The First Meeting

2.3K 113 1
                                    

Suara merdu ayam jantan kini bernyanyi-nyanyi indah. Namun, suara itu terlambat membangunkan tidur Vinny. Vinny kini telah rapi di depan cerminnya, menyisir helai demi helai rambut indahnya. Vinny menatap cermin melihat semua yang berada di cermin, rambut yang panjang hingga punggung, mata sayu yang berbinar, bibir mungil nan indah. Namun terbesit dalam ingatannya sebuah tanda tanya besar, herannya mengapa sampai saat ini tak ada seorang laki-laki yang singgah di hidupnya.

Vinny mendengus. "Kakak pasti lagi masak."

Vinny memutar kursi rodanya. Perlahan tapi pasti Vinny mendorong kursinya menuju sumber aroma. Benar tebakan Vinny, terlihat Vano sedang asik memainkan alat dapur dengan lincahnya.

Vinny berdehem. Namun tak diindahkan Vano yang masih sibuk dengan masakannya. "Kak, sampe segitunya masak?" ujarnya menarik lengan Vano.

"Eh, malaikat kakak bangun. Tumben pagi?" canda Vano yang heran melihat Vinny bangun jam setengah enam pagi.

"Gapapa," ketus Vinny. "Emang ada acara apa? Banyak banget makanan?" tanya Vinny kembali.

"Oh, pacar kakak mau nginep di sini." jawab Vano yang kembali memasak.

"Teh Adis mau ke sini?" Vinny kesenangan seperti dapat mobil baru.

Vano menaikan satu alisnya. "B aja kali." Vano melangkahkan kaki ke meja makan.
"Oh, iya, nanti kamu ikut jemput Adis, ya. Kakak gak mau kamu sendirian."

Vinny mikir panjang dengan mengetuk- ngetuk dagunya menggunakan telunjuk
"Gak deh, anterin aku ke danau aja."

"GAK!" ucapnya mengagetkan Vinny.

"Di danau rame kak, please." Vinny memasang muka melas.

Dengan pasrah Vano duduk dihadapan Vinny. "Oke deh kalo gitu."
"Makasih, kak." Vinny memeluk tubuh kakaknya.

***

"Orang kemarin bilang yang nolongin gue anak perempuan suka duduk di sini," ucap seorang laki-laki pada dirinya sendri. "Gue datang lagi aja siang nanti," ujarnya kembali ke mobil sedan hitam.

***

Vinny mengendari mobilnya di jalan raya dengan kecepatan sedang. Perasaannya cemas ketika melajukan mobilnya kesebuah danau.

"Yakin ditinggal?" Vano meyakinkan Vinny.

Anggukan kecil Vinny mengisaratkan bahwa dirinya yakin ditinggal sendirian.
"Gapapa kak."

Sesampainya di danau, Vano menurunkan kursi roda. Dengan perlahan Vano mendorong kursi itu menuju tempat biasa, bangku danau di bawah pohon yang rindang. 

"Aku mau duduk di bangku, kursinya taruh di samping pohon aja kak," pinta Vinny lembut.

Menatap Vinny dalam. "Kalo kamu kenapa- napa gimana?" Memeluk Vinny dengan rasa takut.

Vinny melepaskan pelukan Vano. "Lebay, deh, kak." Vinny meyakinkan Vano. "Bandung - Depok berapa hari, sih?" kekeh Vinny.

Vano cemberut. "Kakak gak pernah ninggalin kamu sendirian."

Vinny memegang lembut tangan Vano.
"Aku gapapa. Lagian aku lumpuh gak bisu, kak, kalo ada apa-apa aku teriak. Kayak gini... Tolooooongggg."

Vano kaget mendengar itu. Semua orang menatap kearah mereka. Vinny tertawa keras melihat wajah Vano yang ketakutan bisa saja orang sekitarnya datang untuk menghajar dirinya.

PROTECTIVE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang