Part 34

32 5 0
                                    

"Ma, ayo keluar makan siang," panggil Suho setelah menyusun peralatan makan, dia berjalan masuk ke dalam kamar Halin memanggil ibu dan juga mengendong Halin keluar.

"Lihat, lihat ini masakan siapa? Tidak disangka kau sudah hebat sekarang." Pujian seperti sindiran itu membuat Suho menyunggingkan senyum kesalnya.

"Jangan merendahkanku, gitu-gitu bakatku keturunan darimu."

Suho menurunkan Halin di kursi dekatnya dan memberikan semangkuk nasi lengkap dengan lauk pauk.

"Laura, sini, duduklah di samping bibi."

Laura pelan-pelan berjalan menghampiri ibu Suho, dengan canggung dia menarik kursi dan duduk.

"Makanlah yang banyak," ucap ibu Suho mencapitkan bebagai macam lauk-pauk ke dalam mangkuk nasi Laura.

"Masakan Suho mewarisi bakatku."

"Ma," panggil Suho. "Memangnya kamu bisa masak?" tanya Suho menyindir.

"Diam kamu, makan saja sana."

Melihat ibunya tampak malu, Suho pun tersenyum sambil memasukkan sesumpit nasi ke dalam mulutnya.

Laura merasa hubungan Suho dengan Ibunya sangat baik, tidak seperti yang ada di drama-drama, di mana jika memiliki keluarga yang kaya raya, maka ibu dari orang itu akan sangat galak, ya seperti yang dia ketahui, ibu Lee HongYi adalah orang yang seperti itu.

"Makanlah, lihat kamu begitu kurus. Tidak bagus jika perempuan terlalu kurus, kamu jangan mengikuti perempuan-perempuan sekarang, diet lah, sedot lemak lah, itu semua tidak baik. Mengerti?"

"Terima kasih," ucap Laura begitu terharu, di dunia ini masih ada orang tua yang mau memerhatikannya.

"Ma, kamu tenang saja. Laura, jangan lihat dia kurus, ketika makan, mungkin tidak kalah dari laki-laki," Sela Suho membuat Laura menatapnya dengan tajam.

"Aku ti.."

"Sudah, tidak perlu malu, makanlah," ucap Suho lagi.

Suho terlihat berbeda hari ini, apakah karena ibunya datang?

"Oh ya, nanti setelah makan aku akan membawa Halin pergi belanja, aku sangat senang mempunyai cucu semanis ini." Dengan senyuman yang begitu bahagia ibu Suho mengulurkan tangannya untuk memegang pipi Halin.

"Baiklah. Tetapi jangan belanja belebihan," pesan Suho, dia tahu sifat ibunya yang hedon, dan suka bebelanja banyak.

"Aku tahu itu. Sudah cepatlah makan."

Setelah makan Ibu Suho dijemput oleh seorang laki-laki yang terlihat kekar, laki-laki itu begitu menghormatinya, dapat dilihat jika dia pasti asistennya atau semacam bodyguard-nya.

Ibu Suho dengan senang mengandeng Halin berjalan keluar dari rumah, meninggalkan Laura dan Suho berdua di dalam rumah. Entah disengaja atau tidak, namun ibu Suho terlihat suka membuat ruang untuk Suho dengan perempuan yang disukainya itu.

"Hanya tersisa kita berdua," gumam Suho menghampiri Laura yang sedang merapikan meja makan.

"Taruhlah, nanti tukang bersih-bersih akan datang untuk membersihkannya." Suho menurunkan piring yang berada di tangan Laura dan menariknya berjalan ke sebuah pintu, ketika pintu tersebut terbuka, mata Laura langsung membesar, balkon apartemen Suho seperti sebuah halaman rumah begitu besar dan nyaman. Tanaman-tanaman dan juga sebuah kolam renang.

Suho kembali menarik Laura ke sebuah kursi sandar dekat kolam berenang. "Duduklah."

Tempat yang sangat tenang untuk menghilangkan rasa lelah, di bawah payung besar yang menutupi matahari, Laura merengangkan seluruh otot-ototnya.

Oh! My FatherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang