Part 10

41 8 0
                                    

Pulang dari London, hari sudah mulai gelap, Suho ingin mengantarkan Laura pulang ke rumah namun Laura menolaknya, dia segera meninggalkan bandara menuju rumah JiSoo. Sepanjang jalan yang ada di pikirannya hanyalah Halin, bagaimana dengan keadaan Halin sekarang? Apakah dia sudah makan? Apakah dia menangis? Apakah JiSoo menjaganya dengan baik?

"JiSoo." Laura terus memencet bel,dia berharap JiSoo belum tidur dan segera membukakan pintu.

JiSoo membuka pintu, Laura berdiri di depan hadapannya, senyuman langsung mengembang "Laura?"

"Halin sudah tidur?"

JiSoo mengangguk kecil. "Masuklah," ajaknya. "Kamu ke mana saja beberapa hari ini?"

"Aku pergi dinas, maaf tidak memberi tahumu sebelumnya."

"Tidak apa-apa, Halin sangat merindukanmu."

Mereka memasuki kamar JiSoo, melihat Halin sudah tertidur pulas, Laura merasa lebih lega. "Terima kasih sudah menjaganya dengan baik."

"Aku berharap kau tidak mengatakan dua kata itu lagi. Terima kasih dan maaf."

Laura menoleh ke belakang, tepat di mana JiSoo berdiri, dia menatapnya dengan lekat. "Aku.. sangat..sangat berterima kasih kepadamu JiSoo, jika tidak ada kamu, aku benar-benar tidak dapat tenang di luar negeri beberapa hari ini."

"Aku yang ingin berterima kasih kepadamu dan juga Halin, Halin seperti bidadari kecil yang muncul di hidupku, tanpa dia aku tidak dapat melewati hari-hariku sesenang ini."

"Dia memang bidadari kecil yang muncul di hidupku. Aku sangat mencintainya." Laura menyetujui pendapat JiSoo, dia menatap Halin, memegang wajah munggilnya dengan lembut.

JiSoo melihat jam yang meliliti tangannya, jarum jam mengarah pada pukul 12 lewat di malam hari ini. "Hari sudah malam, jika tidak keberatan kamu tinggal di sini saja."

Laura terdiam, dia tahu jam berapa sekarang, dia tidak ingin membangunkan Halin, dia memilih menatap JiSoo "Tetapi kamu?"

"Aku dapat tidur di ruang tamu, kamu tidak perlu mengkhawatirkanku."

"Tetapi.."

"Sudah, aku pergi tidur dulu, aku sudah ngantuk." JiSoo berpura-pura menguap dan berjalan keluar.

Laura melihat sosok JiSoo yang telah menghilang, pintu juga sudah tertutup, JiSoo sejak dulu hingga sekarang selalu begitu baik terhadapnya, Laura merasa malu dan tidak enak hati.

***

Pagi hari mendatang, JiSoo mengantarkan Laura pulang ke rumah dan membawa Halin pergi bersekolah.

"Nanti aku akan membeli sayur-sayuran, aku akan membuatkan makan malam untuk kalian," ucap Laura sebelum JiSoo berangkat mengantarkan Halin pergi.

Masakan buatan Laura, sudah lama dia tidak memakannya. "Aku akan menunggumu." Seulas senyuman tersungging di bibir JiSoo

"Halin, dengarkan kata paman JiSoo ya, nanti mama akan membuatkanmu sushi untukmu."

"Halin mau makan sushi."

"Bye-bye Halin,"lambai Laura. JiSoo mulai menaikkan kaca mobil dan pergi, Laura berjalan masuk ke dalam rumahnya, rumahnya terlihat rapi, sepertinya JiSoo telah membantunya merapikan rumah. Dia mulai bersiap-siap berangkat kerja.

Langkah kaki Laura terhenti di depan kantor Suho, sebuah meja baru lengkap dengan komputer dan segala sesuatu layaknya sebuah meja kerja. Sepertinya Suho mempunyai rencana baru, dia malanjutkan langkahnya, mengetuk pintu kantor Suho dan berjalan masuk. " Direktur."

"Ini, tolong serahkan ke Linda, dan ini, periksalah, jika sudah, taruh di mejaku. Aku ada urusan, nanti sorean baru kembali."

"Baiklah." Laura dengan hati-hati mengambil setumpuk dokumen dari meja Suho.

"Meja di depan itu.. untukmu, lain kali kau kerja di sana saja. "

Laura melihat keluar, meja kerja baru itu sangat bagus, dia kembali menatap Suho. "Terima kasih," ucapnya membungkuk.

"Baiklah, aku pergi dulu. Nanti setelah selesai kerja kau boleh langsung pulang, istirahatlah yang cukup." Seusai berbicara Suho langsung berjalan keluar meninggalkan kantornya.

Laura ikut berjalan keluar, menuju meja barunya, dia menaruh dokumennya, pelan-pelan memegangi meja tersebut, pot kaktus kecil di atas meja telah menarik perhatiannya, Suho memang orang baik walaupun tampangnya terlihat dingin. Setelah duduk, dia mulai berputar-putar dengan kursinya itu, sangat senang, setelah terhenti, dia mulai membuka dokumennya. "Oh ya! Aku harus mengantarkan dokumen ini." dia kembali meranjak dari kursinya dan berjalan pergi membawa beberapa dokumen.

Laura menghabiskan waktu hampir setengah hari untuk menyelesaikan tugasnya, dia menaruh seluruh dokumen tersebut di meja Suho, dan membawa tasnya keluar dari perusahaan tersebut, menuju market. JiSoo setelah menjemput Halin, dia langsung membawanya pergi ke market mencari Laura.

"Mama!" Akhirnya JiSoo dan Halin menemukan Laura di tempat sayur-sayuran, dengan senang Halin berlari ke arah Laura dan memeluk kakinya

"Halin." Laura terjongkok, dia memeluk Halin. "Bagaimana? Apa hari ini Halin menangis lagi?"

"Halin tidak nangis, guru memberi Halin banyak sushi."

"Baguslah." Laura mengendong Halin dan meletakannya di dalam trolly.

"Biar aku yang mendorongnya," tawar JiSoo segera menahan trolly ketika Laura mulai mendorong. Tangannya tidak sengaja telah menyentuh tangan Laura hingga Laura segera menarik tangannya kembali.

"Baiklah," ucapnya menghindar, membiarkan JiSoo mendorong trolly.

"Papa."

Mereka mulai melanjutkan langkah, melihat-lihat sayur apa yang dapat mereka beli "Halin mau makan apa?" tanya JiSoo

"Halin mau makan sushi." Kepolosan Halin membuat JiSoo dan Laura tertawa.

"Halin selain sushi mungkin tidak akan makan yang lain lagi.," sindir Laura, sejak kecil, entah bagaimana bisa seorang anak kecil selalu ingin memakan nasi dan lauk-pauk yang digulung dengan rumput laut.

"Otak Halin mungkin hanya ada sushi. Ya tidak Halin?" tanya JiSoo di tengah tawa, dia mengelus kepala Halin dengan lembut.

Setelah pulang dari urusannya, Suho segera kembali menuju kantornya, dia tahu ini sudah sore, sebagian pegawainya juga sudah pulang, tetapi demi melihat seseorang. Laura sudah tidak ada di kantor, kata salah satu asistennya, Laura pergi belanja di market dekat kantor, dia bermaksud pergi menemuinya. Dirinya juga tidak mengerti kenapa ingin sekali melihat Laura.

 Menemukan Laura tengah bebelanja, Suho ingin menghampirinya namun dia menghentikan langkahnya di balik rak dekat sana. 

"Mama! Papa juga ingin makan sushi, papa suka sushi juga seperti Halin." Panggilan gadis kecil di dalam trolly tertuju pada Laura, Laura sudah memiliki keluarga? Sebuah kejutan yang membuatnya membatu.

"Halin, kamu tahu papa JiSoo-mu paling tidak suka makan sushi?" jelas Laura di tengah tawanya. Dari dulu hingga sekarang, JiSoo tidak suka dengan sesuatu yang berbau rumput laut, kata-kata Halin telah membuat Laura dan JiSoo tertawa.

"Tidak apa-apa, Halin menyukainya, aku juga menyukainya," ucap JiSoo. "Iya tidak Halin."

Kenyataan di depan matanya, membuatnya muak dan tidak ingin melihatnya lagi, Suho langsung berjalan pergi meninggalkan market, dia merasa kecewe, awalnya dia merasa sifat Laura berbeda dengan kakaknya Lee MinJi, tetapi dia salah besar, karena mereka berdua tidak ada bedanya.

Oh! My FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang