Part 7

43 7 0
                                    

Setelah Suho bersiap-siap untuk pergi rapat dengan perusahaan 'L' di pagi hari ini, dia berjalan ke arah kamar Laura, dia sudah memperingatkan Laura untuk tidak telat, karena rapat ini sangat penting. Suho memencet bel hotel, dan sudah menunggu beberapa menit, Laura masih tidak membukakan pintu, dia dengan panik terus mengetuk pintu dan memecet bel "Laura!" pikiran aneh mulai muncul di benaknya, dia segera berjalan menuju pintu lift mencari petugas, langkahnya terhenti ketika mendengar suara pintu terbuka , Laura menyandarkan tubuhnya di dekat pintu, dia menumpukan seluruh tenaganya di atas gagang pintu yang sedang dipegangnya, wajahnya pucat-pasi seperti seorang pasien.

Suho menghampirinya, dia cukup terkejut melihat keadaan Laura "Kau kenapa?"

"Tidak apa-apa," geleng Laura pelan. "Tunggu sebentar, saya bersiap-siap sebentar. Anda pergi makan pagi dulu." Laura kembali mengeluarkan seluruh tenaga yang dimiliki, dia pelan-pelan melangkahkan kakinya masuk ke dalam kamar, namun karena kakinya melemah, dia terjatuh membentur tembok, dia berusaha menahan dirinya dengan tembok dan berusaha melanjutkan langkahnya untuk mengambil dokumen yang telah disiapkannya malam tadi. Suho menyadari Laura telah jatuh sakit, dia segera berjalan masuk ke dalam kamar Laura dan mengendongnya ke atas kasur.. "Kenapa begitu panas? Tidak boleh, kita harus ke rumah sakit." Dia melepaskan tangannya dari kening Laura, dan ingin mengendong Laura, namun Laura langsung menahan tangan Suho dan mengeleng cepat.

"Tidak perlu, saya tidak apa-apa, nanti setelah makan obat juga akan membaik, sekarang yang paling penting adalah rapat Anda, saya sudah menyiapkan datanya kemarin malam, saya akan mengambilkannya."

Laptop berada di kamarnya, dan lagi kemarin data tersebut baru diselesaikan olehnya dan sudah berada di dalam tas kantornya, ke mana Laura akan mengambil datanya? Apakah dia sedang mengigau? Suho terdiam di pinggir kasur, menatap Laura berjalan turun, berusaha pergi ke suatu tempat, dia ingin membantunya namun dia mengurungkan niatnya. Laura mengambil sebuah dokumen dari atas meja, sekuat tenaga berjalan kembali ke dekat kasur, memberikan dokumen itu kepada Suho, Suho membukanya dengan bingung, dia memilih untuk membacanya, dia sangat terkejut, dokumen itu ditulis dengan tulisan tangan yang begitu rapi, proyek yang ditulis di dalam juga sangat memuaskan. Dia menoleh ke arah Laura lagi, sepertinya dia telah salah paham dengannya, apakah dia jatuh sakit karena telah menyiapkan dokumen tersebut?

"Kemarin saya tiba-tiba mendapatkan ide untuk membuat proyek ini, jadi menulisnya, saya tidak tahu apakah proyek ini sesuai kemauan Anda atau tidak."

"Istirahatlah." Suho mengalihkan pembicaraannya, dia segera menekan bahu Laura agar duduk di atas kasur. "Aku akan pergi rapat, kau istirahatlah."

"Tetapi.."

"Istirahatlah, aku akan menyuruh pelayan untuk menyiapkan sarapan dan juga obat untukmu." Suho membawa dokumen itu berjalan keluar dari kamar Laura. Meninggalkan Laura yang terdiam tanpa kata-kata. Karena merasa lelah, akhirnya dia membaringkan tubuhnya dan kembali memejamkan mata.

***

Rapat penting dengan perusahaan L selesai juga, diperjalanan pulang Suho pergi ke apotek membeli berbagai macam obat pulang, dia berjalan ke arah kamar Laura, entah dari mana dia mendapatkan kartu kamar Laura sehingga dapat masuk dengan mudah, Laura tertidur dengan nyenyak, makan pagi masih utuh di atas meja, dia terlihat marah duduk di pinggir kasur Laura, awalnya ingin memberikan berbagai macam ocehan, namun dia mengurungkan niatnya, dengan hati-hati dia memegang kening Laura. "Sudah tidak begitu panas," gumamnya merasa tenang.

Seseorang telah menyentuhnya, Laura membuka matanya untuk melihat. "Direktur." Dia terlonjak kejut, bagaimana caranya Suho masuk ke dalam kamar, padahal kartu kamarnya masih berada di tempatnya.

"Sudah merasa baikan?"

Laura mengangguk pelan, dia berusaha terbangun, Suho langsung membantunya, menyandarkannya di atas bantal agar dia dapat duduk dengan nyaman.

"Kenapa tidak makan pagi?" tanya Suho

Laura memalingkan wajahnya, makanan khas kebaratan di atas meja itu tidak mengundang selera makannya, apalagi di waktu sakit seperti ini.

"Jika tidak makan, bagaimana makan obat? Kau tidak ingin sembuh?" Suara Suho sangat menyeramkan, dia membuat Laura semakin menciut.

Suho menarik telepon di atas meja dekatnya, menyuruh pelayan mengantarkan semangkuk bubur.

"Bagaimana dengan rapat Anda?" tanya Laura mengalihkan pembicaraan, dia tahu Suho sedang menatapnya dengan tatapan menyeramkannya itu, tetapi bagaimanapun ekspresi Suho, dia tetap terlihat tampan.

"Sangat lancar, sebaiknya kau urusi dulu dirimu."

"Saya sudah merasa baikan," gumam Laura membuat Suho tersenyum meledek.

"Berbaringlah." Suho mengambil sebuah kantong putih, dia terlihat sibuk mencari sesuatu, tidak lama kemudian dia akhirnya mendapatkannya dan mengeluarkannya, plester kompres demam. "Ini bagaimana cara pakainya?" gumamnya terlihat bingung membuka bungkusnya.

Wajah Suho sekilas menjadi lugu, Laura mengambil plester tersebut, dia membuka bungkusnya dan ingin memakainya sendiri, namun Suho mencegatnya. Suho menarik plester tersebut dan memakaikannya dengan hati-hati di kening Laura. Suatu kepuasaan bagi Suho dapat memakaikannya dengan rapi "Bagaimana? Sudah merasa baikkan?" Sebuah pertanyaan yang sangat lugu membuat Laura tersenyum. Ternyata ada saatnya Suho, direkturnya itu polos seperti anak kecil.

"Ini baru dipakai. Tidak akan berefek secepat itu."

Suho mengangguk mengerti, sepertinya dia mendapat sebuah ilmu baru dari Laura.

"Direktur.., Terima kasih."

Suho menatap Laura cukup lama, dia baru menyadari apa yang telah dia lakukan hari ini, dia kembali menujukkan wajah nampannya itu. "Jika ingin beterima kasih kepadaku, maka cepatlah sembuh."

Laura mengangguk mengerti. "Saya akan segera sembuh."

Seisi ruangan tiba-tiba terasa hening, mereka menyibukkan diri dengan pekerjaan yang tidak berguna. Suho dia memainkan bungkus plester tadi hingga akhirnya dia menaruhnya di tong sampah. "Tadi direktur perusahaan L sangat puas dengan ide yang kau berikan."

Sebuah kebanggaan bagi Laura, dokumen yang disiapkannya selama semalam penuh ini diterima oleh perusahaan 'L' "Baguslah," ucapnya bersyukur.

Suho ingin melajutkan perkataannya, bel berbunyi membuatnya mengurungkan niat dan pergi membukakan pintu, seorang pelayan menyodorkan sebuah nampan, bubur di atasnya masih mengeluarkan uap, dia berjalan masuk membawa bubur itu ke dekat Laura yang kini sudah duduk kembali.

"Makanlah, setelah itu makan obat, aku tidak tahu kau makan obat apa, jadi aku membeli beberapa macam obat."

Laura menoleh ke arah kantong yang dipegang Suho tadi, kelihatannya obat di dalamnya sangat banyak, dia kembali menatap Suho dan tersenyum. "Terima kasih."

Suho duduk di tepi kasur, dia menaruh nampan itu di atas meja, mengambil mangkuk bubur itu. Sesendok bubur dia ambil dan ditiup, lalu dia sodorkan di depan mulut Laura. Perasaan canggung kembali membahana, Suho dapat menyadari apa yang sedang dilakukan olehnya hingga gadis di depan hadapannya menatapnya dengan aneh, dia menaruh sendok itu ke dalam mangkuk. "Maaf." Dia menyodorkan mangkuk itu kepada Laura. Laura pelan-pelan mengambilnya, mangkuk tersebut sangat panas hingga membuatnya bergemetaran, ditambah kini dia tidak memiliki tenaga. Dari waktu mengambil sendok hingga memasukkannya ke dalam mulut saja butuh waktu yang lama, Suho merasa gelisah melihatnya, dia paling tidak menyukai orang yang memiliki kecepatan seperti kura-kura. "Jika cara makanmu seperti ini, aku rasa kau tidak akan sembuh hingga waktu pulang." Ocehnya, dia menarik kembali mangkuk di tangan Laura dan mulai meyuapinya. Walaupun merasa canggung, namun Laura lebih takut mendapat semburan dari direkturnya itu, dia hanya dapat diam-diam menerima suapan Suho.

"Terima kasih."

Suho tidak merespon ucapan Laura, dia sibuk meniup sesendok bubur dan menyodorkannya kepada Laura.

"Aku yang harus berterima kasih kepadamu."

"Ha"

"Terima kasih telah menyiapkan dokumen itu, tetapi aku lebih berharap kau dapat menjaga kesehatanmu."

Laura berpikir cukup lama hingga akhirnya dia mengerti apa maksud Suho. "Saya sakit bukan karena bergadang," jelasnya. "Mungkin karena suhu yang tiba-tiba berubah, saya selalu begini jika kedinginan. Ini sudah bawaan sejak lahir, tidak apa-apa, setelah makan obat saya akan kembali sehat."

Oh! My FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang