Dari dalam kamar hotel, castle-castle Disney Land terlihat sangat indah, apalagi lampu warna-warni yang menyala, Laura terdiam cukup lama di sana, mengingat masa kecilnya, dia ingin sekali mendapatkan pangeran seperti Beast, walaupun buruk rupa, kasar namun dia sangat mencintai Bella.
"Kenapa masih ingin bermain di sini?" tanya Suho memeluk Laura dari belakang, dia melingkarkan tangannya di pinggang Laura, menopangkan dagunya di atas bahu Laura.
"Terima kasih," ucap Laura mengulurkan tangannya untuk memegang pipi Suho.
"Gadis bodoh, kenapa harus berterima kasih?"
"Terima kasih telah mewujudkan mimpi masa kecilku. Kamu memang seperti Beast."
"Kamu mengataiku seperti Beast? Si buruk rupa itu?" tanya Suho, dia menatap Laura dengan kesal.
Laura tersenyum, dia kembali memegang pipi Suho menempelkannya dengan pipinya. "Kamu memang buruk rupa, tetapi aku menyukaimu. Sangat.. "
Suho memutarkan tubuh Laura, tangannya melingkar dengan erat di pinggang Laura, membuat jarak di antar mereka begitu dekat, Laura ingin mundur namun Suho langsung menciumnya, mundur dan mundur mereka pun terjatuh di atas kasur.
"Su.. Suho.." Laura segera menahan Suho. "Kamu bilang tidak akan.."
Suho kembali tersenyum. "Halin menginginkan seorang adik."
Laura menyadari bertapa nakalnya Suho, namun dia tidak menolaknya.
Keesokan harinya, mereka bersiap terbang ke London. Sepanjang jalan Suho sangat khawatir jika Laura akan jatuh sakit karena kelelahan, namun Laura selalu mengatakan dirinya sehat-sehat saja, setelah sampai mereka dijemput oleh bodyguard ibu Suho menuju rumah.
"Mama.. papa.." Begitu senangnya Halin berlari menyambut Laura dan juga Suho yang baru sampai di rumah.
"Halin." Laura segera terjongkok memeluk Halin.
Rumah tersebut, begitu besar seperti sebuah istana.
Ibu Suho berjalan keluar menyambut mereka begitupun Ayah Suho, senyumannya begitu lebar menyambut calon menantunya yang pernah memberikan kesan tak terlupakan untuknya, sebuah laporan yang pernah di buat Laura untuknya membuatnya selalu mengingat nama Laura.
"Bibi.. paman," sapa Laura segera memberikan penghormatan.
"Eii, masih memanggil seasing itu, seharusnya panggil Papa mama," ucap Ibu Suho, dengan malu Laura menatapi mereka.
"Sudah jangan mengejutkannya, bagaimana apakah undangan sudah tersebar?"
"Tentu sudah, Ayahmu bahkan sebelum aku pulang sudah menyiapkan tempat dan segalanya, aku kemarin pergi melihatnya, sangat keren, aku yakin Laura akan menyukainya," jelas Ibu Suho, dia menepuk-nepuk lengan Suho sambil mengajaknya pergi ke ruang tamu.
Setelah seluruh orang sudah duduk di ruang tamu. Ayah Suho kembali tersenyum melihat calon menantunya yang begitu cantik. "Bagus.. bagus..," pujinya tida berhenti mengangguk senang.
"Pa, sudah, jangan bergurau lagi."
"Ngomong-ngomong, kau sebaiknya menjaga calon menantuku dengan baik, dan lagi cucuku. Awas kau jika terjadi sesuatu pada mereka, akan aku remukin tulang-tulangmu."
"Papa, aku sudah bukan bocah lagi, jangan mengancamku dengan ancaman membosankan itu."
"Dasar bocah ingusan," ucap ayah Suho tersenyum kecil.
Bocah ingusan, mungkin tidak ada yang berani mengatai Suho seperti itu selain ayahnya sendiri, Laura pun tersenyum kecil.
"Kalian pasti sudah lelah, sana istirahat dulu, nanti malam aku baru membangunkan kalian untuk makan malam."
"Baiklah," ucap Suho terbangun dari tempat duduknya, dia mengendong Halin, menarik Laura menuju kamarnya. Sebelum meninggalkan ruang tamu, Laura tidak lupa berpamit, dia begitu sopan setiap bertemu orang tua Suho.
"Ini kamarmu?" tanya Laura terkejut, kamar penuh Mickey Mouse itu sedikit di luar bayangan Laura, ternyata Suho sangat kanak-kanak. "Bagus bukan?" tanya Suho segera menghempaskan dirinya di atas kasur, dia meletakan Halin di perutnya dan mulai bermain dengannya. "Bocah ingusan," gumam Laura membuat Suho mengerutkan keningnya.
Laura ikut menghempaskan dirinya di atas kasur, membentuk tanda L dengan Suho, dia merasa sangat nyaman dapat berbaring setelah duduk berjam-jam di atas pesawat.
"Halin menyukai kamar papa," ucap Halin. "Penuh Mickey Mouse."
"Teryata ini semua rencanamu? Kamu sudah mengatur ini semua?" Setelah mengingat apa yang terjadi belakangan ini, Laura langsung menatap Suho.
Suho hanya menyenggir kecil. "Kejutan untukmu," ucapnya
"Bagaimana jika nanti setelah menikah, kita jalan-jalan di London?"
"Di sini?"
Laura mengangguk dengan semangat. "Iya di sini, kita bawa Halin."
"Halin? Kalau begitu.." Suho merasa tidak dapat menerimanya, dia tidak dapat merasakan dunia milik mereka berdua lagi.
"Halin pasti akan senang ikut kita pergi jalan-jalan," ucap Laura, dia memang sengaja ingin mengagalkan rencana ataupun kejutan yang sudah disiapkan Suho.
"Halin mau ikut jalan-jalankan?" tanya Laura lagi, kali ini dia memutarkan tubuhnya hingga berada di samping Suho dan ikut memainkan tangan Halin. "Halin mau ikut. Halin mau main bersama papa dan juga mama."
"Baiklah. Papa akan membawa Halin mengelilingi London," ucap Suho tersenyum mengelitiki Halin.
***
Hari yang begitu ditunggu oleh orang tua Suho, akhirnya anak satu-satunya ini sudah mau menikah, mereka menyewa sebuah tempat resepsi yang sangat besar, mengundang teman-teman dan juga saudara mereka. Gaun yang dipakai Laura, sangat indah, merupakan desain gaun penikahan terbaru di musim ini. "Sangat cantik," puji Suho, dia tidak mengedipkan matanya sedikitpun, dia juga sangat tampan hari ini, stelan putih membuatnya seperti pangeran berkuda putih.
"Wah! Lihat menantuku, begitu cantik," puji Ibu Suho, dia membawa Halin berjalan masuk ke ruang istirahat.
"Mama," panggil Halin langsung memeluk kaki Laura.
"Halin," panggil Laura mengelus rambut Halin, melihat Halin hari ini tampil seperti putri kecil, membuatnya sangat senang.
"Resepsi sudah mau dimulai." Seseorang di sana berjalan masuk untuk memberikan info.
Ibu Suho berjalan mendekati Laura. "Anakku, mohonlah menjaganya, dan juga cucuku," ucapnya, dia mengeluarkan sebuah gelang dari tasnya dan memakaikannya di tangan Laura.
"Ini." Laura terlihat tidak ingin menerimanya, gelang tersebut terlihat sangat mahal.
"Untukmu. Pakailah."
"Suho, kamu harus mejaga menantuku dengan baik ya," ucapnya mengingatkan.
"Tentu," ucap Suho tersenyum.
"Baiklah, ayo Halin kita keluar." Ibu Suho membawa Halin berjalan keluar.
Suho pun mengulurkan tangannya memberikan Laura sebuket bunga, membawanya keluar menuju karpet merah.
***
Setelah penikahan itu, Suho membawa Laura dan juga Halin berbulan madu di London, sebuah keluarga kecil nan bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh! My Father
Fanfiction[Complete story✔] Tiga tahun berlalu, Lee Laura membawa Halin pulang ke Seoul, Halin merupakan putrinya dan satu-satunya harapannya untuk tetap hidup. Demi menghidupi Halin, dia bekerja di sebuah perusahaan besar dan menjadi seorang asisten direktur...