Gue seorang petarung

1.1K 65 10
                                    

***

"Yah, Ara udah penuhin semua impian ayah," kata Ara yang bersimpu di sebuah makam.

Ara kini kembali menumpahkan buliran air matanya, rindunya tak tertahankan namun ia tak bisa berbuat apa-apa selain menemui makam ayahnya. Bersama saudara kembarnya, Ara menemui makam itu untuk berkeluh kesah setelah 5 tahun ia tidak pernah mengunjungi makam ayahnya.

Ara membaringkan kepalanya di atas makam. "Yah, Ara kangen dipeluk ayah, Ara kangen didongengin setiap malem. Ara pengen dianter ayah pas nanti Ara masuk perguruan tinggi, sama kayak dulu ayah anter Ara masuk TK pertama kali." Air mata Ara luruh di pipinya.

"Udah, Ra, lo jangan nangis." Arya mengelus punggung Ara. "Ayah bakalan sedih kalo lo kayak gini."

Tangis Ara makin keras. "Gue harus gimana, Ar, gue kangen sama ayah kangen banget," lirihnya. "Di mana lagi gue harus numpahin kerinduan gue kalo bukan di atas makam ini."

Arya memeluk Ara. "Masih ada gue, Ra. Gue janji atas nama ayah, gue bakalan gantiin ayah buat bahagiain lo. Paling gak, lo gak akan selalu kehilangan sosok ayah."

Ara hanya diam menangis di atas makam itu, Arya tak bisa berbuat apa-apa lagi. Ia membiarkan Ara menangis sepuasnya agar kerinduannya bisa sedikit terobati.

"Yah, ayah dulu pernah bilang kan. Kalo suatu hari nanti Arya yang nakal akan jadi dewasa," kata Ara. "Sekarang dia udah dewasa, yah, dia mau gantiin posisi ayah. Tapi, yah, Ara pengen ayah yang dampingi Ara waktu wisuda nanti. Kayak temen yang lainnya."

"Udah, Ra, lo jangan gini terus," ketus Arya. "Ayo kita pulang."

Arya menarik tangan Ara secara paksa, ia tidak mau melihat Ara nangis terus menerus. Sebenarnya, ia juga sedih dan rindu namun Arya menahan semua itu, agar ayahnya bisa tenang disana.

Kini mereka telah berada di mobil, Arya melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, keheningan terjadi diantara keduanya. Ara masih tampak murung menatap keluar jendela, air matanya masih terus mengalir di pipinya. Arya yang merasakan hal itu, lantas mencari cara untuk membuat saudaranya kembali tersenyum.

"AAAA...." teriak Arya.

Ara kaget. "Lo kenapa?"

Arya menggeleng. "Gak ada iseng aja," kekeh Arya.

"Gak lucu!" ketus Ara, memukul dada Arya. "Oh iya, gue mau tanya, lo kan gak tau soal tentang cinta? Terus dari mana lo tau kalo lo jatuh cinta dan dia cinta sejati lo?"

Arya berdehem. "Hemm... gue tanya sama mbah."

Dahi Ara mengernyit. "Mbah? Mbah siapa?"

"Mbah google. Haha...." Gelak tawa terjadi di dalam mobil.

Ara menahan sedikit tawanya. "J..ja... jadi lo browsing gitu?" Arya mengangguk. "Astaga bego lo emang udah berlebihan banget ya."

"Puas lo ngetawain gue?" cibir Arya. "Lagian lo tau kan gue gak ngerti cinta-cinta gitu, biasanya gue pacaran cuma buat seneng-seneng doang atau gak buat ngoleksi mantan."

Ara menatap dalam mata Arya. "Lo yakin beneran cinta sama dia? Atau lo mau jadiin dia mantan ke sekian lo?"

"Gue serius, Ra," tutur Arya. "Gue aja rela babak belur demi ketemu dia."

PROTECTIVE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang