Peluk Gue Arya

1K 66 3
                                    

Arya melajukan mobil sedan hitamnya di jalan raya dengan sangat cepat. Hatinya begitu senang dan tak sabar untuk menemui perempuan yang merupakan setengah bagian dari dirinya.

Setelah beberapa menit kemudian, Arya telah sampai di bandara yang besar di kota Bandung. Arya memarkirkan mobilnya, ia berjalan menyusuri bandara. Arya melihat seluruh sudut bandara matanya mencari sosok cewek itu.

"Dia di mana sih?"

Tiba-tiba tubuhnya terasa berat, tangan kecil halus putih melingkar pada perut Arya. Semua orang yang berada di sana memandang adegan romantis itu, Arya membalikan tubuhnya. Mereka saling bertatap.

"I miss you so much," bisik cewek itu.

"Kangen sih kangen tapi gak usah peluk juga, gue malu diliatin orang tuh," dengus Arya melihat sekelilingnya.

Cewek itu memandang sekelilingnya. "i don't care, i really miss you," pekiknya.

"Arayah, lo udah di Indonesia, jadi gunain bahasa Indonesia oke."

Arayah melingkarkan tangannya di leher Arya. "Kenapa? lo gak ngerti haha...."

"Di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung," kata Arya dengan gaya soknya. "Lo tau kan gue dari kecil pake bahasa Inggris, kumaha damang? Sae?" lanjutnya.

Arayah tertawa. "Itu Sunda bego," cibir Ara. "Lo begonya gak ilang-ilang ya?"

Arya menaikan satu alisnya. "Gue pinter... pinter buat orang jatuh cinta," ucap Arya sembari memeluk Ara. "Gye kangen lo."

"Gue juga kangen lo." Ara membalas pelukan Arya. "Tapi, lo lama banget."

Arya menarik tangan Ara beserta kopernya menuju mobil. "Gue ada kerjaan tadi, maaf ya."

Ara tersenyum. "You're my twin."

Arya menganggukan kepalanya pelan, mereka masuk ke mobil kemudian melesat pergi dari bandara.
Hanya dengan waktu 20 menit Arya membawa mobil dari bandara ke rumahnya. Kini, mereka telah sampai di rumah kediaman Sudrajat.

Ara melangkahkan kaki keluar mobil dan menuju ke rumah. Matanya memandang sekeliling rumahnya, air mata sedikit keluar dari sudut kelopak mata Ara. Wajar saja, Ara telah meninggalkan rumah ini selama 5 tahun. Sejak kepergian ayahnya, Ara memutuskan untuk melanjutkan pendidikan di USA seperti impian ayahnya. Kini ia telah kembali dengan rasa bangga, membawa prestasi untuk ia persembahkan kepada ayah, bunda, dan juga separuh jiwanya yaitu Arya kembarannya. Suara lembut mulai terdengar di tengah lamunan Ara.

"Ara?" sapanya lembut.

Ara menoleh. "Bunda," ucapnya belari memeluk Sinta-- ibu Ara dan Arya. "Ara kangen sama Bunda," lanjutnya.

"Bunda juga kangen kamu sayang," tutur Sinta. "Duduk sini sayang, ceritain kehidupan kamu di sana?"

Ara pun duduk di sofa ruang keluarga, ia sedikit merebahkan tubuhnya yang terasa  letih. Ara mulai menceritakan prestasi yang ia gapai saat menjalankan pendidikan di USA.

"Ara lulusan terbaik dan termuda Bun," ucapnya penuh bangga.

"Sungguh? Bunda bangga sama kamu sayang," kata Sinta.

Tak lama Arya masuk membawa koper-koper milik Ara, ia meletakkan koper itu di samping sofa dan Arya pun merebahkan tubuhnya di samping Bundanya.

Ara melirik Arya. "Iya dong Bun, gak kayak dia bego," hardik Ara. "Bener kata orang kalo anak kembar itu pasti satu pinter satunya bego," canda Ara. 

Arya tak terima. "Enak aja lo kalo ngomong," cetus Arya. "Gue gak sombong kayak lo, gue orangnya gak serakah jadi kepintaran yang gue punya, gue bagi-bagi buat orang yang membutuhkan kayak lo. Haha...."

PROTECTIVE [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang