PRANKK..................
Pagi yang sangat cerah itu tidak diawali dengan merdunya kokokan suara ayam jantan, melainkan suara pecahan piring yang berasal dari arah dapur.
"Vinny, lo ceroboh banget, sih." suara cemas dari seorang anak perempuan itu mulai keluar dari mulut mungilnya.
Dengan mata yang masih enggan membuka, seorang laki-laki tampan mulai menyusuri anak tangga mendekati sumber suara yang telah membangunkan tidur pulasnya.
Hingga anak tangga terakhir Vano merasa seluruh nyawanya telah terkumpul. Vani mulai teringat dengan sosok adiknya. Secepat mungkin Vano menuju arah dapur, terlihat adiknya yang berusaha membersihkan pecahan demi pecahan piring di lantai."Ny, kamu ngapain, sih?" Vano mendekati adiknya dan menyingkirkan tangan mungil Vinny dari pecahan piring.
"Aku tadi mau siapin sarapan."
"Udah-udah, biar kakak aja."
Vano mendorong kursi roda adiknya menuju meja makan. Setelah itu Vano mulai menyiapkan segala keperluan adiknya.
"Dek, hari ini kita check up."
Vinny menoleh Vano. "Udah dua tahun aku berobat tapi hasilnya?"
"ADEK!!! kamu ngomong apa?" Vano meninggikan suara mendengar ucapan putus asa Vinny.
"Iya maaf, kak." ucapan Vinny melemah.
"Kakak gamau denger kamu ngomong gitu lagi."
Setelah menyelesaikan sarapan pagi kedua kakak beradik itu berisap-siap. Vano menyetir mobil dengan kecepatan sedang. Hanya ada kesunyian di antara keduanya, mungkin Vinny masih memikirkan ucapannya tadi sudah melukai hati sang kakak. Wajar saja, selama ini hanya Vano yang semangat memberikan dukungan untuk kesembuhan Vinny. Orang tua? Vinny masih ragu kalau mereka masih memilikinya. Orang tuanya hanya memikirkan pekerjaan saja.
"Kak, kita ke danau dulu, ya?"
Dengan anggukan kecil, Vani melajukan mobilnya ke sebuah danau yang sangat indah di kota itu.
Sedih bercampur senang, Vano mulai memarkirkan mobilnya dan mengeluarkan kursi roda beserta adiknya yang berada digedongannya.
Suasana yang sama tanpa ada kurangnya keculai anggota keluarganya, Vano mendorong kursi roda Vinny dan berhenti di sebuah pohon besar."Dek, mau ice cream?" tanya Vano.
"Mauuuu...."
"Yaudah tunggu sini."Vano melangkahkan kakinya ketempat penjual ice cream.
Vinny duduk dengan santai sembari melihat sekelilingnya, semua orang terlihat bahagia bersama pasangan dan ada yang menghabiskan waktu dengan keluarganya. Terbesit rindu terhadap kedua orang tuanya.
Namun, hal itu tidak pernah dia tunjukkan karena tak ingin melihat kakaknya sedih.
Saat sedang asik menikmati suasana danau, Vinny dikagetkan dengan teriakan seorang lelaki.TOLONGGGG..... TOLONGG.....
"Astaga... Mas-mas tolong orang itu." Vinny berusaha memberitahu orang-orang agar menolong orang ditengah danau.
"Dek, kamu kenapa?" Vano melemparkan benda yang ada ditangannya saat melihat wajah Vinny memucat dan tubuhnya bergetar.
"A-ada orang tenggelam." erat-erat Vinny memeluk tubuh Vano.
"Udah jangan nangis." sungguh, hanya pelukan hangat Vano yang mampu menenangkan jiwa Vinny
Mereka pergi dari danau itu menuju rumah sakit. Saat di perjalanan pikiran Vinny terus saja dipenuhi bayang-bayang kejadian beberapa menit yang lalu. Andai saja, andai saja kakinya tidak lumpuh. Vinny menghapus jejak air mata yang jatuh tanpa disadari. Dia menganggap dirinya tidak berguna sama sekali, dia hanya bisa menyesali semuanya.
Mobil berhenti tepat di sebuah rumah sakit besar. Jantung Vinny mulai berdegup kencang seakan ingin lepas. Dia sangat takut melihat alat-alat yang akan mendekatinya, pancaran sinar yang sangat terang menyilaukan mata. Namun, rasa takut itu harus dia hilangkan demi mengukir senyum di wajah sang kakak.
"Are you ready, baby?"
Kira2 gimana kelanjutannya?
Like and coment ya guys
Salam kenal dari aku penulis baru di watty
I hope you like guysSalam kreatif
K I R A N A
KAMU SEDANG MEMBACA
PROTECTIVE [Completed]
Teen FictionHidup dengan perisai sang kakak membuat Vinny sulit berteman dengan laki-laki lain. Setiap kali ada laki-laki dekat dengannya, sang kakak selalu menghajarnya hingga KO. Hingga suatu hari Vinny bertemu seorang Arya, petarung muda berbakat tapi tetap...