembali ke hotel."
"Hotel?!" Laura terlihat ketakutan memegang tabung mawarnya dengan erat, ekspresi ketakutannya membuat Suho ketawa. "Kau jangan berpikir aneh-aneh, aku benar-benar tidak berminat dengan dada kecilmu itu."
Ledekan itu benar-benar membuat Laura kesal. "Bagus. . awas kau jika macam-macam. Akan kutendang kau."
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh! My Father
Fanfiction[Complete story✔] Tiga tahun berlalu, Lee Laura membawa Halin pulang ke Seoul, Halin merupakan putrinya dan satu-satunya harapannya untuk tetap hidup. Demi menghidupi Halin, dia bekerja di sebuah perusahaan besar dan menjadi seorang asisten direktur...