Part 20

33 6 0
                                    

Setelah mandi Suho berjalan keluar, dia menemukan Laura sudah membersihkan hampir seluruh rumahnya termasuk ruang tamu yang berantakan karenanya. Melihat bajunya yang masih basah, membuat Suho segera berjalan masuk ke dalam kamar mandi dan mengambilkan sehelai handuk, dia melemparkannya ke arah Laura. "Pakailah," ucapnya membuat Laura yang sedang mengepel menatapnya dengan bingung.

"Bajumu basah, pergi gantilah."

Melihat bajunya yang basah, akhirnya Laura mengerti dan tersenyum menatap Suho. "Nanti juga kering." "Anda sudah minum air lemonnya?" tanya Laura ketika mengingatnya, namun Suho tidak menjawabnya, dia kembali menatap Suho dan menemukan jawaban dari raut wajahnya. Laura menaruh alat pel di tangannya dan berjalan ke arah kamar mandi untuk mengambil gelas tersebut.

"Ini, minumlah, saya baca di internet, ini sangat bagus untuk mengurangi rasa mual setelah mabuk, minumlah," ucapnya kembali menyodorkannya kepada Suho. Setelah Suho mengambilnya, Laura berjalan kembali ke tempat dia menaruh alat pelnya dan mulai mengepel lagi.

Suho melihat warna air lemon tersebut terlihat aneh, namun dia tetap meminumnya, dia dapat merasakan kemanisan di dalam air lemon tersebut, ya tidak salah lagi, rasa madu kesukaannya.

"Saya menaruh sedikit madu di dalamnya, dengan begitu Anda tidak akan merasa asam. Baiklah, pergi bersiaplah, Direktur. Hari ini kita akan pergi dinas."

Mengingat dinas penting yang akan mereka jalankan, Suho membawa gelas tersebut ke dapur dan ingin berjalan masuk ke dalam kamarnya, namun melihat Laura yang sedang mengepel, membuatnya mengurungkan niatnya, dia pergi menarik Laura membawanya ke dalam kamarnya. "Keringkan pakaianmu dulu," ucapnya mengeluarkan alat pengering rambut dari dalam lacinya.

Dia mendorong Laura masuk ke dalam kamar mandi dan memberikannya jubah tidurnya. "Gantilah ini, lepaskan bajumu dan berikan kepadaku, aku akan membantumu mengeringkannya," ucapnya membuat Laura membatu. "Cepat!" bentaknya, Laura tersadar dan segera mengambil jubah tersebut, setelah itu dia langsung menutup kamar mandi dan mulai menganti bajunya.

Dia membawa keluar bajunya. Suho ingin mengambilnya namun Laura tidak memberikannya. "Biar saya keringkan sendiri," ucapnya yang tidak mendapat jawaban dari Suho, Suho dengan kasar menarik baju tersebut dari tangan Laura dan mulai mengeringkannya.

"Pergi ambilkan jas dan dasi untukku."

Hari ini sepertinya temperatur Suho tidak begitu bagus, dia terlihat lebih menyeramkan dari biasanya. " Baiklah." Laura segera berjalan masuk ke dalam ruang pakaian Suho. Dia tentu terbengong di tengah ruangan tersebut. Begitu banyak jas yang hampir sama, namun yang mana yang cocok untuk Suho hari ini, apalagi mereka akan pergi dinas. Dia akhirnya memilih beberapa dan membawanya keluar. "Ini Direktur." Laura membawa jas-jas tersebut ke dekat Suho yang sedang mengeringkan pakaiannya.

"Apakah aku akan memakai segitu banyak?" sindir Suho.

"Tidak, hanya saja saya bingung yang mana yang lebih cocok untuk Anda, ini semua terlihat bagus, jadi saya mengambilnya.

"Oh ya?"

Laura mengangguk kecil. "Iya, tetapi saya lebih suka melihat yang ini," ucap Laura menunjukkan salah satu jas hitam, melihat jas hitam yang dibelinya tahun lalu dan tidak pernah disentuh olehnya, Suho kembali mengeringkan baju Laura. "Ini ambil pakailah," ucapnya setelah baju tersebut sudah kering.

"Baik," ucap Laura langsung mengambilnya dan berjalan kembali ke kamar mandi, dia menaruh jas-jas Suho di atas kasur.

Suho pelan-pelan berjalan ke dekat kasur, jas hitam tersebut, terlihat sangat keren, namun dirinya tidak pernah memakainnya, dia mengambilnya dan memakainya, dia merasa jas tersebut sangat cocok untuknya, namun kenapa dirinya tidak pernah memakainya? setelah mengaca cukup lama, dia mulai menata rambutnya.

Laura berjalan keluar dari kamar mandi, melihat Suho di depan cermin, dia berdiri cukup lama di tempat.

"Ambilkan dasiku," ucap Suho.

"Ou," angguk Laura, dia berjalan ke dekat kasur mengambil beberapa dasi, dia mencocokkan dasi-dasi tersebut dengan jas Suho hingga akhirnya dia memilih salah satu dasi dan menyodorkannya ke depan hadapan Suho.

Setelah selesai menyisir, Suho memutarkan tubuhnya, menghadap Laura, mereka saling menatap cukup lama.

"Pakaikanlah," ucap Suho membuat Laura terkejut, namun tatapan tajam Suho membuatnya menuruti kata-katanya dan segera memakaikan dasi.

Suho menatap Laura yang sedang serius memakaikannya dasi. "Kau bilang papa Halin orang yang seperti apa?"

Pertanyaan tersebut membuat Laura menudukan kepalanya, dia terdiam tidak berani menjawab pertanyaan tersebut.

"Kenapa? Tidak berani menjawabnya?"

"Sudah," ucap Laura setelah selesai memakaikan dasi, dia segera berbalik dan berjalan keluar menghindari pertanyaan tersebut.

Mereka menuju luar kota, karena Suho baru sadar dari mabuk, Laura tidak membiarkannya untuk mengemudi. Seisi mobil terasa sangat hening, Suho tidak berbicara ataupun melakukan kegiatan lain, dia memejamkan matanya, menyandarkan kepalanya di dekat kaca, apakah dia bertemu masalah besar? Laura sedikit khawatir dengan keadaannya. "Sebaiknya Anda tidur sebentar, jika sudah sampai saya akan memberitahu Anda."

Suho tidak meresponnya, Laura kembali mengemudi, hari mulai mengelap, pertemuan penting hari ini diadakan di dalam sebuah restoran, mereka memesan sebuah ruang VVIP, begitu banyak laki-laki dan juga wine. Laura hanya seorang perempuan di sana, dia duduk di dekat Suho, membantu Suho menyiapkan seluruh dokumen.

Mereka para laki-laki terus meminum wine dan menyulami Suho. Laura merasa tidak tega melihat Suho terus menengguk minuman beralkohol itu, dia merebut gelas wine Suho dan menengguknya. "Nanti direktur akan mengemudi, jadi biar saya mengantikannya untuk minum." Senyuman Laura begitu memesona, dia mendapatkan tepukan meriah dari para pembisnis. Sepanjang rapat yang dapat dikatakan acara minum-minum ini, Laura telah menghabiskan dua botol wine, tetapi mereka berhasil mendapatkan sebuah kontrak yang penting, Suho melihat Laura telah tidak sadarkan diri, dia mengendongnya pulang ke hotel yang tidak jauh dari restoran itu. malam ini jalan terasa sepi, hanya ada mereka berdua dan beberapa mobil yang lewat. Suho menatap Laura yang berada di dalam gendongannya dengan lekat. Perempuan itu sempat menarik perhatiannya, namun ternyata dia telah memiliki orang yang begitu mencintainya, mungkin tidak lama setelah ini, dia akan kembali kepada Lee HongYi dan menikah dengannya.

"HongYi," gumam Laura mengulurkan tangannya melingkari leher Suho dengan erat. "HongYi.. "

Panggilan itu membuat Suho tersenyum pahit. "Kau .. menyukainya? Kalian saling menyukai? "  

Oh! My FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang