Setelah membayar, Suho membawa Halin dan juga Laura pergi ke sebuah restoran sushi di dalam mall. Mereka menghabiskan satu jam untuk makan. Setelah itu mereka kembali ke mobil, namun arah yang dituju Suho bukanlah rumah Laura.
"Kita bukan mau.."
"Ke rumahku," sela Suho membuat Laura terkejut.
"Rumah Anda?! Tetapi, saya tidak membawa barang-barang.."
"Tenanglah, aku sudah menyiapkannya."
Setelah sampai, Laura turun, mereka memasuki apartemen Suho yang pernah dikunjunginya dulu.
"Ini barang-barang untukmu," ucap Suho menyodorkan sebuah kotak untuknya.
Suho dengan gugup mengaruk hidungnya yang tidak gatal itu.
Laura pelan-pelan membuka kotak tersebut. Di dalam ada pita-pita dan juga gelang-gelang yang begitu cantik.
"Itu.. hm.. setiap pergi meeting, melihat benda-benda ini, aku rasa mereka sangat cocok untukmu, jadi aku membelinya," jelas Suho. Setiap melihat benda-benda perempuan yang cocok untuk Laura, dia selalu membelinya dan menyimpannya, namun dia tidak pernah menduga benda-benda itu secepat itu dia berikan untuk Laura.
"Sana pergi pakailah, dan.. dan pilihkan aku baju. Aku akan memandikan Halin dulu." Selesai berbicara, Suho segera berjalan keluar dari kamarnya, dia terlihat begitu gugup.
"Halin, ayo kita pergi mandi," ajaknya sambil mengendong Halin ke dalam kamar mandi, sedangkan Laura, dia terbengong cukup lama melihat isi-isi di dalam kotak tersebut. Dia merasa Suho sangat baik terhadapnya, bahkan kebaikan tersebut sudah melebihi seorang kakak ipar. Dia sangat berterima kasih kepadanya. Pelan-pelan dia berjalan ke dalam sebuah ruang di dekatnya, ya tidak salah lagi, ruang tersebut adalah lemari baju Suho. Dia berjalan melewatinya sambil memilihkannya jas, amun sebagian jas pestanya berwarna hitam. Dia memandukan jas hitam tersebut dengan sebuah kemeja hitam dan juga dasi kupu-kupu, tentu juga dengan celana hitam.
Setelah menyusunnya di atas kasur, dia berjalan ke arah kantong belanjaannya dan mengeluarkan gaun yang baru dibelikan oleh Suho untuknya, juga punya Halin.
Melihat gaun secantik itu tentu hatinya merasa senang, namun ketika mengingat tujuan memakai gaun tersebut, dirinya tidak dapat senang, bagaimanapun orang yang akan menikah nantinya adalah orang yang pernah dicintainya, orang yang merupakan cinta pertamanya. Air mata tentu tidak dapat keluar dari matanya, namun hatinya sakit seakan pisau sedang menusuk-nusuk berulang-ulang kali.
"Ayo kita sudah sampai di kamar.." Dengan senang Suho mengendong Halin masuk ke dalam kamar.
Laura dikejutkan oleh Suho, dia begitu basah, mungkin mereka bermain dengan senang di dalam kamar mandi. "Anda.."
"Tidak apa-apa. di mana popok Halin? "
Laura berjalan kembali ke meja dia menaruh tas, di dalam sana penuh dengan pelengkapan untuk Halin, baju ganti, susu, bahkan popok, semua lengkap di dalam sana.
"Aku akan coba memakaikannya," ucap Suho mengambil popok tersebut dari Laura.
Walaupun terlihat bodoh dan tidak bisa memakaikannya, namun akhirnya popok tersebut terpakai dengan rapi. " Ayo pakai celana dan juga gaunmu," ajak Suho, ketika menyadari Laura masih berdiri di sampingnya dan belum pergi bersiap-siap, dia menatapnya dengan penuh pertanyaan. "Kenapa belum pergi bersiap-siap?"
"Hm.. biar saya membantu Halin memakainya, Anda pergi keringkan diri dan juga rambutmu dahulu, nanti Anda masuk angin."
Perhatian itu, membuat Suho tersenyum kecil dan memperlihatkan lekukan kecil di pipinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh! My Father
Fanfiction[Complete story✔] Tiga tahun berlalu, Lee Laura membawa Halin pulang ke Seoul, Halin merupakan putrinya dan satu-satunya harapannya untuk tetap hidup. Demi menghidupi Halin, dia bekerja di sebuah perusahaan besar dan menjadi seorang asisten direktur...