Laura menaiki taksi menuju taman kanak-kanak, di sana hanya tersisa Halin dan seorang guru, Laura merasa tidak enak hati dengan guru tersebut, dia terus meminta maaf dan membawa Halin menuju kantornya.
"Halin, kamu duduk di sini dulu ya, mama selesaikan pekerjaan sebentar. Ini sushi untukmu, makanlah pelan-pelan, jangan sampai berantakan, Ok?"
Laura membawa Halin duduk di sofa seberang meja kerjanya, dia membukakan kotak sushi dan meletakan di pangkuan Halin.
"Halin akan makan dengan benar. Mama kerja saja." Halin mengambil sepotong sushi mulai mengigitnya.
Laura tersenyum sambil mengelus rambut Halin, kemudian dia berjalan kembali ke mejanya dan mulai bekerja. Setelah selesai mengetik, Laura beranjak dari tempatnya. "Halin, kamu tunggu di sini ya, jangan ke mana-mana. Mama pergi print data sebentar, setelah itu kita pulang ke rumah ok?"
"Papa JiSoo? Papa JiSoo tidak datang melihat Halin?"
"Hari ini paman JiSoo ada pekerjaan, dia tidak bisa menemani Halin." "Halin tunggu sini ya, jangan ke mana-mana." Setelah mendapat anggukan dari Halin, Laura segera berjalan pergi ke ruang print.
Suho menyelesaikan pekerjaannya, dia berjalan keluar, melihat komputer Laura masih belum dimatikan, dia melihat sekeliling ruangan, tidak ada sosok Laura namun ada seorang gadis munggil dengan baju merah dan rok tutu Mickey mouse, gadis itu sepertinya gadis yang memanggil Laura mama, dia sedang makan sushi, Suho menghampirinya, anak kecil itu sangat manis, dia menyunggingkan senyumannya dan menyodorkan sepotong sushi untuk Suho, sang laki-laki asing. "Mau?"
Suho tersenyum, dia jongkok di depan Halin, mengambil sushi tersebut. "Terima kasih." Untuk pertama kalinya Suho melihat seorang gadis semanis itu. "Siapa namamu?" tanyanya sambil membersihkan mayones di bibir Halin.
"Halin."
"Halin? Nama yang manis. Apakah mama kamu bernama Laura?"
Halin mengangguk-angguk senang. "Mau lagi?"
"Boleh. Kamu suka makan sushi?"
Pertanyaan itu membuat Halin mengangguk dengan semangat. Dia mengambilkan sepotong sushi untuk Suho, tangan kanannya tidak henti-hentinya memasukan sushi ke dalam mulut.
"Halin sangat suka makan sushi. Mama juga suka."
"Mama kamu? Bagaimana jika paman bawa kamu dan mama kamu pergi makan sushi. Mau?" tanya Suho kembali mendapat anggukkan Halin.
Laura membawa sejumlah data masuk ke ruang kerja, Halin tidak berada di sana, dia begitu panik menaruh dokumen-dokumen tersebut dan pergi mencarinya. "Halin.. Halin?" di lantai itu, dia sudah mencari ke mana-mana tetapi tidak menemukannya, kantor Suho tertutup rapat, apakah Halin berada di dalamnya? Tetapi tadi dia baru bertengkar dengannya, apakah dia harus mengetuk pintu dan masuk ke dalam? Dia tidak memiliki pilihan lain, dia mengumpulkan seluruh kekuatan dan mengetuk pintu. Suho masih berada di dalam sana, dia mengizinkannya untuk masuk.
Halin berada di dalam sana, senyumannya begitu lebar, mulutnya penuh mayones, Suho sepertinya membelikannya sushi. "Halin," panggilnya segera menghampirinya.
"Mama."
"Mama bukan menyuruhmu tidak ke mana-mana?"
"Papa membelikan banyak sushi untukku." Kata-kata Halin membuat Suho dan Laura terkejut.
Apalagi Laura, dia dengan malu memegang pipi Halin. "Halin, mama bukan sudah bilang jangan sembarangan memanggil orang papa?"
"Maaf, Halin.. belakangan ini suka memanggil orang papa." Laura segera menatap Suho dan membungkuk.
Suho tersipu senang mendengarnya. "Kenapa kau membawa anakmu datang ke sini?"
Mengingat tugas yang sudah selesai, Laura segera berjalan keluar mengambil dokumen-dokumen itu masuk. "Ini semua data yang Anda inginkan. Jika sudah tidak ada masalah, maka saya ingin membawa putriku pulang istirahat dulu." Laura menaruh dokumen-dokumen tersebut di atas meja Suho, dia menghampiri Halin dan mengendongnya. "Halin ayo kita pulang," ajaknya yang tersenyum menatap Halin, setelah itu dia kembali menatap Suho. "Besok, saya akan datang mengajukan surat pengunduran diri."
"Mama, Mama, Halin besok mau datang bertemu papa lagi."
"Halin." Laura segera mencegat Halin untuk melanjutkan ucapannya. "Ayo kita pulang," ajaknya yang mengendong Halin keluar.
"Biar aku antarkan, sudah malam." Suho berjalan keluar mendahului Laura, dia memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celana, wajahnya terlihat begitu datar.
"Tidak perlu. Saya dapat.."
"Itu perintah. Matikan seluruh lampu-lampu, aku pergi ke pakiran dulu, kau tunggu di lobby saja." Selesai berbicara, Suho langsung meninggalkan kantor, dia membuat Laura tidak sempat merespon, dia hanya dapat menjalankan perintah terakhir sang direkturnya itu, pelan-pelan menurunkan Halin ke atas sofa dan mulai membersihkan sushi-sushi di atas meja. Setelah selesai, dia kembali mengendong Halin, mematikan lampu-lampu di sana dan meninggalkan kantor. Mobil Suho sudah berada di lobby sana, Laura berjalan masuk, dia memeluk Halin dengan erat. "Terima kasih."
"Mama, papa bilang lain kali akan membawa Halin dan juga mama pergi makan sushi."
"Halin, mama sudah bilang jangan sembarangan memanggil orang papa, itu tidak sopan," tegur Laura, dia masih terlihat kesal karena pertengkaran tadi.
"Tetapi..Halin.."
"Tidak boleh!" sela Laura menatap Halin dengan tajam, itu membuat Halin terdiam takut.
Suho melihat Laura dari spion mobil, sepertinya tadi sore kata-katanya sudah kelewatan hingga membuat Laura marah seperti itu. "Aku tidak masalah, jangan memarahinya."
"Maaf," ucap Laura singkat.
"Halin.. tidurlah, besok kamu masih harus bersekolah, kamu bukan ingin bertemu paman JiSoo? Jika Halin tidur, paman JiSoo akan segera datang bertemu Halin," ucap Laura yang membuat Halin sangat senang. "Baiklah, Halin akan tidur sekarang." Halin mulai menutup mata dan tertidur di dalam pelukan Laura. Laura pelan-pelan mengelus bahu Halin, membuatnya merasa lebih nyaman di dalam pelukannya.
"Maaf, Halin sejak kecil sudah tidak punya ayah. Belakangan ini karena beberapa masalah di sekolah, dia jadi suka memanggil siapapun papa."
"Di mana ayah dia?"
Pertanyaan itu membuat Laura terdiam. Melihat wajah murung Laura, Suho langsung mengalihkan pembicaraan. "Masalah pengunduran diri, tidak perlu."
"Tetapi.. masalah pribadiku dapat menganggu pekerjaanku, saya rasa saya tidak pantas untuk bekerja di perusahanmu."
Suho menghela napas "Aku akan memberimu waktu untuk pergi menjemputnya. Bawalah ke kantor, dia sangat manis, dan bisa jadi teman makan sushiku."
"Tetapi.."
"Itu perintah," sela Suho lagi.
Sesampai di depan rumah Laura, Suho turun dari mobil, dia membantu Laura mengendong Halin. Untuk pertama kalinya dia mengendong anak kecil, walau tidak tahu caranya, namun dia terlihat senang mengendongnya. Setelah Laura turun dari mobil, dia ingin mengendong Halin kembali, namun Suho menghindari tangan Laura. "Biar aku yang membawanya masuk."
Senyuman dan kesenangan yang ditunjukkan Suho membuat Laura tidak dapat membantah, dia menutup pintu mobil, membawa Suho masuk ke rumahnya. "Di mana kamar Halin?" tanya Suho.
"Di sini." Laura mambawa Suho ke kamarnya, Suho pelan-pelan meletakan Halin di atas kasur, Laura langsung menyelimutinya. "Terima kasih, direktur."
"Kau juga cepat istirahat, aku pulang dulu."
"Iya."
Laura mengantarkan Suho ke depan pintu. "Selamat malam."
Melihat Suho masuk ke dalam mobil dan melaju pergi, Laura pun berjalan masuk ke dalam rumah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh! My Father
Fanfiction[Complete story✔] Tiga tahun berlalu, Lee Laura membawa Halin pulang ke Seoul, Halin merupakan putrinya dan satu-satunya harapannya untuk tetap hidup. Demi menghidupi Halin, dia bekerja di sebuah perusahaan besar dan menjadi seorang asisten direktur...