Matahari mulai terbenam, Suho mengemudikan mobilnya menuju sebuah PUB. Mereka memanggil beberapa botol bir.
"Jangan minun terlalu banyak." Suho segera merebut botol bir dari tangan HongYi ketika melihatnya menengguk bir tersebut dengan cepat.
"Biarkan aku minum," ucap HongYi menarik bir-nya dan meminumnya kembali.
"Kau sebenarnya kenapa?"
"Kau tidak mengerti."
Kata-kata tersebut membuat Suho tersenyum meledek. "Kau tidak cerita, bagaimana aku mengerti?" tanyanya membuat HongYi ikut tersenyum meledek.
"Benar juga, aku tidak cerita bagaimana kamu bisa tahu." HongYi kembali menegguk bir tersebut.
Suho tidak meresponnya, dia mengambil gelas birnya dan mulai minum.
"Kamu bilang aku harus bagaimana? Memilih berbaikkan dengannya? Atau merebut putriku kembali? Aku sangat bimbang."
Kata-kata HongYi membuat Suho terkejut, apa maksud dia? Siapa dia? Dan sejak kapan HongYi memiliki anak?
"Aku mencintainya, sangat mencintainya.., namun dia berubah.." Senyum pahit kembali mewarnai wajah HongYi, dia kembali mengambil sebotol bir dan menegguknya.
"Siapa dia?" tanya Suho penasaran.
"Dia adalah.." HongYi yang sudah menghabiskan dua botol bir langsung mabuk dan terjatuh tidak sadarkan diri. "Laura.. Laura.. kenapa, kenapa kau berubah.." Kata-kata yang dikeluarkan dari mulut HongYi, membuat Suho sangat terkejut, dia langsung menepuk pelan pipi HongYi.
"Weh," panggilnya menyadarkan HongYi namun HongYi sudah terlanjur mabuk. "Apakah Lee Laura.."
"Halin.. Putriku, papa akan membawamu pulang, kamu tenang saja." Kata-kata HongYi lagi-lagi membuat Suho membisu. Dia membesarkan matanya menatap HongYi.
"Halin.. anakku.."
"Jadi.. Halin adalah anakmu? Lee Laura.. dia.." Sebuah kenyataan yang membuat Suho sulit untuk menerimanya, dia tersenyum meledek, meledek dirinya yang terlalu bodoh. Dia mulai menengguk segelas bir di dalam tangannya, setelah itu dia meletakan sejumlah uang di atas bar, membawa HongYi meninggalkan tempat tersebut.
Suho mengantarkan HongYi pulang, dia menghabiskan sejumlah wine di dalam rumahnya sendiri."Kakak adik.. memang sama saja! Mereka memang tidak ada beda!" Sebuah kekesalan membuat Suho terus menengguk sebotol wine di dalam tangannya. Tanpa sadar dia tertidur di atas sofa hingga pagi berkunjung.
Di sisi lain seorang babysitter sudah sampai di rumah Laura, dia adalah orang yang disebut Suho kemarin, seorang babysitter yang profesional.
"Halin, mama akan pergi beberapa hari, bibi ini menjagamu, mengantarkanmu ke sekolah, bagaimana Halin?" tanya Laura membawa Halin ke depan babysitter yang terlihat ramah itu.
Halin mengangguk senang, dia berjalan ke dekat babysitter itu dan menarik roknya. "Bibi bisa membawa Halin pergi makan sushi?"
Pertanyaan tersebut membuat Laura dan sang babysitter tersenyum. Sang babysitter terjongkok di depan Halin. "Tentu bisa."
"Maaf merepotkanmu."
"Tidak apa-apa, ini tugasku."
Laura kembali tersenyum, dia mengeluarkan sebuah amplop dan juga sebuah note kecil.
"Ini beberapa catatatan tentang kebiasaan Halin dan ini uang untukmu. Maaf jika terlalu sedikit."
Babysitter itu tersenyum sambil mengambil note kecil yang disodorkan Laura, namun dia tidak mengambil amplop tersebut.
"Ini."
Babysitter tersebut kembali menolak. "Direktur sudah memberikannya," ucapnya yang membuat Laura hanya mengangguk mengerti.
"Oh ya, ini alamat rumah direktur, dia menyuruhmu langsung ke rumahnya," ucap sang babysitter menyodorkan sepucuk kertas kecil.
"Baiklah,"ucap Laura. "Jika begitu aku pergi dulu."
Laura terjongkok untuk mengecup Halin, lalu dia membawa tasnya berjalan keluar menuju alamat rumah Suho.
Tidak jauh dari perusahaan tempat kerjanya, sebuah apartemen yang sangat besar, ya di sanalah Suho tinggal. Laura membawa tas yang terisi beberapa pakaian dan kebutuhannya berjalan masuk. Setelah menemukan tempat tinggal Suho, dia mulai memencet bel, tidak salah, nomor apartemen yang dia pencet sejak tadi persis dengan yang di alamat, namun kenapa tidak ada yang membukakannya. Dia mulai mengetuk pintu dan memanggil Suho. "Direktur?" begitulah dia terus memanggil hingga orang di dalam sana membukakan pintu. Ketika melihat Suho dalam keadaan yang sangat kacau, Laura hampir terkejut, dia bahkan membisu di tempatnya. Pertama kali Suho begitu berantakan, tetapi ketampanan tetap melekat pada dirinya.
"Kau? Kenapa kau ke sini?" tanya Suho melepaskan tangannya dari gagang pintu dan berjalan masuk.
Laura mengikutinya masuk, melihat begitu banyak botol wine yang berserahkan, dia terdiam di dekat sofa, sedangkan Suho, dia menjatuhkan dirinya kembali ke atas sofa, sepertinya dia masih mabuk.
"Direktur, kita bukannya akan pergi dinas? Kenapa Anda minum begitu banyak?"
Pertanyaan tersebut membuat Suho tersenyum pahit dan kembali tiduran. "Kau bilang.. kenapa aku meminum begitu banyak? Itu semua karena kau.., kau yang membuatku meminum begitu banyak, kau dan kakakmu.. tidak ada bedanya! Tidak ada!"
Suho benar-benar mabuk, dia membuat Laura mengeleng, menyingkirkan botol wine di dekatnya dan menariknya. "Anda harus mandi sekarang, direktur." Ucapnya menopang Suho berjalan menuju kamar mandi, namun dia tidak menemukan kamar mandi di dekat ruang tamu tersebut.
"Di mana kamar mandi rumah Anda, Direktur?" tanya Laura, Suho dengan malas menujuk ke salah satu arah. Di dalam kamarnya terdapat sebuah kamar mandi, Laura membawa Suho masuk ke dalam sana, dia menopang Suho masuk ke dalam tempat shower, setelah itu dia menyalakan shower tepat di atas Suho, mengharapkan Suho segera tersadar, di sisi lain dia juga mengisi bathtub dengan air hangat.
"Saya sudah menyiapkan air untukmu, setelah merasa baikkan, berendamlah di sini, saya akan mengambilkan baju untuk Anda." Ucapnya menoleh ke arah Suho, namun Suho terlihat tidak berdaya di dalam kamar shower.
Laura tidak menghiraukannya,dia berjalan keluar, mencari di mana tempat Suho menaruh baju-bajunya, akhirnya dia menemukan sebuah ruangan di balik sebuah kaca besar, dia begitu terkejut dengan isi di dalam ruangan tersebut, sebuah ruang baju yang sangat rapi, dia mencarikan kemeja dan juga celana untuk Suho, setelah itu dia berjalan kembali ke dalam kamar mandi, melihat Suho masih duduk di ruang shower, Laura segera menghampirinya, dia kembali menopang Suho yang sudah basah kuyup, kemeja putihnya menembus hingga memperlihatkan otot-ototnya. Tentu Laura ikut basah di waktu menopangnya dan memasukannya ke dalam bathtub.
"Kenapa minum begitu banyak," gumamnya terheran-heran. "Berendamlah di sini, saya pergi memasakan sesuatu yang dapat membuatmu lekas sadar." Laura yang ikut basah berjalan keluar, menuju dapur dan mulai mencari bahan di dalam kulkas ataupun tempat penyimpanan lainnya, namun yang dia dapatkan hanyalah lemon. Dia pun membuatkan air lemon yang di campur madu agar tidak terasa asam. Setelah itu dia membawanya ke dalam kamar mandi, ketika membuka kembali pintu kamar mandi, Laura langsung syok, dia segera memutarkan tubuhnya, Suho sudah sadar, kini dia sedang berendam di dalam bathtub tanpa memakai baju.
"Anda sudah sadar?" tanya Laura membelakangi Suho. Suho terlihat cuek, dia terdiam tidak merespon Laura.
Laura meletakkan gelas air lemon madu di meja dekatnya. "Ini saya membuatkan air lemon untuk Anda. Setelah mandi, minumlah. Saya keluar dulu," ucapnya segera berjalan keluar dan menutup pintu kembali.
Suho kembali melihat langit-langit setelah Laura menghilang, perempuan tersebut, begitu mirip dengan kakaknya, begitu membuat orang membencinya dan menyukainya juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh! My Father
Fanfiction[Complete story✔] Tiga tahun berlalu, Lee Laura membawa Halin pulang ke Seoul, Halin merupakan putrinya dan satu-satunya harapannya untuk tetap hidup. Demi menghidupi Halin, dia bekerja di sebuah perusahaan besar dan menjadi seorang asisten direktur...