Suho adalah tipe orang yang selalu serius ketika bertemu kerjaan, melihat dokumen yang sudah bertumpuk di meja kerjanya, dia tidak henti-hentinya mengecek dan menanda-tangani. Waktu terlewatkan begitu cepat. Siang hari mendatang, Laura berjalan masuk dengan setumpuk dokumen. "Direktur, ini ada beberapa proyek baru."
"Taruhlah," ucap Suho, dia terlihat tidak menghiraukan Laura, matanya terus fokus dengan dokumen yang dia cek.
"Bermasalah. Ini kembalikan ke Lin. Suruh dia menulis ulang."
"Baik," angguk Laura.
Dia ingin berjalan keluar namun dia mengurungkan niatnya dan menoleh kembali ke arah Suho. "Anda tidak ingin makan siang?"
"Tidak, terima kasih," ucap Suho.
Laura tidak mengerti kenapa hari ini Suho begitu serius, apakah dia kesurupan?
Merasakan Laura masih berdiri di dekat pintu dan sedang menatapinya, Suho pelan-pelan menoleh. "Baiklah segelas kopi," ucapnya yang akhirnya membuat Laura mengangguk.
Laura membawa dokumen tersebut dan memberikannya kepada Lin, setelah itu dia berjalan pergi membeli segelas kopi dan sekotak sushi untuk Suho. Sejak tadi pagi dia tidak makan, apakah dia sudah gila? Apa yang sedang dikejarnya? Mengapa begitu serius menyelesaikan pekerjaannya? Sepanjang jalan hingga kembali ke kantor Suho, beberapa pertanyaan tersebut terus berputar di kepala Laura.
"Ini makanlah."
"Terima kasih. Oh ya, dokumen-dokumen lain, apakah sudah selesai kamu periksa?"
"Sisa beberapa lagi, aku akan pergi memeriksanya."
"Tidak perlu, bawa masuk, biar aku yang periksa saja. Kamu makanlah, sejak pagi kamu belum makan."
Laura tidak menanggapi Suho, dia terus menatapnya dengan penuh pertanyaan. "Kenapa terburu-buru? Kamu belum makan, makanlah dulu. Aku dapat memeriksanya sendiri, itu merupakan tugasku," ucap Laura.
"Kamu sendiri juga belum makan. Sudahlah, bawa masuk."
Laura membukakan kotak sushi yang baru dibelinya, dia mengambil sepotong sushi dan memasukannya ke dalam mulut Suho. "Makan dulu, aku akan membawa masuk," ucapnya berjalan keluar.
Suho menatap sosok Laura sambil mengunyah sushi di mulutnya. Setelah dipikir-pikir, memang sungguh lapar perutnya kini. Untung Laura membelikan sushi untuknya.
"Ini. Oh ya, perusahaan Lee HongYi membatalkan proyek.."
Laura belum selesai berbicara, Suho sudah tersenyum, namun dia tahu senyuman tersebut terlihat pahit.
"Mereka memutuskan jalan hidup mereka sendiri," gumamnya sambil mengambil dokumen yang berkaitan dengan proyek tersebut dan melihatnya. Laura tidak mengerti apa yang sedang dibicarakan Suho. "Dia, lebih tepatnya ibunya membatalkan seluruh proyek yang berhubungan dengan perusahaan S.H maupun perusahaan ayahku yang berada di London. Tentu tidak akan merugikan kami, namun itu berarti perusahaannya harus menaggung kerugian dan denda di antara kedua pihak.
Apakah dia sudah gila? Sebencinya dia kepadaku? Begitulah yang dipikirkan Laura, dia tidak mengerti kenapa ibu Lee HongYi melakukannya.
"Hari ini, apakah kamu akan menemaniku lembur?" tanya Suho menyadarkan Laura dari lamunannya.
"Lembur?"
Suho mengangguk kecil, dia menjalinkan kedua tangannya di atas meja. "Aku ingin menyelesaikan semua pekerjaan malam ini juga."
Kenapa? Itu adalah sebuah pertanyaan besar untuk Suho.
"Besok, aku tidak dapat masuk kantor. Aku ada urusan yang sangat penting."
"Urusan?"
"Iya," angguk Suho, dia mengambil kopi di pinggir mejanya dan mulai meminumnya.
"Baiklah."
Laura berjalan keluar menuju tempat kerjanya, dia menatap masuk ke dalam, melihat Suho begitu serius, membuatnya ikut serius, walaupun dokumen-dokumen yang mau diperiksanya diambil oleh Suho, namun masih banyak pekerjaan yang belum diselesaikan olehnya.
Malam telah tiba, Laura kembali melirik Suho yang berada di dalam kantornya, dia masih terlihat begitu fokus dengan pekerjaannya, seperti ingin menghabiskan tugas selama seminggunya. Laura selesai bekerja, dia mematikan komputernya, membawa tasnya meninggalkan tempatnya.
Melihat Suho belum makan, tentu dirinya merasa khawatir, dia ingin pergi membelikan Suho makan malam. Sepaket nasi bulgogi, berharap Suho dapat menyukainya.
Langkah Laura terhenti, dia tidak sengaja mendengar beberapa pegawai sedang membicarakannya. Mereka mengatakan jika dirinya sangat tidak tahu malu, entah memakai jurus apa hingga Suho dapat menikahinya, padahal baru beberapa bulan bekerja di sini.
Suho berjalan keluar dari lift, melihat Laura membatu di belakang tembok, mendengarkan beberapa pegawai sedang mengatai dirinya, dia terlihat sangat marah berjalan ke dekat Laura, menariknya ke depan pegawainya. "Coba kalian ulang apa yang sedang kalian bicarakan." Suara yang tidak asing itu, membuat para pegawai dengan penuh kejut menoleh. Wajah Suho terlihat sangat marah, di sampingnya berdiri seorang perempuan yang sedang mereka bicarakan. Mereka segera menundukkan kepala. "Berani-beraninya kalian membicarakan calon istriku di sini. Aku rasa besok kalian juga tidak perlu datang lagi."
"Direktur.., maaf bukan maksud kami membicarakan.. maafkan kami, kami tidak akan mengulangnya."
Suho tersenyum meledek, memegang bahu Laura dengan erat. "Tidak mengulang? Menurut kalian aku akan memberikan kesempatan untuk mengulang? Rapikan barang kalian dan segera pergi dari perusahaanku."
"Direktur."
Suho membawa Laura berjalan masuk ke dalam lift. "Kamu ke mana saja?" tanyanya terlihat khawatir.
"Membeli makan malam.., kamu kenapa memecat mereka? Mereka hanya.."
"Aku hanya ingin memberikan pelajaran, siapa suruh mulut mereka tidak dijaga."
Laura menatap Suho dengan tajam. Suho terlihat seperti anak kecil sekarang, hal kecil saja dapat membuatnya kesal seperti itu.
"Kamu.. sebaiknya ubah sifat burukmu itu. Jika tidak, aku rasa perusahaanmu akan segera tutup," ucap Laura, setelah pintu lift terbuka, dia langsung berjalan keluar. Berjalan masuk ke dalam kantor Suho, mengeluarkan dua kotak nasi.
"Makanlah," ucapnya setelah Suho berjalan masuk.
"Padahal aku ingin mengajakmu pergi makan malam. Baiklah, makan malam di sini juga menyenangkan."
"Kamu sudah selesai?"
"Masih tinggal beberapa lagi."
"Baiklah, setelah makan baru lanjut. Cepatlah makan."
Suho tersenyum menatap Laura. Rapat besok sudah kamu batalkan semua?
"Iya," angguk Laura pelan, dia masih tidak tahu sebenarnya urusan apa yang membuat Suho harus mengosongkan besok.
"Tadi ibuku meneleponku, urusan bisnisnya sudah selesai. Besok dia akan membawa Halin ke London."
Kata-kata itu membuat Laura menghentikan gerakan tangannya, perutnya seakan-akan tidak merasakan lapar lagi, napsu makan juga ikut menghilang. "Secepat itu?" tanyanya pelan.
"Tenang saja, lusa, aku akan membawamu pergi ke London, kamu akan bertemu dengannya."
Laura mengangguk mengerti, dia merasa lega dengan rencana Suho itu.
"Makanlah," ucap Suho lagi.
Laura menuruti kata-kata Suho, dia mulai memasukkan nasi ke dalam mulutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh! My Father
Fanfiction[Complete story✔] Tiga tahun berlalu, Lee Laura membawa Halin pulang ke Seoul, Halin merupakan putrinya dan satu-satunya harapannya untuk tetap hidup. Demi menghidupi Halin, dia bekerja di sebuah perusahaan besar dan menjadi seorang asisten direktur...